Adsense

Minggu, 15 Desember 2013

Mencicipi peluang bisnis mi ayam pedas

Mi ayam termasuk salah satu kuliner favorit masyarakat Indonesia. Pantas saja jika mi ayam dijuluki sebagai kuliner sejuta umat. Kita pun bisa dengan mudah menemukan gerai-gerai yang menyajikan makanan asli China ini di sepanjang jalan. Menu olahan mi ayam pun kian bervariasi.

Tengok saja penjaja mi ayam bernama Saiyo asal Bantul, Yogyakarta. Mengusung brand Miyada, ia menawarkan mi ayam dengan berbagai level kepedasan. Miyada sendiri merupakan singkatan dari mi ayam pedas.

Mendirikan usaha tahun 2012, Saiyo lalu menawarkan kemitraan pada medio tahun ini. Hingga kini, Saiyo sudah punya empat gerai di Yogyakarta. “Satu gerai milik saya dan sisanya mitra,” ujarnya.

Saiyo mengklaim, keunikan Miyada dibandingkan kompetitornya terletak pada bumbu ayam dengan pedas yang bertingkat, yakni mulai level nol sampai lima.

Miyada juga menyajikan mi hijau yang terbuat dari bayam dan wortel bagi penggemar sayur-sayuran. Satu porsi mi ayam dibanderol seharga Rp 6.000. “Kami membidik masyarakat menengah bawah,” kata dia.

Anda tertarik? Saiyo menjual paket usaha Miyada seharga Rp 2,5 juta. Mitra akan mendapatkan pelatihan produksi, seragam karyawan, peralatan masak, seperti kompor, panci, media promosi, serta bahan baku awal berupa mi mentah, minyak ayam, dan bumbu khas Miyada.

“Pokoknya mitra sudah bisa langsung berjualan,” tandas Saiyo. Meski demikian, mitra harus menyediakan peralatan makan serta membayar sendiri biaya sewa tempat usaha.

Menurut estimasi Saiyo, mitra bisa mengantongi omzet Rp 3 juta per bulan. Dengan laba bersih 40%, modal mitra sudah kembali dalam tiga bulan. “Ada mitra yang BEP dalam satu bulan karena bisa jual 25 - 30 porsi mi ayam per hari,” ucapnya.

Untuk bahan baku mi ayam wajib dibeli dari pusat. Menurutnya, dalam sebulan mitra menghabiskan bahan baku mi sebanyak 50 kg. Bahan baku sebanyak itu dihargai Rp 500.000. Namun, minyak ayam dan bumbu khas Miyada dijual terpisah. Yang jelas, mitra menghabiskan 50% dari omzet untuk membeli bahan baku.

Untuk sementara, Saiyo memprioritaskan calon mitra di Yogyakarta. Namun, tahun depan ia berharap bisa mendapat mitra di luar Yogyakarta.Sumber : Kontan.co.id

Kamis, 12 Desember 2013

Menjelang Natal, pesanan kue kering belum meningkat

Setiap tiba hari raya, pasti Anda sudah akrab dengan suguhan kue-kue kering, seperti nastar, kaastengels, atau putri salju. Demikian pula saat Natal. Aneka camilan itu bisa menjadi pengiring hidangan utama.

Meski tak mengalami perubahan bentuk, para pembuat kue kering selalu menyesuaikan penampilan kue-kue mereka dengan tema hari raya. Tengok saja, Linda Grace yang telah lima tahun memproduksi dan menjual kue kering, menyisipkan tema Natal dengan hiasan kue berbentuk wajah Santa Claus, pohon natal, tongkat, bintang hingga bentuk salib.
Hanya saja, menjelang Natal tahun ini, Linda belum melihat peningkatan permintaan sejak awal bulan. Namun, ia optimistis, seminggu sebelum Natal, pesanan kue akan ramai. Permintaan kue kering, kue tradisional sampai kue tart akan terus bertambah. Apalagi, ia tidak mengerek harga jual kue buatannya.
Linda yang membikin dan menjual kuenya di daerah Bintaro, Jakarta, memilih tidak mendongkrak harga, meski harga bahan baku cenderung naik. Persaingan bisnis kue yang makin ketat telah memaksanya untuk menjaga harga kuenya.
Terlebih, penjual kue kering makin banyak yang menawarkan harga murah. Makanya, ia tidak menaikkan harga kuenya sejak setahun yang lalu. Namun, "Kualitasnya jangan diragukan, saya selalu mengandalkan kualitas dari rasa kue-kue buatan saya," ungkap Linda.
Linda juga tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga kue-kue kering buatannya hanya bisa bertahan paling lama sebulan. Contoh, kue nastar buatannya tak memakai kayu manis dan pengawet. Kue juga tak terlalu kering, tak lengket di gigi, dan tak menyebabkan rasa haus. "Kue-kue akan lebih enak bila tidak dibuat untuk jangka panjang," ujarnya.
Selain itu, Linda mempertimbangkan kesehatan pembeli. Dengan begitu, ia tak hanya menghasilkan kue yang enak, tapi juga sehat dan aman dikonsumsi.
Dengan membanderol harga nastar mulai dari Rp 30.000 hingga Rp 55.000 tiap toples, Linda bisa menjual 20 hingga 30 toples setiap harinya. Alhasil, dalam sebulan, ia pun mampu mereguk keuntungan bersih hingga Rp 15 juta dari hasil jualan kue kering.
Manisnya untung dari penjualan kue kering juga diraih Rahma yang telah menggeluti bisnis kue kering ini sejak sembilan tahun silam. Bahkan, ia menjual kue-kue buatannya hingga ke Palembang dan Makasar.
Rahma mengatakan, pesanan kue kering menjelang Natal tahun ini belum meningkat drastis. Boleh dikatakan stabil.
Dari rumahnya yang terletak di kawasan Cipulir, Jakarta, Rahma mampu menjual 10 hingga 12 toples setiap hari dengan harga mulai dari Rp 45.000 sampai Rp 60.000. "Penjualan menjelang Natal tahun ini cenderung lesu," kata dia.
Sebab, pada Natal tahun lalu, ia bisa melego hingga 20 toples setiap hari. Untuk menambal pendapatannya, Rahma juga menjual kue tart seperti blackforest, lapis surabaya hingga kue tarchis, dengan harga Rp 45.000 sampai Rp 275.000. Dari beragam kue basah ini, ia bisa mendapatkan pesanan enam loyang per hari.
Untuk memenangkan persaingan, Rahma menyiasatinya dengan membuat paket-paket kue kering yang terbagi dalam tiga jenis. Yakni, paket ekonomi A, B dan C. Perbedaan antara ketiga paket itu ada pada harga dan bahan baku.
Untuk paket C yang tidak menggunakan roombutter, Rahma menjual kuenya seharga Rp. 20.000 toples. Lalu, kue kualitas B dijual Rp 35.000 per toples. Adapun, harga kue paket A yang menggunakan wysman dijual Rp 50.000 per toples.
Untuk menjaga kue buatannya tetap terasa enak meski telah berbulan-bulan, Rahma mengoseng dulu terigu yang hendak dipakai supaya tidak menggumpal. Tak hanya itu, ia juga memanggang kuenya sampai benar-benar matang. Hingga tengah bulan Desember ini, Rahma telah meraup omzet hingga Rp 30 juta. sumber : KONTAN.co.id

Jumat, 06 Desember 2013

Ini tips sukses bisnis resto ala 7-Eleven


Manusia tentu butuh makan dan minuman untuk hidup. Namun, kini aktivitas makan dan  minum sudah berkembang menjadi trend gaya hidup. Setidaknya inilah yang menginspirasi  pengelola bisnis kafetaria yang beroperasi 24 jam seperti 7-Eleven.
Tengok saja, kinerja bisnis 7-Eleven yang sukses membuka 122 gerai sejak hadir di Indonesia tahun 2009 lalu. Bagi Anda yang tertarik membuka gerai dengan konsep yang sama, tentunya Anda bisa belajar dari pengalaman bisnis 7-Eleven yang dikelola oleh PT Modern Putra Indonesia ini.
Berikut ini adalah tips berbisnis minimarket dan resto 24 jam ala Henri Honoris, Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia yang dijumpai KONTAN usai acara peluncuran kerja sama 7-Eleven dengan Blue Bird di Jakarta, Senin (15/4).
1. Gerai harus bersih
Kebersihan menjadi hal penting dalam berbisnis minimarket dan restoran. Sebab, yang menjadi modal utama dagangan bisnis tersebut adalah makanan dan minuman. Kebersihan menjadi nilai utama bagi konsumen untuk berkunjung dan membeli barang yang ditawarkan.
2. Harus lengkap produknya
Konsumen akan malas berkunjung ke suatu gerai minimarket dan resto apabila produknya tidak lengkap. Barang-barang yang sekiranya menjadi kebutuhan sehari-hari, incaran, dan paling banyak diburu konsumen, setidaknya harus ada di dalam gerai.
3. Harus segar
Karena berkaitan dengan makanan dan minuman, maka barang yang dijajakan pun harus segar alias tidak kadaluarsa. Pengecekan mengenai tanggal kadaluarsa harus selalu dilakukan agar konsumen tidak menemukan barang tidak layak konsumsi tersebut di dalam gerai. Jangan sampai konsumen menkonsumsi produk kadaluarsa tersebut.
4. Pelayanan harus ramah
Para pegawai yang menjaga gerai minimarket dan resto haruslah ramah. Mereka harus bisa melayani konsumen dengan baik agar konsumen pun senang berbelanja di situ.
5. Lokasi harus di daerah keramaian
Calon pelaku bisnis dalam perencanaannya harus membidik titik-titik lokasi yang berada di pusat keramaian masyarakat. Hal ini penting agar konsumen dapat dengan mudah menjangkau dan menemukan gerai pelaku.

Selasa, 03 Desember 2013

Mencicipi peluang kemitraan ayam goreng tepung


Usaha ayam goreng bak jamur di musim hujan. Mulai dari skala gerobak di tepi jalan hingga gerai di mal. Kemitraan ayam goreng pun ikutan booming. Tawaran kemitraan terbaru datang  dari PT Pangan Guna Sejahtera.
Perusahaan peternakan ayam potong di Bogor, Jawa Barat ini menawarkan kemitraan ayam goreng dan lele goreng tepung dengan merek D'Chile, singkatan chicken dan lele.
Usaha ini sendiri baru berdiri sekitar enam bulan lalu. Manajer Pemasaran PT Pangan Guna Sejahtera, Furkon Alkes mengatakan, keunggulan D'Chile antara lain bumbu racikannya yang  berbeda dari pemain lain.
Menurutnya, D'Chile menyajikan menu dengan racikan bumbu yang bercita rasa pedas. "Pokoknya bumbu jelas beda dari yang lain. Kami juga sudah mematenkan bumbu ini," ujar Furkon berpromosi.
D'Chile sengaja menyertakan lele sebagai menu tambahan. Selain sebagai inovasi produk, juga bisa menggaet pasar lebih luas. Sejak berdiri, Pangan Guna Sejahtera langsung menawarkan kemitraan atas usaha ini. Saat ini total gerai D'Chile sudah ada 31 yang tersebar di daerah seperti Jakarta, Bekasi, Bogor dan Tangerang. Semua gerai tersebut milik mitra.
Pangan Guna hanya fokus memasok bahan baku ayam dan bumbu kepada mitra. Mitra sendiri wajib membeli pasokan ayam dan bumbu dari pusat. Furkon beralasan, mitra wajib melakukan pembelian ke pusat karena ia harus memastikan kualitas rasa produk yang dijual oleh mitranya sama dengan ayam yang ia jual.
Dalam kerjasama ini, investasi yang ditawarkan untuk satu gerai D'Chile sejumlah Rp 10 juta. Mitra akan mendapat satu set booth lengkap, peralatan masak, bahan baku awal yang terdiri dari 15 ekor ayam, lele 5 kilogram (kg) lele dan 6 kg tepung. "Satu ekor ayam bisa dibagi menjadi sembilan potong bagian," ujarnya.
Seporsi ayam goreng tepung dijual ke konsumen seharga Rp 8.000. Sedangkan harga satu seporsi lele goreng tepung Rp 7.000. Mitra sendiri diharapkan bisa meraup omzet Rp 24 juta per bulan. Dengan proyeksi laba bersih sekitar 22,5%, mitra diperkirakan balik modal dalam dua hingga tiga bulan. "Paling cepat satu bulan mitra sudah balik modal," klaim Furkon.          

Sabtu, 30 November 2013

MENIKMATI LABA PENGANAN KETAN SUSU

Maraknya makanan modern tak membuat jajanan pasar terpinggirkan. Salah satu jajanan pasar yang banyak diburu adalah ketan. Febrianto, pebisnis kuliner asal Jombang salah satu yang mengolah ketan menjadi aneka varian makanan, seperti ketan susu bumbu serundeng, ketan susu keju, ketan susu selai stroberi, ketan susu nanas, dan ketan susu durian. 

"Semua jajanan berbahan dasar ketan, ," kata pemilik usaha Tansu (Ketan Susu) ini.
 
Usaha Tansu sudah dibukanya sejak Juli 2011. Usaha yang berpusat di Jombang ini menawarkan kemitraan pada akhir 2011. 

Paket investasi dipatok sebesar Rp 6,5 juta. Mitra akan mendapat fasilitas berupa booth, peralatan standar pembuatan ketan dan pelatihan membuat ketan. "Nanti bahan bakunya dari kami," ujar Febrianto. 

Baru dua tahun berdiri, Tansu sudah memiliki sembilan gerai yang tersebar di Bandung, Tangerang, Banjarnegara dan Samarinda. Tujuh diantaranya milik mitra. "Sementara dua outlet milik saya sendiri ada di Jombang," ujar Febrianto.

Harga Tansu dipatok berbeda sesuai dengan daerahnya. Di Jawa, harga Tansu dipatok mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 5.000 per porsi. Sedangkan di luar Jawa, harga Tansu bisa mencapai Rp 10.000 per porsi. 

Saban bulan, mitra bisa menangguk omzet hingga Rp 4 juta dengan keuntungan 50%. Febrianto mengklaim, mitra bisa balik modal dalam waktu dua sampai tiga bulan. "Balik modalnya sangat cepat," katanya sembari mengingatkan lokasi gerai juga berpengaruh dalam perolehan omzet.  

Febrianto tidak mengutip biaya royalti dari mitra. Tetapi, mitra wajib membeli bahan baku ketan, susu, dan selai dari pusat. Itu dilakukan untuk menjaga kualitas rasa.

Saat ini, ia masih gencar menggaet mitra di Pulau Jawa, khususnya di daerah Jakarta, Bandung, Surabaya. "Saya akan menutup tawaran kemitraan ketika sudah mencapai 50 mitra," ujarnya.

Rabu, 27 November 2013

Mencicipi renyah peluang bisnis takoyaki

Bisnis kuliner Jepang tidak ada matinya. Makanan khas Negeri Sakura itu banyak digemari orang Indonesia. Selain bento dan sushi, masih banyak menu lain yang mulai populer di Indonesia. Salah satunya adalah takoyaki.

Belakangan makin banyak gerai camilan berbentuk bola-bola dengan bahan baku utama tepung dan seafood ini. Salah satu pemainnya adalah Nurhadi, pemilik usaha Takoyaki Yakinenak asal Semarang, Jawa Tengah.

Nurhadi mengklaim, takoyaki buatannya unggul dalam hal rasa, kualitas dan bentuk yang tahan lama. "Takoyaki kami walau pun  sudah dingin, kulit luarnya tetap bulat dan rasanya tetap enak. Kebanyakan yang lain kulitnya menjadi kempes dan tak menarik," ujar Nurhadi yang mendirikan usaha sejak tahun 2010 ini. 

Takoyaki buatannya hadir dalam enam varian topping, seperti sosis, cumi, udang, jamur, ikan salmon, dan keju. Harga jualnya mulai Rp 7.000 hingga Rp 12.000 per porsi. Setiap porsi berisi lima buah takoyaki siap santap.

Untuk mengembangkan usahanya, Nurhadi mulai menawarkan sistem kemitraan Yakinenak pada 2011 lalu. "Saat ini sudah ada 10 gerai Takoyaki Yakinenak. Milik saya hanya dua gerai dan  selebihnya milik mitra usaha," jelasnya.  Seluruh gerai tersebut masih terpusat di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Nurhadi menawarkan paket investasi seharga Rp 6 juta. Dalam paket ini, mitra akan memperoleh sejumlah fasilitas, seperti booth, kompor, wajan, peralatan lengkap, bahan baku awal, seragam, SOP lengkap, dan pelatihan pembuatan takoyaki. 

Mitra juga berhak menggunakan nama Yakinenak. Dalam kerjasama ini, ia menargetkan mitra usaha bisa balik modal dalam waktu lima hingga enam bulan. 

Perhitungannya, mitra bisa memperoleh omzet Rp 6 juta hingga Rp 7 juta per bulan dengan laba bersih 20% - 25%. Nurhadi tak mengenakan royalty fee pada mitra. Namun, mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. "Tepung premiks dan pembungkus dengan nama Yakinenak wajib membeli dari kami," tutur Nurhadi. 

Sementara, untuk bahan baku lainnya seperti topping bisa dibeli di daerah terdekat mitra, namun mereknya harus tetap sesuai yang distandarkan pusat. sumber : kontan.co.id

Jumat, 15 November 2013

Rainbow cake: Warnanya bisa memikat laba

Penjualan kue lazimnya terangkat selama masa perayaan Natal dan tahun baru. Untuk tahun ini, rainbow cake dan red velvet menjadi andalan untuk mencetak kenaikan penjualan. Aneka kreasi turut menaikkan popularitas kedua kue tersebut.

Warna-warni cerah ternyata bisa mengundang selera mengunyah bagi banyak orang. Kesimpulan itu muncul dari tren rainbow cake dan red velvet selama setahun terakhir.

Selama perayaan Natal dan pergantian tahun, kedua kue tersebut mengangkat penjualan di banyak toko kue, kafe, restoran dan hotel, hingga dua kali lipat. Rainbow cake sudah menghiasi etalase berbagai toko kue sejak awal 2012. Red velvet hadir lebih cepat lagi, yaitu akhir 2011.

Sesuai dengan keunggulannya, penampilan yang menarik berkat warna yang mencolok alias eye catching, rainbow cake populer di kalangan anak dan remaja. Kue bianglala itu seolah menjadi menu wajib saat perayaan ulang tahun anak-anak masa kini. Adapun kesan anggun dan elegan warna merah menggoda banyak wanita untuk mencicipi red velvet.

Banyak toko kue menjadikan kedua kue tersebut sebagai major menu. Sementara itu, restoran dan hotel mendaulat keduanya sebagai dessert andalan dalam beragam kreasi.

Michelle’s Patisserie bisa disebut sebagai toko yang menikmati legitnya penjualan rainbow cake dan red velvet. Rainbow cake, yang dijual dengan harga tertinggi Rp 550.000 per loyang itu, mengangkat pemasukan toko tersebut hingga 50% tiap bulannya.

Karena memiliki katering sendiri, toko yang berlokasi di Central Park Jakarta itu berani memberi jaminan bahwa warna yang digunakan dalam rainbow cake-nya masuk kategori food grade. Pembeli juga dapat memesan rainbow cake yang unik sesuai dengan keinginan masing-masing.

Adapun red velvet hadir dengan berbagai variasi yang berubah dalam kurun waktu tertentu. Di bulan Desember, kue yang mengerek naik pemasukan Michelle’s Patisserie hingga 30% itu, tampil dengan kombinasi dark cherry serta cheese cream di tengahnya. “Saat Natal dan tahun baru, kami sampai kewalahan melayani pengunjung,” kata barista Michelle’s Patisserie, Rico Matondang.

Berkah dua kue dengan penampilan unik itu juga dinikmati The Harvest. Toko itu menyajikan red velvet sejak Mei dan rainbow cake pada Oktober. Red velvet versi The Harvest adalah kue berbahan buah bit asli yang dipadukan dengan macaroon tower berbungkus kotak merah. Sejak muncul, kue itu menempati produk terlaris kedua, setelah chocolate devil, dalam tingkat pemesanan. Di The Harvest, banderol harga red velvet berkisar Rp 250.000 hingga Rp 1,5 juta per loyang.

The Harvest juga memodifikasi tampilan rainbow cake. Jika banyak toko menyusun kue ini dalam enam lapis warna pelangi secara horizontal, lapisan warna rainbow cake ala The Harvest tersusun secara vertikal. Dengan diameter 20 cm, kue itu dijual seharga Rp 290.000.

Masing-masing kue bisa menuai pesanan hingga 50 loyang per hari. Marketing Manager The Harvest, Frita P. Widiastanti, menyebut, kedua menu tersebut menyumbang kenaikan pendapatan 10% per bulannya. Pertumbuhan pesanan lebih tinggi lagi di saat Natal dan tahun baru, hingga tiga kali lipat.


Menaikkan omzet
Rainbow cake dan red velvet yang baru hadir selama lima bulan di Eaton Restaurant and Bakery juga sukses mendongkrak pendapatan toko kue itu hingga 20% setiap bulan. Bila toko lain menggunakan buah bit atau pewarna makanan untuk menghasilkan merah segar red velvet, maka Eaton menggunakan raspberry dan cranberry. Eaton juga membedakan rainbow cake-nya dengan menekankan rasa, bukan warna.

Pemain baru, semacam D’Cakes by Dewi, turut menyaksikan tingginya pesona kedua kue tersebut. Sejak pertama kali membuka tokonya pada Juli 2012, Puspita Dewi Laksmono atau yang akrab disapa Dewi, telah menikmati omzet lebih dari Rp 50 juta per bulan dengan kenaikan mencapai 50% saat Natal kemarin, berkat red velvet dan rainbow cake. Di toko ini, untuk penjualan per potong, rainbow cake tampil dalam tiga warna, yakni merah, kuning, dan hijau. Adapun untuk penjualan per loyang, Dewi tetap menggunakan enam lapis warna dengan kisaran harga Rp 150.000 sampai Rp 350.000 per loyang.

Dewi menggoda konsumennya dengan menyajikan red velvet berpadu cream cheese dan almond nougat. Kue tersebut dijual dengan harga berkisar Rp 200.000–Rp 375.000 per loyang. Baru-baru ini, Dewi merilis varian velvet terbaru, yakni pink velvet. Kue ini pun menikmati kenaikan pemesanan hingga 30%.

Rainbow cake dan red velvet juga laris manis di restoran dan hotel. Di Union Restaurant, red velvet menjadi menu andalan yang bahkan harus diproduksi tiga kali sehari demi memenuhi permintaan pengunjung, yakni pada pukul 11.00 WIB, 16.00 WIB, dan 19.00 WIB. Menurut host Union, Vira, kue yang dijual seharga Rp 528.000 per loyang, dengan diameter 24 cm itu, bisa laku hingga 80 loyang per hari. Namun Vira menolak menyebutkan kenaikan omzet yang disumbang oleh menu yang telah ada sejak Agustus 2011, di restoran yang terletak di Plaza Senayan itu.

Kedua kue itu juga menjadi dessert andalan di restoran Hotel Aston Marina sejak awal 2012 dan Hotel Aston Bali sejak September 2012. Marketing and Communication Manager Hotel Aston Marina, Gita Ashari, mengakui, dari rainbow cake dan red velvet, restoran Aston menikmati kenaikan omzet hingga 40% per bulan.

Peminat kedua kue tersebut juga dapat memesan melalui Cicip-Cicip, toko kue milik Hotel Aston. Di tempat itu, pelanggan dapat memesan kreasi rainbow cake dan red velvet, sesuai dengan keinginan, dengan harga minimal Rp 100.000 per loyang.

Namun ada pula toko kue yang memilih untuk mengakhiri produksi rainbow cake dan red velvet, tahun depan. Pemilik Souly Butter Kitchen, Rezia Dwinanda, menuturkan, meski masih masuk daftar produk dengan penjualan tinggi di tahun ini, kedua kue itu tak akan lagi diproduksi Soully Butter.

“Mungkin di tempat lain kedua kue ini masih dicari pelanggan. Tapi kami percaya pelanggan butuh pembaharuan. Jadi toko kami lebih memilih memproduksi menu baru untuk tahun depan,” ujar dia. Kira-kira, sampai kapan, ya, daya pikat kedua kue itu awet?

Selasa, 12 November 2013

Dari pemasok ikan, Mudita sukses jual roti sarapan

Sebagai mantan karyawan hotel, Ketut Mudita hafal betul kebutuhan dapur hotel. Berbekal jaringan kuat, Mudita berhasil menjadi pemasok aneka kue dan roti untuk sarapan sejumlah hotel, restoran, dan kafe di Bali. Omzetnya ratusan juta rupiah.

Jeli melihat peluang menjadi modal utama Ketut Mudita meraih sukses. Memulai usaha sebagai pemasok ikan di beberapa restoran, kini Mudita memiliki usaha bakery ternama di Bali, Pelangi Rex. Meski hanya melayani pasar hotel dan restoran (horeka), Pelangi Rexs mampu mencatat omzet ratusan juta rupiah per bulan.

Berawal dari niat ingin memiliki usaha sendiri, Mudita, yang saat itu berumur 38 tahun, memutuskan keluar dari Hotel Sanur Beach, tempatnya bekerja. Dengan bekal seadanya, ia mulai menjadi pemasok ikan untuk beberapa restoran.

Setelah menjalani bisnis ini selama setahun, Mudita melihat keuntungan usahanya kurang menggigit. “Saya amati, laba yang diperoleh bersifat musiman,” kenangnya. Maklum, tak tiap hari ia bisa mengirim ikan sesuai pesanan karena pasokan ikan mengenal musim.

Belajar dari pengalaman itu, Mudita lantas mencari usaha yang tak kenal musim. Ia  lantas beralih menjadi pemasok bahan kue dan roti yang saban hari dibutuhkan orang.

Dari permintaan bahan-bahan bakery yang stabil, pria kelahiran Bali, 18 Juli 1949, ini mengendus peluang untuk membuka usaha bakery sendiri.

Lantas, Mudita mulai belajar membuat roti dari sejumlah chef hotel yang dikenalnya. Selanjutnya, ia mendalami keterampilan untuk membuat beberapa jenis roti, seperti roti tawar, roti gandum, muffin cake, croissant cake, dan pancake. Ya, Mudita memang fokus membuat jenis roti itu karena ia ingin mengincar pasar horeka.

Punya banyak relasi di industri perhotelan, awalnya, Mudita yakin bisa mengirim roti bikinan dia ke hotel-hotel di Bali. Namun, nyatanya, tak gampang, karena hotel dan restoran sudah memiliki pemasok sendiri yang pengalamannya lebih lama ketimbang Mudita.

Selain itu, wisawatan asing yang berkunjung ke Bali juga tetap menginginkan cita rasa produk bakery seperti dari negeri asal mereka sendiri.

Kondisi ini tak membuat  Mudita menyerah. Ia tetap bergerilya untuk datang dan menawarkan produknya ke hotel-hotel di Bali. Senjata andalan Mudita adalah harga yang lebih murah.  “Saya masuk ke hotel bintang lima hingga hotel kelas melati dan vila,” tutur dia.

Usaha Mudita akhirnya berbuah manis. Pengelola hotel mulai memesan roti kepada dirinya. Saat awal merintis usaha sekitar tahun 1990 itu, Mudita yang hanya mengolah satu sak tepung terigu yang menghasilkan 200 roti sehari.

Roti untuk sarapan

Dari hari ke hari, berkat kegigihan Mudita, bakery Pelangi Rexs makin dikenal oleh pemilik hotel, restoran, dan kafe di Bali. Maklum, selain murah, toko kue ini memiliki cita rasa khas. “Croissant bikinan kami bahkan dipuji wisawatan asal Prancis. Kata mereka, rasanya tak jauh beda dengan yang dibuat di Prancis, daerah asal croissant itu,” kata Mudita senang.

Kualitas dan cita rasa produk memang menjadi perhatian Mudita. Tak lupa, ia mendaftarkan produk Pelangi Rexs untuk memperoleh sertifikat halal, supaya kue dan roti bikinannya bisa dinikmati semua kalangan, baik wisatawan asing maupun domestik. “Saya seringkali melihat wisatawan memilih-milih makanan di Bali karena takut tidak halal. Dengan sertifikasi halal, produk saya bisa dimakan siapa saja,” ujarnya.

Selain itu, Mudita juga terus menambah jejaring koki dan menjalin hubungan baik dengan mereka. “Itu salah satu cara untuk memperluas pasar,” tutur Mudita lagi.

Setelah memperoleh langgan-an tetap dari beberapa hotel, restoran dan kafe, Mudita mendirikan pabrik roti seluas 650 m² di Denpasar, Bali. Sebelum itu, Mudita mengolah roti di rumahnya sendiri.

Kini, pabrik Pelangi Rexs mengolah hingga 1.600 sak tepung sebulan. Dengan mempekerjakan 60 orang karyawan, Mudita bisa memproduksi sekitar 36.000 roti setiap hari.

Berkat niatnya berinovasi dan mempertahankan kualitas,  Mudita juga mendapat pesanan dari Aerofood Bandara I Ngurah Rai. Ia memasok muffin dan tortilla bagi para penumpang Garuda Indonesia. Tiap hari Mudita mengirim sekitar 10 karton muffin dan tortilla. “Garuda termasuk salah satu pelanggan yang bukan hanya mempertimbangkan produk berdasarkan rasa dan komposisi bahan baku saja, namun hingga kepada kebersihan pabrik dan laporan kesehatan setiap karyawan yang bekerja di pabrik saya,” terang Mudita.

Mudita pun makin mantap menjalani usaha bakery ini karena permintaan tak mengenal hari libur. Maklum, lantaran fokus melayani kue dan roti untuk  breakfast (sarapan), pabriknya tak pernah berhenti berproduksi meski hanya sehari.

Kondisi ini menimbulkan tantangan tersendiri. Supaya roda mesin pabrik tetap berputar tiap hari, Mudita bilang, butuh kemampuan manajemen yang baik dan adil, terutama dalam mengatur pembagian tugas dengan para karyawannya. “Saya berusaha karyawan tidak jenuh dengan pembagian tugas yang efektif,” tutur dia.Sumber : Kontan.co.id

Sabtu, 09 November 2013

Berbisnis roti berbekal kursus singkat kue tart

Pantang menyerah  menghadapi rintangan menjadi kunci sukses Andik Irianti dalam mengibarkan bisnis kue. Pebisnis asal Surabaya ini berceritera, ia telah menghadapi berbagai macam tantangan hingga akhirnya bisa sukses sekarang ini. Meski berstatus industri rumahan, omzet Andik Bakery bisa mencapai Rp 450 juta sebulan.

Andik bercerita, keinginan bisnisnya timbul pada 1987 setelah menikah. Saat itu, pekerjaan suami sebagai karyawan pabrik kayu berpenghasilan pas-pasan. Untuk menambah uang belanja, Andik membantu operasional toko kelontong milik mertuanya.

Dari pengalaman itu, dia terpikir membangun bisnis di rumah. Apalagi, ia ingin mendapat uang sekaligus mengurus anak-anaknya 24 jam di luar jam sekolah. Ia pun mengambil kursus menjahit. Namun, bisnis menjahit memakan waktu. "Satu baju tak jadi satu hari. Harus bikin pola dulu, lalu dijahit," katanya. Dia pun  berpaling ke kursus membuat kue.

Keinginan mengikuti kursus membuat kue, terpercik ketika dia membeli roti. Di toko roti dia menemukan brosur tawaran kursus membuat kue yang menarik minatnya.  Dia memilih tawaran kursus singkat membuat kue di Surabaya. Lama kursus 3 jam sekali pertemuan dengan satu macam kue. Biaya kursus Rp 150.000 per pertemuan. "Pertemuan pertama saya ambil materi kue tart. Pulang kursus saya praktikan di rumah, ternyata berhasil.

Saya suruh anak-anak jual ke tetangga. Ternyata banyak yang suka," kenangnya. Waktu itu dia menghargai kue pertamanya Rp 1.000 per potong. Harga itu tak cukup banyak memberi untung. "Untung belakangan, yang penting bagaimana bendera kita berkibar," katanya.

Melihat prospek pasar yang bagus, dia mengambil 30 tawaran kursus dengan materi berbeda-beda. Dia mengukuhkan hatinya untuk berbisnis roti dan kue.

Seperti keinginannya sejak awal, selama dua tahun dia mengoperasikan usahanya di rumah mertua. Hingga tahun 2003, dia memutuskan pindah dan mencari tempat baru yang lebih besar dan dekat jalur transportasi.

Dia kemudian membeli rumah yang akan dijadikannya tempat usaha. Dengan lokasi strategis di pinggir jalan raya, rumah seluas 150 m2 itu membuat maju Andik Bakery. "Waktu itu saya beli etalase dan membuat papan nama agar orang tahu rumah saya jualan roti dan kue," ujarnya.

Melihat perkembangan bisnisnya maju, dia kemudian memperluas tempat usaha dengan membeli tanah di sekitar rumahnya hingga menjadi 520 m2. Dia juga meminta suami untuk keluar dari pekerjaan dan membantu mengembangkan bisnis kue. "Saya mulai kewalahan mengurus sendiri. Saya butuh dukungan suami." katanya.

Andik kewalahan karena pelanggannya bertambah, tidak hanya dari Surabaya, tapi juga Madura, Pasuruan dan Malang. Pesanan luar kota biasanya dalam porsi besar. Produk-produknya kini juga telah dijual di gerai toko modern seperti di Indomart dan Alfamart di Surabaya. Sumber : Kontan.co.id

Rabu, 06 November 2013

Tanamkan jiwa bisnis & semangat pantang menyerah

Cita-cita besar tertanam di kepala Andik Irianti dalam mengembangkan sayap bisnisnya. Selain membesarkan bisnis kue dan roti Andik Bakery, kini dia juga merambah ke lini bisnis lain yaitu laundry.

Andik juga membuka tawaran kemitraan Andik Burger dengan investasi Rp 7,5 juta. Dengan uang tersebut, mitra akan mendapatkan gerai untuk menjual burger olahan Andik Bakery. Sampai saat ini tercatat sudah 10 gerai Andik Burger yang tersebar di sekitar Surabaya.

Untuk bisnis laundry, Andik menggunakan nama anaknya sebagai merek, Sinta Laundry & Cleaning. Usaha baru yang dimulainya pada 2009 ini, menurut Andik, telah mengeruk omzet Rp 12 juta tiap bulan.

Dengan tambahan dua usaha barunya, kini total omzet yang didapat Andik telah mencapai Rp 450 juta per bulan. Dari omzet sebanyak itu, pendapatan bersih Andik bisa mencapai sekitar Rp 100 juta.

Cita-citanya tidak berakhir sampai disitu saja. Impian besar Andik adalah mewariskan usaha roti kepada masing-masing tiga anaknya. “Saya nanti ingin semua anak-anak saya kerja di rumah saja. Jadi harapan saya adalah membuat tiga perusahaan roti untuk masing-masing,” ujarnya.

Untuk itu, Andik mulai dini telah mengajarkan kepada anak-anaknya bagaimana cara membuat  kue dan roti. Bahkan untuk bisa mendidik jiwa bisnis sang anak, dia sudah melibatkan anak bungsunya yang berumur 8 tahun untuk  menjaga mesin kasir di Andik Bakery.

Dengan didikan sejak dini, Andik yakin sang anak nantinya akan mampu membesarkan bisnis lebih dari yang bisa dia peroleh saat ini. "Semua sudah mahir membuat kue," kata Andik bangga.

Selain pembelajaran bisnis, dia juga berusaha menurunkan semangat pantang menyerah ke anak-anaknya. Sebab, menurut Andik, semangat pantang menyerah menjadi kunci utama dalam berbisnis. "Kalau sudah jalan, harus terus dijalankan," katanya. Sumber : Kontan.co.id

Minggu, 03 November 2013

Merajut untung nan legit dari boneka berbentuk kue

Bukan cuma mainan bagi si kecil, boneka juga menjadi sarana edukasi. Kini yang lagi laris adalah boneka berwujud aneka aneka jenis makanan kesukaan anak. Dari sinilah muncul peluang usaha yang cukup gurih.

Boneka acap menjadi teman bermain si kecil. Selain berperan sebagai mainan, sebetulnya boneka juga bisa menjadi sarana edukasi yang efektif. Dengan bentuk yang lucu dan warna yang cerah, anak-anak tak akan mudah bosan belajar dengan boneka.

Sebagian orang tua pun menggunakan boneka untuk mengenalkan berbagai binatang atau benda-benda lainnya, kepada buah hati tersayang. Selain itu, saat mendongeng, orang tua juga menggunakan beragam boneka sebagai peraga untuk menghidupkan suasana.

Berawal dari kegiatan komunitas yang ingin mengenalkan jajan pasar khas Indonesia kepada anak-anak di Indonesia, Glenn Ardiansyah, seorang produsen boneka, kemudian memproduksi boneka jajan pasar. “Saat mendongeng tentang jajan pasar, ternyata, banyak orang tua yang pesan,” ujar dia.

Dari situlah, pada 2012, Glenn memutuskan terjun menjadi produsen boneka jajan pasar.  Gayung pun bersambut. Banyak orang tua yang kemudian memesan boneka jajan pasar.

Kini, dalam seminggu, Glenn mampu membuat sekitar 150 boneka jajan pasar dan 150  boneka tas yang juga berbentuk jajan pasar. Ada enam varian boneka jajan pasar yang ditawarkan oleh Glenn. Masing-masing boneka berbentuk getuk, cenil, lemper, bolu kukus, cakwe, dan moci.

Boneka-boneka itu dijual mulai dari harga Rp 45.000 per buah. Dalam sebulan, boneka jajan pasar mampu menghasilkan omzet hingga Rp 80 juta.

Berbeda dengan Glenn, Retno Setyowati, pemilik Foody Dollys, tertarik membuat boneka berbentuk kue lantaran melihat adanya peluang dari boneka jenis ini. Kebetulan, ia memang ingin menggeluti usaha pembuatan boneka. “Belum banyak produsen boneka yang membuat boneka jenis ini, karena saya lebih banyak melihat boneka  binatang atau bentuk mirip manusia,” jelasnya.

Beragam bentuk boneka makanan yang dibuat Retno, seperti burger, hotdog, rainbow cake, tiramisu. Retno juga membuat menu fast food, seperti boneka ayam goreng lengkap dengan kentang goreng. Selain membuat boneka berbentuk kue dan makanan, Retno pun membuat boneka edukasi lain, seperti boneka angka, huruf, dan boneka bunga.

Dalam sebulan, Retno mampu mengirim 400 hingga 500 buah boneka. Ia pun mengumpulkan omzet berkisar Rp 40 juta hingga Rp 50 juta.

Untung 30%

Usaha pembuatan boneka ini relatif sederhana. Modal yang disiapkan pun bisa sangat fleksibel. Anda bisa memulai dari modal yang ringan. Dua tahun lalu, saat memulai usaha ini, Retno hanya menggunakan dana Rp 2 juta. “Duit itu untuk beli kain dan dakron, karena jahitnya masih menggunakan tangan,” tutur dia.

Bahan baku boneka, yang terdiri dari  kain pelapis luar dan pengisi boneka, gampang diperoleh. Ada berbagai jenis kain yang menjadi material luar boneka. Antara lain, rasfur, velboa, nylex, dan yelvo. Kain-kain tersebut mempunyai karakteristik sendiri, mulai dari panjang dan pendek bulu, tebal tipis kain, dan tekstur kelembutannya. Untuk pengisi boneka bisa dipakai perca dari sisa konveksi, dakron dari serat kapas, atau silikon yang berbentuk bulat kecil.

Retno mendapatkan bahan baku dari berbagai pemasok atau pabrik kain. Untuk pelapis luar boneka, ia memakai kain dari jenis yelvo. “Kualitas kainnya lebih baik,” kata dia.

Bahan kain ini merupakan produk impor dengan bulu yang pendek tapi terasa sangat halus dan elastis. Untuk kain dengan corak-corak yang unik, ia pun memburunya di sentra-sentra kain. Dalam sebulan, Retno memakai sekitar 200 m² kain dan 100 kg dakron. Harga kain berkisar Rp 36.000–Rp 40.000 per m². Adapun harga dakron berkisar Rp 36.000 per kg.

Saat ini, Retno mempekerjakan 10 orang karyawan. Mereka terbagi dalam beberapa bagian, seperti tenaga potong pola, penjahit dengan mesin, penjahit dengan tangan, dan tenaga untuk memasukkan dakron.

Selain mempunyai workshop sendiri untuk mengerjakan berbagai boneka, produsen boneka juga bisa mengalihkan produksi ke pihak lain. Seperti yang dilakukan Glenn, yang menyerahkan produksi kepada pihak ketiga. Ia hanya membuat desain berbagai boneka jajan pasar.

Glenn menyerahkan pembuatan ke pihak ketiga untuk meminimalkan risiko. “Saya pilih pihak ketiga yang benar-benar paham soal jahit-menjahit,” ujar Glenn yang memulai usahanya dengan modal Rp 10 juta. Ia membayar Rp 20.000-Rp 30.000 sebagai ongkos jahit untuk satu boneka jajan pasar.

Dalam memasarkan boneka ini, tentu butuh kejelian. Sebagai langkah awal, mungkin Anda bisa menitipkan ke toko-toko boneka atau mainan yang kini banyak bertebaran. Untuk mendongkrak penjualan, Anda bisa membuat website atau situs. Di situs tersebut, Anda bisa memancing agen atau reseller yang akan ikut menawarkan boneka Anda ke konsumen.

Dulu, Glenn pun cukup terbantu berpromosi karena dia aktif dalam kegiatan mendongeng di sekolah-sekolah. Namun, ia juga tak lupa membuat situs. “Dari situs, banyak orang yang tertarik untuk menjadi agen atau reseller,” katanya.

Sedangkan Retno banyak menuai promosi dari mulut ke mulut. Mengawali usaha dengan produksi yang terbatas, Retno menjual produknya ke teman-teman kantor suaminya. Setelah mengantongi cukup modal, ia membuka workshop di pinggir jalan. “Banyak yang suka dan beli di workshop,” ujar dia.

Selebihnya, Retno rajin mengikuti pameran, baik di kawasan perumahannya hingga pameran di pusat-pusat belanja. Kini, Retno juga mulai menawarkan lewat situs. Seperti halnya Glenn, ia menuai banyak penjualan dari agen dan reseller

Keuntungan yang bisa diperoleh dari pembuatan boneka makanan atau kue ini lumayan besar. Baik Glenn maupun Retno kompak bersuara, untung yang bisa dibawa pulang lebih dari 30%. Untung bisa lebih besar, jika Anda rajin menciptakan model-model baru. Maklum, model boneka ini juga rentan ditiru.

Kreativitas pun menjadi salah satu kunci yang membuat usaha boneka edukasi ini berhasil. Anda pun harus memastikan, model-model boneka yang akan diproduksi akan mempunyai banyak penggemar. “Saya sampai survei ke tetangga dan orang-orang sekitar untuk mengetahui berbagai jenis roti, kue, atau makanan lainnya yang sedang disukai pasar,” terang Glenn yang kebetulan juga seorang desainer grafis.

Maklum, ragam makanan terus mengalami perkembangan. Selain rajin melakukan survei, tak ada salahnya Anda jalan-jalan ke pusat-pusat perbelanjaan untuk mengetahui tren. Bila ingin mengikuti perkembangan kuliner, Anda juga bisa melihat di berbagai majalah yang membahas kuliner ataupun bakery.

Anda juga bisa menggali ide dari browsing di dunia maya. Di internet, Anda bisa update apa saja roti atau cake yang sedang naik daun.    

Kamis, 31 Oktober 2013

Mengendus peluang dari pecinta blacky dan kitty

Anjing dan kucing merupakan dua hewan peliharaan yang paling sering diperlakukan layaknya manusia oleh sang pemilik. Tidak heran apabila di luar negeri, tren memberikan camilan istimewa bagi anjing dan kucing sudah lazim.

Mereka tidak hanya mengunyah makanan pokok yang dijajakan di petshop. Majikan mereka juga menyodorkan aneka kue, seperti cupcake, cookie ataupun pie, puding, bakpao hingga popcorn. Ada juga anjing yang mendapatkan kue ulang tahun saat sang majikan merayakan kelahirannya.

Tren memanjakan peliharaan juga sudah menjangkiti para pemilik hewan, terutama anjing, di negeri ini. Kesimpulan semacam itu bisa kita tarik jika menyimak pengalaman Jessica Yova Ananda, pemilik Mr Lee Bakery for Dogs.

Kecintaan terhadap anjingnya, yang bernama Lee, menggelitik minat Jessica untuk mencoba membuat kue bagi si kaki empat. “Kalau beli di petshop, terlalu mahal buat saya,” tutur Jessica. Dengan bantuan sang ibu yang gemar memasak, Jessica menjajal pembuatan kue untuk sang anjing.

Setelah melalui proses ujicoba berulangkali, dengan anjing-anjing milik sendiri dan saudaranya sebagai tester, Jessica pun memberanikan diri membuka usaha bakery untuk anjing pada 2010.

Kecintaan terhadap anjing dan kucing juga menjadi alasan Louise Dewi menjajal usaha bakery untuk hewan peliharaan. Demi menutup sebagian dari biaya pemeliharaan hewan dan kucing telantar yang ia temui, Louise menggulirkan usahanya dengan bendera Papillon Dogs and Cats Bakery.

Sebagian dari keuntungan penjualan kue disisihkan Louise untuk anjing telantar yang ia pungut dan serahkan ke pengasuh. “Setiap anjing anggarannya Rp 350.000 per bulan,” ujar Louise.

Memang, pasar untuk kue hewan peliharaan di sini belum sebesar di Amerika Serikat. Namun Jessica dan Yovie menyebut usaha pembuatan aneka kue untuk anjing dan kucing itu menarik karena jumlah pemain masih sedikit, sementara permintaan mulai tumbuh.

Jumlah pemain yang terbatas mengakibatkan pemain yang ada saat ini, yang jumlahnya kurang dari lima, tak pernah sepi order.  Mr Lee dan Papillon yang sama-sama bermarkas di Jakarta, menuai permintaan dari berbagai kota, termasuk kota-kota di luar Jawa, seperti Makassar dan Martapura.

Jessica menuturkan, dalam sehari Mr Lee memproduksi rata-rata 100 bungkus cookies kemasan 100 gram, 5 kue ultah dan 1 set cup cake. Nilai omzet Mr Lee berkisar Rp 30 juta untuk sebulan. Namun dia enggan menyebut margin usahanya.

Yang pasti, ketika menggulirkan usahanya, tiga tahun silam, Jessica cuma mengeluarkan dana Rp 2 juta. Kini, Jessica sudah balik modal. Perkembangan usaha Mr Lee juga terlihat dari jumlah karyawan, yang semula dua orang, kini menjadi lima orang.

Perjalanan bisnis Papillon yang berawal pada Maret 2013, menguatkan daya tarik bisnis pembuatan kue untuk peliharaan. Rata-rata omzet Papillon kini Rp 15 juta per bulan dengan tingkat keuntungan berkisar 20%-50%. Sekadar catatan, Papillon juga menawarkan varian kue untuk kucing, dengan aroma berbagai ikan.


Bahan terlarang

Anda tertarik menjajal usaha aneka kue dan camilan untuk peliharaan? Proses produksi bakery untuk peliharaan memang tidak berbeda dengan cara membuat bakery untuk manusia.

Namun yang perlu diingat, kunci sukses usaha ini tidak hanya keterampilan memasak saja. Kecintaan terhadap hewan, yang menjadi konsumen, menurut Jessica dan Louise justru kunci sukses utama di usaha ini.

Pendapat mereka tidak mengada-ada. Kecintaan terhadap hewan akan memacu si pembuat aneka kue untuk menghasilkan produk terbaik bagi peliharaan pembeli. Kepuasan si pembeli tentu akan melanggengkan usaha Anda.

Tanpa rasa peduli terhadap hewan yang menjadi penikmat makanan, bisa jadi produsen asal mencomot bahan-bahan yang biasa dipakai untuk makanan manusia. Padahal, banyak bahan makanan manusia yang tidak cocok dikonsumsi hewan, seperti anjing.

Tiga bahan yang menjadi pantangan menu untuk anjing adalah gula, garam dan bahan pengawet. Ketiga bahan itu bisa membuat anjing yang memiliki sistem pencernaan lebih sensitif daripada manusia, mengalami kegemukan atau kerontokan bulu.

Apabila Anda punya rasa cinta terhadap anjing, pasti Anda akan mencari tahu apa saja bahan yang cocok, untuk memenuhi order tertentu. Anda juga akan tertantang untuk berkreasi apabila punya rasa sayang terhadap si Heli.

Lihat saja pengalaman Jessica yang sampai berburu ke luar negeri untuk mencari berbagai aneka cetakan kue, seperti cetakan telapak kaki anjing. Ia juga mengimpor carob, bahan pengganti cokelat yang biasa digunakan cookies untuk anjing.

Kecintaan terhadap hewan juga memberi Anda kemudahan saat mencari calon pelanggan di hari-hari awal membuka usaha. Jika sudah akrab dengan komunitas pemilik anjing dan kucing, tentu Anda akan lebih mudah mengidentifikasi calon pembeli.

Untuk memperluas pasar, Anda bisa memanfaatkan jaringan internet. Baik Jessica dan Louise sudah membuktikan keampuhan pemasaran lewat sosial media. Anda pun bisa.Sumber : kontan.co.id

Senin, 28 Oktober 2013

Mengintip Tawaran Berjualan Roti Kota

Panganan berupa roti banyak dicari orang. Roti kerap menjadi menu pilihan sarapan ataupun pengganjal lapar sewaktu-waktu. Makanya, banyak pebisnis yang membuka usaha roti. Salah seorang yang melihat peluang ini adalah Dian Narpani di Denpasar. Ia merintis bisnis roti sejak 2010 dengan mengusung merek Roti Kota.
Berbekal keahlian memasak, ia mampu membuat roti yang empuk dan enak. Ada 40 varian roti yang dihasilkannya. "Yang paling laris roti gulung kacang, gulung keju, gulung coklat, kismis, donat meses, juga donat keju," kata ibu dua anak ini.
Harga jual Roti Kota relatif terjangkau, yaitu sekitar Rp 3.000 per buah. Ternyata, roti buatan Dian mendapat sambutan bagus dari pasar. Bahkan, teman-temannya tertarik untuk ikut memasarkan. Demi menjawab permintaan itu, Dian pun mulai membuka peluang kemitraan tiga bulan kemudian. Cara ini pun diharapkan bisa memperkuat brand Roti Kota.
Menurut Dian, usaha ini cocok untuk ibu rumah tangga karena mudah cara pemasarannya. Mitra Roti Kota bisa memasok roti ke kantin sekolah, kantor atau warung dekat rumah. Sambil berjualan, mitra bisa tetap mengurus rumah tangga atau melakukan kegiatan lainnya.
Untuk menjadi mitra Roti Kota, Dian tidak menetapkan kriteria dan investasi khusus. Hanya, mitra wajib membeli roti minimal 100 buah, dan tidak dikenakan biaya retur. "Diskon harga beli dari pusat hingga 40 persen," tutur Dian.
Walaupun hanya memerlukan modal kecil dan cara kerjanya fleksibel, namun keuntungan dari usaha ini cukup menggiurkan. Kini, empat orang mitra Roti Kota di Denpasar dan Jimbaran mampu meraup omzet sekitar Rp 1 juta hingga Rp 1,8 juta per hari. Artinya, dalam sebulan, mereka bisa mengumpulkan omzet Rp 54 juta.
Keuntungan bersih mitra diperkirakan mencapai 40 persen atau sekitar Rp 21,6 juta per bulan. Dian menyebutkan, sekarang ini, mitra Roti Kota rata-rata mengambil roti dalam jumlah ribuan  potong per hari. Sumber : Kompas.com

Jumat, 25 Oktober 2013

Menu Engineering (Bagian 2) Tips Menyusun Menu Secara Strategis

Ilmu Menu Engineering adalah penggabungan antara ilmu psikologi, akunting, dan marketing yang bertujuan untuk memaksimalkan profit bagi perusahaan. Menu engineering juga dapat digunakan untuk menggiring pelanggan memilih menu yang diinginkan perusahaan, sekaligus menjauhkan mereka dari menu yang tidak diharapkan perusahaan. Meskipun ilmu ini sering digunakan pada industry hospitality terutama restoran, ilmu ini juga dapat diaplikasikan di industry manapun.
Secara singkat, ilmu psikologi diterapkan dalam hal penempatan urutan makanan dan minuman di suatu buku menu. Urutan menu yang paling mudah diingat oleh pelanggan adalah di awal dan di akhir. Menurut riset, menu yang berada di paling atas adalah menu yang paling banyak dipesan. Pada contoh kasus resto sushi, menu AYCE memang ditempatkan di posisi paling depan pada buku menu. Menu kedua menduduki urutan kedua menu yang paling banyak dipesan, sedangkan menu yang paling banyak dipesan ketiga adalah menu yang posisinya paling bawah. Menururt Mark Todd, alasan di balik penempatan dan penjualan menu ini sangat sederhana, “Orang menjadi semakin malas dan tidak mau membaca semua daftar menu”.
Penjelasan yang baik tentang menu juga menghasilkan efek yang positif karena dapat meningkatkan kepuasan konsumen dan perceived value yang lebih tinggi. “Apabila Anda kurang kreatif dalam membuat penjelasan tentang menu, lebih baik Anda membayar orang yang dapat menulis dengan sangat baik sehingga dapat membuat pelanggan meneteskan air liur ketika mereka membacanya”, tutur Mark.
Langkah-Langkah Membuat Urutan Menu yang Baik
1. Hitung secara detail harga modal dari tiap menu yang Anda jual
2. Tempatkan menu yang mendatangkan paling banyak keuntungan bagi Anda di urutan pertama. Pada kasus pizza, vegetarian pizza merupakan menu yang keuntungannya paling besar karena harga sayuran yang secara umum lebih murah.
3. Tempatkan menu yang paling banyak keuntungan kedua pada urutan nomor 2
4. Tempatkan menu yang paling banyak keuntungan ketiga pada urutan terakhir
5. Beberapa menu yang tidak terlalu menguntungkan sebaiknya tidak dimasukkan ke dalam menu. Sediakan hanya apabila ada pelanggan yang menanyakan
6. Berikan penjelasan yang sangat baik untuk ketiga menu tersebut disertai dengan gambar yang bagus
sumber : BCC Indonesia.com

Selasa, 22 Oktober 2013

Menu Engineering (Bagian 1) “Menggiring” Pelanggan dalam Memilih Menu

Jika Anda pernah ke salah satu resto sushi terbesar di Jakarta, maka kemungkinan besar Anda akan “digiring” untuk memilih menu all you can eat (AYCE) mereka. Tentu saja kita tidak sedang membicarakan sihir, hipnotis atau semacamnya. Yang mereka lakukan adalah mendesain menu secara strategis sehingga pelanggan akan memilih menu yang mereka inginkan (baca: menu yang profitnya paling besar bagi perusahaan). Ini adalah ilmu interdisipliner modern dinamakan “Menu Engineering”.
Kembali ke kasus resto sushi tadi. Untuk menu AYCE, 1 orang akan dikenakan biaya Rp 200.000++ belum termasuk minum. Ada banyak menu yang bisa dipilih untuk AYCE mulai dari hand roll, roll, beberapa menu sashimi dan grill, tetapi ada beberapa item seperti octopus, nigiri unagi dan fatty tuna yang tidak termasuk dalam paket ini. Lalu mengapa kebanyakan pelanggan memilih AYCE yang sebenarnya relatif mahal ini daripada menu a la carte?
Mari kita lihat harga satuan menu-menu tersebut. Harga satu menu salmon salad yang terdiri dari sekitar 4-5 daging salmon mentah dengan saus salad adalah sekitar Rp 55.000, menu sushi and sashimi combo adalah Rp 160.000. Beberapa menu lain seperti hand roll dan sushi roll kisaran harganya mulai dari Rp 25.000 – Rp 90.000. Harap diingat bahwa untuk menu sushi, Anda tidak akan kenyang hanya dengan memesan 2 atau 3 menu. Sedangkan untuk menu AYCE, semua menu-menu tersebut dapat Anda pesan sepuasnya! Dengan demikian Anda seolah-olah “dipaksa” untuk memilih menu AYCE agar tidak merasa rugi.
Jadi, berapa biaya total yang harus Anda bayar untuk menu a la carte ini? Setelah melakukan perhitungan, kami harus mengeluarkan lebih dari Rp 750.000 untuk makan berdua, sedangkan untuk menu AYCE, kami hanya mengeluarkan Rp 500.000. Dengan perhitungan seperti ini, pelanggan akan merasa “beruntung” karena dapat menghemat Rp 250.000++, padahal untuk sekali makan, harga Rp 250.000/orang itu pun sebenarnya sudah mahal.
Inilah yang disebut dengan “perceived value”, opini dari pelanggan akan nilai dari suatu produk yang sedikit atau malah tidak ada hubungannya sama sekali dengan harga. Mark Todd, seorang konsultan kuliner memberi contoh pada kasus pizza. “ Perceived value dari pengunjung akan lebih besar apabila mereka mendapat 3 loyang pizza kecil dengan 3 variasi topping dibandingkan dengan 1 loyang pizza besar meskipun harga modal dan harga jualnya sama”, jelas Mark (bersambung). Sumber : BCC Indonesia.com

Sabtu, 19 Oktober 2013

Sourdough, Roti Sehat Kaya Serat

Anda yang melakukan diet kemungkinan besar akan mengalami kesulitan jika mencari makan di luar. Membuat makanan sendiri untuk dibawa ke kantor juga bukan merupakan solusi praktis. Sebelum Anda mengurungkan niat untuk diet , ada baiknya Anda mencoba roti sourdough, makanan sehat yang praktis untuk dibawa kemana-mana.
Meskipun sekarang roti sourdough yang populer berasal dari Jerman, bangsa Mesir telah menemukannya secara tidak sengaja pada tahun 1500 SM. Apabila cairan seperti air atau susu biji-bijian seperti gandum dan didiamkan begitu saja di udara terbuka dengan suhu ruangan, ragi liar akan tinggal di campuran ini, memakan kandungan gula dan menjadikannya asam. Karbondioksida yang dihasilkan ragi terperangkap di dalam adonan, inilah lubang-lubang yang sering kita lihat pada tekstur permukaan roti
Sourdough merupakan salah satu teknik pembuatan roti paling kuno yang sering diaplikasikan pada roti roti Eropa. Berbeda dengan kebanyakan roti Asia yang bertekstur lembut dan manis, roti Eropa memiliki rasa yang asam dan tekstur yang alot. Justru inilah wujud ideal sebuah roti bagi orang-orang Eropa. Mereka memiliki alasan yang sangat baik di balik selera mereka selain faktor tradisi.
“Roti sourdough terbuat dari bahan-bahan alami yaitu air dan tepung, bisa tepung terigu atau rye. Selain itu roti ini juga biasanya mengandung biji-bijian yang diperlukan tubuh seperti kacang, poppy seed, sunflower seed, pumpkin seed, sesame, and oatmeal”, jelas I Made Kona, Pastry Chef Hotel Ritz Carlton. Salah satu roti yang memiliki nutrisi paling lengkap adalah Muesli bread.
Muesli sendiri adalah sereal sarapan pagi yang terdiri dari campuran biji-bijian seperti oat, kismis, dan almond yang terbukti ampuh mencegah kanker, atherosclerosis, dan menurunkan kadar kolesterol. Muesli bread juga mampu memenuhi kebutuhan serat di era makanan instan. “Sepotong Muesli bread untuk sarapan pagi sudah cukup memenuhi kebutuhan nutrisi kita karena mengandung protein pada kacang, karbohidrat di tepung, vitamin di kismis, dan energi pada gula”, lanjut Kona
Seiring dengan kesadaran akan pola hidup sehat, orang mulai meninggalkan roti-roti Asia yang bisa membahayakan kesehatan dengan kadar gulanya yang terlalu tinggi. Berbeda dengan roti sourdough, roti Asia banyak menggunakan ragi instan untuk nmengembangkan adonan. “Ragi  sebenarnya adalah sejenis jamur (makhluk hidup) yang mengandung vitamin B. Tetapi jika Anda mengkonsumsi roti Asia, ada kemungkinan bahwa ragi masih hidup. Ragi ini akan membentuk asam di perut yang dapat mengakibatkan kembung”, tutur Kona.
Selain dari kalangan ekspatriat, semakin banyak orang Indonesia yang peduli kesehatan mengkonsumsi roti sourdough. Pada gigitan pertama, Anda akan merasakan aroma  menyengat dan rasa yang sangat kompleks. Jika Anda dapat bertahan, setelah beberapa gigitan Anda akan mulai terbiasa dengan rasa unik ini, bahkan bukan tidak mungkin Anda akan ketagihan. Biasanya, roti ini dikonsumsi dengan mentega, selai, atau dijadikan roti untuk sandwich.
Tuntutan pekerjaan seolah tak pernah berhenti, jika keadannya sudah begini, jangankan mencari makanan sehat, banyak orang malah lupa makan. Jika sudah begini, Anda butuh makanan alami yang siap setiap saat. Meskipun mirip dengan tagline sebuah iklan, yang kami maksud tentu saja bukan mie instan. Roti sourdough yang terbuat dari bahan alami mampu memenuhi kebutuhan nutrisi Anda untuk beraktifitas sepanjang hari. Sumber : BCC Indonesia.com

Rabu, 16 Oktober 2013

K’s Bakery: Produk Roti Taiwan dengan Konsep ala Jepang




Banyaknya jumlah restoran dan bakery di Kelapa Gading, membuat wilayah ini sering disebut sebagai pusat kuliner Jakarta. Tidak heran jika para pelaku bisnis kuliner berani menanamkan modal besar, dalam membuka usaha kuliner di wilayah Jakarta Utara ini. Peluang bisnis yang menjanjikan ini juga diimbangi oleh ketatnya kompetisi. Oleh sebab itu resto dan bakery yang baru buka harus melengkapi dirinya dengan beberapa keunggulan.
Sebelum memilih lokasi, K’s Bakery terlebih dulu melakukan riset untuk memilih tempat usaha yang strategis. Melalui berbagai pertimbangan akhirnya K’s Bakery memilih Jalan Raya Boulevard yang merupakan salah satu jalan utama di Kelapa Gading dan tentu saja sering dilalui banyak orang. K’s Bakery juga menggunakan beberapa nama Jepang untuk menamai produknya.
K’s Bakery adalah sebuah produk franchise asal Kanada. Di negara asalnya K’s bakery bernama King Bakery, namun di Indonesia nama tersebut harus diubah karena banyaknya usaha yang menggunakan nama “King”. Oleh sebab itu, pihak manajemen memutuskan untuk menggunakan nama K’s Bakery. Tidak hanya itu, manajemen juga memodifikasi logo singa pada K’s Bakery dan menambahkan aksesoris topi pada singa agar terlihat lebih lembut. Untuk menarik perhatian pelanggan, terutama pelanggan baru, K’s Bakery juga melengkapi diri dengan interior bernuansa Jepang yang unik. Nuansa Jepang yang alami diperkuat melalui penggunaan interior dengan bahan kayu yang memberikan suasana teduh dan nyaman.
Strategi Pengenalan Produk
Seringkali, proses pengenalan produk merupakan salah satu bagian yang paling menentukan kesuksesan suatu bakery baru. Strategi yang dilakukan K’s Bakery untuk memperkenalkan produknya pada saat pembukaan di bulan Juni 2010 silam adalah dengan membagikan produk K’s Bakery melalui jalur door-to-door kepada warga sekitar. “Konsep ini kami lakukan bertujuan memperkenalkan K’s Bakery kepada warga sekitar, seperti layaknya kita baru pindah rumah saja,” ujar Bambang, General Affair K’s Bakery. Cara ini ia nilai cukup efektif karena pada saat awal pembukaan K’s Bakery, warga langsung berdatangan dan memadati gerai. “Antusiasme warga sekitar sangat bagus, pada saat pembukaan saja produk kami sampai habis terjual,” jelas Bambang. “Saya membeli produk K’s Bakery karena selain rasanya yang berbeda dengan roti lain, K’s Bakery juga menyuguhkan pilihan yang bervariasi,” jelas Dinda, salah satu pelanggan K’s Bakery.
K’s Bakery juga sering menggunakan strategi promosi seperti mengadakan diskon, beli satu gratis satu dan lain-lain. Khusus pada hari besar K’s Bakery juga menerima pesanan parsel dengan harga yang bervariatif. Salah satu layanan yang diberikan K’s Bakery untuk memberikan nilai lebih pada para pelanggan setianya adalah dengan memberikan layanan antar parsel sampai ke tempat tujuan sehingga para pelanggan yang sibuk tidak perlu repot untuk mengantarkan parsel sendiri.
Selain promosi, K’s juga melakukan beberapa program untuk memberikan edukasi, terutama terhadap dunia pendidikan anak. Sampai saat ini, K’s Bakery telah mengadakan lebih dari 10 cooking class untuk anak-anak sekolah yang bertujuan agar anak-anak dapat mengenali proses pembuatan roti. Selain belajar proses pembuatan roti dari sisi teknis, baking demo ini juga secara tidak langsung mengajarkan anak-anak untuk lebih menghargai makanan yang mereka konsumsi setelah mengetahui sulitnya proses pembuatan roti.
Menjaga Kualitas Produk
Sebagai sebuah brand franchise dari Kanada, tentunya K’s Bakery harus melakukan kontrol ketat pada proses produksi. Untuk menjaga kualitas produknya, K’s sengaja mendatangkan Chef Wu Pin Liem dari Taiwan yang dibantu oleh beberapa Chef asisten lokal untuk menghasilkan beberapa roti favorit seperti Sushi Roll dan Japanese Pocket. Sushi Roll adalah roti yang menggunakan berbagai filling seperti rumput laut (nori), telur, abon dan selada. Produk roti dengan kombinasi filling yang unik ini jumlahnya belum terlalu banyak di Indonesia sehingga wajar saja banyak pelanggan yang tertarik. Dari sisi adonan roti, K’s Bakery juga memiliki keistimewaan tersendiri. “Berbeda dengan roti lain, tekstur roti kami lebih padat sehingga tidak kempes saat dipegang,” tutur Bambang.
Menjaga kualitas rasa merupakan salah satu cara agar pelanggan tidak merasa kecewa terhadap produk yang dijual. Untuk itu K’s Bakery sangat memperhatikan hal tersebut dengan cara tidak menjual produk pada hari berikutnya. “Jika roti yang kami jual masih bersisa pada malam hari, biasanya kami akan berikan kepada anak yatim. Sementara untuk roti-roti dengan filling tertentu, kami sengaja memilih untuk kami musnahkan demi menjaga kualitas produk K’s Bakery,” jelas Bambang. Sumber : BCC Indonesia.com

Minggu, 13 Oktober 2013

BCC Hadirkan Seminar Bakery Entrepreneur: Memanfaatkan Peluang Usaha Bakery & Kiat Manajemennya

Pasar Indonesia memang sangat menarik bagi usaha bakery yang terus bertumbuh pesat seiring dengan naiknya taraf hidup masyarakat. Para pemain bakery asing turut menyemarakkan persaingan usaha bakery di Indonesia. Memang banyak mata melirik pada peluang bisnis ini dan berlomba menyuguhkan sesuatu yang unik, mulai dari produk, interior sampai pelayanannya. Dewasa ini jika kita lihat, banyak bakery yang tidak hanya menjual roti sebagai produk utamanya, tetapi juga berlomba dalam mengedepankan konsep bakery bergabung dengan resto dan kafe.
Petrus Gandamana, Chief Editor Bakery Magazine dan juga Senior Food Consultant di Baking and Chef Center (BCC) bersama rekannya Calvin Andersen, Editor Ahli Bakery Magazine sekaligus pengamat industri pangan dan juga profesional di perusahaan pangan besar Nasional, pada 12 Januari 2013 lalu berbagi pengetahuan dan hasil market survey, baik bisnis bakery hingga strategi marketingnya.
Indonesia Bakery Outlook
Masing-masing negara memiliki pola perilaku konsumen yang berbeda-beda, contohnya saja Indonesia. Pada seminar ini, Petrus Gandamana berkesempatan untuk menjabarkan mengenai pola perilaku konsumen di Indonesia. “Dalam sebuah riset membuktikan, total belanja masyarakat Indonesia paling banyak digunakan untuk makanan dan minuman dengan persentase 41,7%, kemudian disusul dengan perumahan dan pendidikan. Artinya usaha makanan dan minuman di Indonesia akan memiliki prospek yang bagus ke depannya,” jelas Petrus.
Ada tiga hal pokok yang menjadi pertimbangan masyarakat Indonesia yaitu kondisi pemanfaatan waktu, koneksivitas, dan keluarga. Kesibukan bekerja membuat masyarakat Indonesia hampir tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Ini terlihat dengan kehidupan modern yang serba instan dan praktis sehingga memungkinkan online shop dapat dijadikan peluang bisnis di Indonesia. Walaupun mereka tidak punya waktu, namun fokus mereka adalah keluarga. Oleh karena itu, pusat perbelanjaan akan ramai di hari Sabtu dan Minggu dengan pengunjung yang membawa serta anak mereka.
a. Perkembangan Usaha Bakery di Negara-Negara Asia
Seperti yang kita ketahui, dewasa ini usaha bakery yang berkembang di Indonesia datang dari negara-negara Asia. Berikut adalah negara-negara Asia yang menjadi raksasa usaha bakery berdasarkan riset Petrus Gandamana.
1. Korea
Negara Korea yang sedang naik daun bukan hanya dari dunia hiburan tetapi juga bisnis bakery-nya yang maju pesat. “SPC Group merupakan raksasa bisnis yang saat ini merajai Korea Selatan. Beberapa anak bisnisnya antara lain Paris Baguette yang saat ini memiliki 3.048 outlet, disusul Baskin and Robins dengan 1.769 outletnya di Korea Selatan. Jika dihitung keseluruhan SPC Group memiliki hampir 6.000 outlet di Korea Selatan,” jelas Petrus menunjukkan geliat usaha F & B di Korea.
2. Jepang
Negara berikutnya yang tak kalah berkembang adalah Jepang. Roti-roti di negara matahari terbit ini lebih mengarah ke Perancis. Namun, warga Perancis sangat menganggumi kehebatan masyarakat Jepang karena dapat menyempurnakan lagi roti dari Perancis tersebut.
3. Taiwan
Taiwan sangat sadar bahwa roti merupakan makanan kedua orang Asia, berbeda dengan Eropa yang menjadikan roti makanan pokok. “Selain rasanya enak, mereka juga mengutamakan tampilan yang menarik sehingga apabila berkunjung ke Taiwan, kita dapat melihat jejeran roti-roti menarik di sana,” ujar Petrus.
4. Cina
Cina juga merupakan negara yang usaha bakerynya cukup maju. “Pasar Cina sangat luar biasa besar dan kompetitif sehingga mereka dapat menjual roti dengan harga yang murah. Ini dapat menggetarkan persaingan bisnis roti di Asia karena apabila mereka bersatu, tak menutup kemungkinan mereka akan menjadi raja di Asia,” jelas Petrus.
5. Singapura
Singapura dapat disebut sebagai melting pot karena di sinilah tempat berkumpul berbagai variasi roti dari mancanegara sekaligus konsumen manca negara yang ingin mencicipi berbagai makanan yang ada di negara pulau tersebut.
6. Indonesia
Indonesia yang merupakan pasar empuk yang banyak diincar oleh para pelaku bisnis bakery di dunia. Selain banyaknya bakery asing di sini, bakery lokal juga mampu bersaing dengan membuat konsep-konsep unik untuk menarik pengunjung.
b. Pola Konsumsi Roti di Jakarta, Bekasi, Serpong, dan Bogor
Market survey pada tahun 2012 menunjukkan bahwa tempat membeli roti yang paling banyak dipilih oleh konsumen kelas menengah ke atas Jabodetabek adalah Breadtalk dengan persentase 30% kemudian Indomaret, Holland, dan Alfamart. “Di sini terlihat minimarket menjadi pilihan penting dalam penjualan roti sehingga Anda dapat menjalin kerjasama dengan mereka untuk menjual produk roti,” tutur Petrus.
Mengenai jam berkunjung, survey membuktikan konsumen banyak membeli bakery pada jam 14.00 – 18.00. Ini membuktikan selain sebagai sarapan, roti merupakan makanan selingan sebelum makan malam. Sedangkan untuk produk yang paling banyak dibeli oleh konsumen adalah roti tawar dengan persentase 64,40%.
Bakery Business Opportunity in Indonesia
Banyak orang Indonesia mengubah pola makannya dengan mengkonsumsi roti sebagai pengganti sarapan mereka dan dari sanalah berkembangnya bisnis bakery di Indonesia. Calvin Andersen sebagai orang yang ahli di bidang bakery business strategy, mengemukakan strategi marketing dalam mengembangkan usaha bakery agar mampu bersaing dengan kompetitor lain. “Kompetisi bakery semakin pesat dan beragam sehingga tak banyak dari mereka yang bertahan lama dan bertumbuh pesat karena tidak mampu bersaing terutama dari serbuan perusahaan asing yang hadir di Indonesia,” ujar Calvin.
a. Sistem Penting dalam Usaha Bakery
Untuk membuka usaha bakery, para pemula harus mengetahui sistem yang penting di dalamnya. “Supplier ibarat tulang untuk memulai usaha bakery, terutama produsen tepung terigu yang menjadi pemasok bahan pokoknya. Kedua adalah resep dan inovasi yang merupakan nyawa, artinya ini sangat berpengaruh pada usaha bakery ke depannya. Tanpa inovasi, bakery akan cepat ditinggal oleh para pembeli,” jelas Calvin.
Baker juga merupakan kunci sukses dalam menjalani bisnis bakery. Bakery tidak akan berjalan mulus tanpa baker yang sejalan dengan pemilik usaha. “Ini perlu digarisbawahi, oleh karena itu persepsi mengenai baker harus diubah. Ajaklah dia sebagai rekan bisnis bukan karyawan,” tegas Calvin.
b. Peranan Konsultan Semakin Penting
Ada peluang yang tidak bisa dilihat dari kacamata seorang pengusaha bakery, oleh karena itu, mereka membutuhkan konsultan yang terpecaya dan berpengalaman untuk membantunya membangun sekaligus mengembangkan usaha bakery. Konsultan menguasai ilmu dan jaringan mulai dari bahan baku, produk, hingga cara pemasarannya. Beberapa strategi marketing yang dibagikan oleh Calvin antara lain:
1. Display roti haruslah diletakkan di depan outlet
Ini maksudnya adalah menunjukkan produk utama yang dijual kepada pembeli.
2. Mendaftarkan brand/merek
Banyak orang yang lupa mendaftarkan brand, padahal ini adalah bagian yang terpenting karena jika ada orang lain yang mendaftarkan brand tersebut, si penemu/pemakai brand pertama tidak dapat berbuat banyak.
3. Tampilan menarik
Pertama yang harus dipikirkan untuk membuka usaha bakery adalah model atau konsep bakery tersebut yang harus berbeda dan mampu menarik pembeli.
4. Promosi
Untuk mampu menungkatkan daya saing, promosi harus dilakukan untuk memperkenalkan brand di masyarakat.
5. Network
Jaringan akan membantu dalam usaha bakery, jika jaringan Anda luas, maka Anda akan mudah bertemu dengan orang-orang yang diperlukan dalam memajukan usaha bakery, seperti supplier, pembeli, sampai pelanggan.
“Menjalani sebuah usaha tidak mungkin akan untung besar diawal, begitu juga dengan usaha bakery yang akan mulai memetik untung di tahun ketiga,” ujar Calvin. Seminar yang mengundang para pelaku bisnis bakery ini disambut antusias oleh para peserta, seperti contohnya Felicia Tjoeng yang baru memulai karirnya di bidang F & B. “Seminar ini memang pas dengan pekerjaan yang saya geluti sekarang. Di sini dipaparkan lengkap mulai dari statistik usaha bakery hingga market survey. Menurut saya, seminar ini sangat bernilai,” tuturnya puas.sumber : BCC Indonesia

Jumat, 11 Oktober 2013

Berkat Roti John, Hafizh Raih Sukses di Usia Muda

Usia yang masih relatif muda tak jadi penghalang Hafizh Suradiharja, pemilik CV Roti John Bali Fresh, terjun di dunia usaha. Meski berulang kali harus menghadapi kepahitan, karena usahanya bangkrut, Hafizh tak patah arang. Mental yang kuat pun mengantarkannya untuk menggapai sukses sebagai pengusaha pada usia 25 tahun.
Hafizh muda memang akrab dengan dunia bisnis. Pada 2006 silam, ketika masih berstatus mahasiswa, pria kelahiran Jakarta ini menjajal peruntungannya dengan membuka sekolah disc jockey (DJ). Ia berani membuka jasa pendidikan peramu musik karena menilai profesi itu sedang naik daun.
Hafizh pun melengkapi fasilitas sekolah DJ itu dengan peralatan yang bagus. Sayang, usaha ini hanya bertahan setahun. Ia menyadari, sekolah DJ miliknya tak punya nilai tambah di tengah menjamurnya sekolah DJ saat itu. Saya tidak punya koneksi. Selain itu, banyak sekolah yang menawarkan biaya murah, ujar dia seperti dilansir Kontan.co.id.
Dari usaha pendidikan, Hafizh beralih menjadi pengusaha kuliner. Mengikuti tren yang sedang berkembang, Hafizh, yang kala itu masih menjadi mahasiswa Universitas Islam Jakarta, membuka kedai sop buah. Kedai ini sempat berkembang hingga memiliki tiga cabang. Lagi-lagi karena tak kuat bersaing, usaha sop buah Hafizh merugi dan bangkrut.
Tak putus asa, pria yang lahir di Jakarta, 29 Januari 1988, ini kembali menjajal usaha yang baru pada tahun 2008. Tapi, kali ini ia tak sendiri. Hafizh menjalin kerja sama dengan pengusaha asal Singapura untuk membuka biro perjalanan PT Apex Indonusa Prima. Saya menyetor sekitar 30 persen dari total modal, ujar dia. Hafizh mengaku, ia memperoleh dana untuk modal usaha itu dari pinjaman bank atas nama orang tuanya.
Setelah berjalan enam bulan, perjalanan bisnis kongsian itu tidak mulus. Perbedaan usia yang terlampau jauh membuat visi kedua partner bisnis tak sejalan lagi. Partner saya yang jauh lebih tua memiliki pola pikir yang sangat hati-hati, berbeda dengan saya yang terlampau bersemangat saat itu, kenang Hafizh. Ia pun menarik lagi modal yang telah ditanamkan.
Namun kongsi itu tidak sia-sia. Sang partner yang berasal Negeri Singa diakui Hafizh mendatangkan inspirasi membuka gerai roti john. Partner dari Singapura itu selalu membawakan roti john ketika dia pulang, kata Hafizh. Di sana, roti john sering disantap sebagai pengganti sarapan pagi.
Namun, di bisnis keempatnya ini Hafizh tak gegabah. Ketika usaha ketiga tak berjalan mulus, ia melakukan beberapa evaluasi atas kiprahnya. Saya menyadari, selalu berada di zona merah yang sudah banyak pelakunya, ujarnya. Dari situ, ia mendapat pencerahan, jika ingin memulai usaha lagi, harus menciptakan ide baru.
Lantas, ketika ia melihat belum ada orang yang berbisnis roti john di Indonesia, Hafizh pun segera menggarap bidang baru ini. Apalagi, dia melihat ada bisnis bakeri di sekitar rumahnya yang mampu bertahan lama. Pada 2009, pria lajang ini kembali mengajukan pinjaman bank, sebesar Rp 30 juta untuk  memesan roti ke pabrik, sekaligus merenovasi sebuah kafe.
Hafizh mendapatkan resep roti john ini dari temannya. Ia pun tak mengubah baik bentuk, tekstur dan rasa untuk mempertahan keasliannya. Tekstur roti ini keras dengan satu pilihan rasa yakni telur dan bawang, ujar dia.
Pada bulan pertama, pembeli banyak berdatangan. Namun, menginjak bulan kedua, ketiga, pengunjung justru semakin sepi. Tak mau pengalaman bangkrutnya berulang, Hafizh segera mencari cari tahu kesalahan bisnis barunya.
Ia pun menemukan banyak kekeliruan, seperti penetapan harga Rp 12.000 yang kurang ramah di kantong. Tekstur roti yang terlalu keras sampai tidak adanya varian rasa.
Sejak itu, Hafizh berpikir mencari jalan keluar. Saya harus bikin roti yang sesuai dengan lidah orang Indonesia, enak, murah, dan bikin kenyang, jelasnya. Ia pun mencari chef dari hotel berbintang untuk membuat roti yang sesuai dengan hasil evaluasinya.
Usaha terakhir ini pun sukses. Dengan 12 varian rasa, pembeli kembali menyesaki gerai roti john. Dengan modal tambahan, Hafizh juga mengembangkan konsep both untuk memperluas pemasaran. Kini, sudah ada 50 gerai roti john.
Hafizh pun mampu tersenyum lebar dan mencecap manisnya berbisnis. Bisnis keempatnya ini sudah menyerap 35 tenaga kerja yang memproduksi sekitar 500 hingga 1.000 roti per hari. Dalam sebulan, finalis wirausaha Mandiri 2011 ini menangguk omzet hingga ratusan juta rupiah.
Tak puas setelah menuai sukses di usaha roti john, Hafizh juga sedang mematangkan usaha yang tak jauh berbeda, yaitu minuman. Kami akan membuat minuman khusus kopi, ujar dia.
Pengalaman mengembangkan usaha roti john diterapkan Hafizh saat merancang bisnis terbarunya. Ia merangkul peramu kopi yang berpengalaman untuk merancang aneka menu kopi spesial di kedainya nanti. (as)