Adsense

Selasa, 08 Oktober 2013

Musa Angkat Pamor Bisnis Kue Hingga ke Mancanegara

Siapa bilang, camilan kue kering seperti  nastar dan putri salju hanya digemari di dalam negeri? Buktinya, Musa Jahja bisa menghantarkan kue-kue kering tersebut hingga ke pasar luar negeri, seperti Singapura. Dengan mengusung merek Puspa, pebisnis asal Jakarta ini mampu menjual ratusan ribu toples kue kering saban tahun.
Bisnis kue kering 'Puspa' sukses karena memiliki sejumlah keunggulan. Salah satunya, brand ini menyediakan lebih dari 100 jenis kue kering yang bisa dipilih pelanggan. Selain itu, dari sisi kualitas, Musa menyiapkan empat level kualitas, yakni kualitas ekonomis, reguler, spesial dan istimewa. Hal ini menyebabkan produknya bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat, dari kelas atas hingga menengah bawah.
Saat ini, dikutip dari www.kontan.co.id, Musa sudah punya lebih dari 50 reseller yang tersebar baik di Jabodetabek, Sumatera, Kalimantan hingga Papua. Adapun, untuk Singapura, Musa rutin mengirimkan sekitar 800 hingga 1.400 toples per bulan.
Menurutnya, permintaan dari Singapura meningkat saat Imlek. "Saya bisa kirim 10.000 toples sebulan," tutur pria kelahiran 50 tahun silam ini. Di Singapura, kue kering Puspa dijual di lima outlet, seperti di Orchard Road dan Bandara Changi.
Sementara penjualan di dalam negeri biasanya melonjak saat momen hari raya seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Musa bilang, biasanya, empat bulan sebelum Lebaran, permintaan melonjak. Ia bisa memproduksi hingga 2.000 toples kue kering per hari atau sekitar 60.000 toples kue kering sebulan. Pada hari normal, produksinya hanya ratusan toples sehari.
Jika tengah kebanjiran pesanan seperti ini, Musa akan merekrut tenaga kerja tambahan. Ia bisa melipatkan hingga 75 pekerja. Sedangkan, pada hari normal hanya mempekerjakan 25 tenaga kerja tetap.
Selain memenuhi pesanan eceran dari masyarakat, produk tersebut dipasok ke toko modern atau hipermarket. Memang, sejak 2009, lulusan Universitas Tarumanegara ini telah digaet Carrefour untuk menjadi pemasok kue kering di hipermarket tersebut.
Sebelumnya, Musa juga pernah bekerja sama dengan peritel lainnya. Bisa dibilang, sepanjang perjalanan bisnisnya selama 29 tahun, ia selalu bekerja sama dengan perusahaan ritel di dalam negeri. Misalnya, sejak mengawali bisnis pada 1984, ia diminta oleh Group Matahari untuk memasok kue kering pada stand Super Bazar di sana.
Begitupula, pada tahun 2000-an, ia juga diminta menyuplai produk kue kering ke gerai-gerai Indomart. "Tetapi sekarang saya sudah tidak lagi menyuplai produk ke kedua ritel itu," ucap Musa.
Lantaran pasarnya sudah merambah berbagai wilayah tanah air dan luar negeri, tak heran, Musa bisa meraup omzet Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar setahun. Sukses menggeluti bisnis kue kering, Musa mulai melebarkan sayap bisnis.
Ia merintis usaha pembuatan kue basah sejak tahun lalu. Kini, ia telah memproduksi bolu gulung, kue lapis surabaya, dan brownies. Tak hanya itu, sejak dua tahun terakhir, ia juga mulai merambah bisnis restoran seafood dan chinese food di kawasan Pecenongan. Selain memang tertarik dengan usaha kuliner, dua usaha itu juga bisa menunjang bisnis kue keringnya.
Makanya, begitu resmi meneruskan usaha ibunya di tahun 1984, Musa mulai mempertimbangkan untuk memproduksi kue dengan harga terjangkau. Kendati demikian, ia tak ingin mengorbankan kualitas, sehingga produk kuenya tetap bisa  bersaing di pasaran.
Berangkat dari keinginan itu, akhirnya ia membagi empat klasifikasi kue produksinya, yakni kelas ekonomis, reguler, spesial dan istimewa.
"Saya tidak mengurangi mutu, tetapi saya membuat dengan komposisi yang berbeda sehingga harga lebih murah," terang Musa.
Dengan empat pilihan itu, konsumen bisa menentukan sendiri kualitas kue yang diinginkan. Saat ini, harga kue Puspa dibanderol mulai harga Rp 25.000 hingga Rp 100.000 per toples dengan bobot 400 gram.
Toples Rp 25.000 merupakan kelas ekonomis yang dijual khusus ke perusahaan ritel atau reseller. Sementara untuk konsumen langsung, harga kue Puspa kelas ekonomis dibanderol Rp 40.000 per toples. Selanjutnya ada kelas reguler yang dihargai Rp 60.000 per toples, kelas spesial Rp 75.000 dan kelas istimewa Rp 100.000  per toples.
Klasifikasi kue juga menentukan lamanya kue bisa disimpan. Kue kualitas spesial hanya bisa bertahan sekitar tiga bulan. "Karena kandungan bahan-bahan yang tidak tahan lama, seperti susu, telur dan butter di kue spesial ini cukup  tinggi," ujar Musa.
Sementara, kue kelas istimewa bisa bertahan hingga enam bulan. Kedua kue ini cocok untuk dikonsumsi langsung atau dijadikan hadiah bagi kerabat dekat atau rekanan.
Pada awal mengembangkan konsep ini, Musa kerap menemukan berbagai kendala dan hambatan.Salah satunya pernah ia ditipu seorang pelanggan. Kala itu, pelanggan memesan kue hingga 1.000 toples.
Pelanggan itu meminta kue pesanannya dikirim dan akan dibayar di tempat. "Sampai di sana, barang diambil, anak buah kami disuruh tunggu, ternyata mereka kabur," ujar Musa.
Musa mengaku, menderita kerugian cukup besar dari peristiwa itu. Makanya sejak itu, ia tak pernah lagi menerima pesanan yang tidak membayar di muka. (bn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan kritik dan saran untuk artikel ini. Terima kasih telah membaca artikel saya.