Adsense

Tampilkan postingan dengan label alat roti. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label alat roti. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Juni 2016

OMZET PULUHAN JUTA DARI BISNIS SELAI

Sempat merugi miliaran rupiah tak membuat wanita ini menyerah untuk terus melakukan usaha. Berbagai cara dilakukan untuk kembali bangkit meski dililit utang hampir Rp 2 miliar.
Wanita tersebut bernama Nani Kurniasari. Kisahnya berawal saat usaha katering miliknya yang sudah dirintisnya sejak 2003-2010 silam. Usaha katering ini akhirnya rugi dan meninggalkan utang.
Penderitaan Nani tak berhenti sampai di situ, saat usahanya rugi dan terlilit utang ia justru harus berpisah dengan suaminya. Dia sangat merasa terpuruk.
"Sebetulnya karena waktu itu kondisi lagi drop bisnis katering dari 2003-2010 bangkrut akhirnya saya rugi Rp 1,5 miliar. Bodohnya saya pinjam uang lagi sekitar total Rp 500 juta untuk menutup utang tadi, malah jadi tambah utangnya, jadi malah harus menutup utang sekitar Rp 2 miliar. Lalu lagi ada masalah begitu ditambah kehidupan keluarga pisah sama suami," ujar Nani Kurniasari, dikutip detikFinance.
Setelah itu, ia bahkan sempat tidak memiliki pekerjaan dari tahun 2010-2013, sehingga mengandalkan pendapatan dari bantuan keluarganya, dan mulai bangkit di awal tahun lalu dengan membuat selai.
"Di 2010 sampai 2013 sempat vakum jadi saya mengandalkan sedapatnya dari pemberian keluarga. Kemudian 2014 mulai jualan lagi hijab tapi bangkitnya sejak tahun lalu sempat ikutan life coach untuk self healing. Nah dari situ ada tugas yang harus menghasilkan karya. Saya kan suka masak dan tidak mau ribet kalau katering kan ribet peralatannya banyak. Nah kalau selai ini mudah dan bisa dikerjain sendiri," lanjut Nani.
Wanita yang pernah kuliah di jurusan kelautan ini mengatakan, proses percobaan pembuatan selainya tidak mudah dari 4 sampel selai yang dibuatnya hanya 1 yang layak dijual. Saat ini selai yang dijualnya hanya 1 varian saja yaitu rasa karamel.
"Kalau sekarang jual 1 rasa yaitu selai karamel saja. Dulu itu waktu pertama kali percobaan bikin 4 dari 4 yang lolos cuma 1 sisanya pahit akhirnya coach saya bilang fokus untuk kerjain satu walaupun hasilnya kecil tapi harus ditekuni. Waktu yang bikin 4 itu emang bikinnya buru-buru sambil marah dan nggak fokus, makanya sekarang saya jual masih satu rasa aja mau fokus di satu dulu," kata Nani.
Modal awal yang dibutuhkan untuk usaha selainya ini sebesar Rp 200 ribu untuk bahan baku dan juga untuk kemasan toples. Selainya ini dijual dengan harga Rp 40 ribu/toples, 1 jarnya berisi 120 mg. Ia mengaku omzet dari penjualan selai move on miliknya ini mencapai Rp 4 juta per hari.
"Modal itu waktu awal Rp 200 ribu untuk bahan baku dan jar. Sehari bisa produksi sampai 300 jar. Alhamdulillah akhir-akhir minggu ini target jual 100 jar per hari bisa kekejar omzet sekarang Rp 4 juta per hari. Sebelumnya Rp 4-5 juta itu paling sebulanan bikin 10 jar aja seminggu nggak habis-habis," tuturnya.
Wanita yang memiliki 4 anak ini mengatakan, ia mengerjakan usaha selainya ini dibantu oleh kedua orang temannya. Saat ini ia memasarkan selai buatannya melalui teman-temannya dan juga melalui online seperti Facebook, Instagram, dan Twitter.
Ke depan ia berharap bisa membuat rumah selai yang bisa dimanfaatkan untuk menjual selai dan produk-produk lainnya, serta bisa memasarkan produknya sampai ke luar negeri.
"Sekarang untuk 1 resep itu buatnya 10 jam, bikinnya di rumah dibantu sama teman ada 2 orang. Pemasaran barang sih masih mouth to mouth dan online di Instagram, Facebook, dan Twitter masih belum dipikirin untuk sampai besar tapi ke depan pengennya bikin rumah selai move on nanti disitu ada selai atau ada produk-produk lain dari teman-teman yang mungkin lagi move on juga masih ngumpulin modal sih karena kan besar," ujarnya.
"Kemasan juga dipercantik jadi kalau orang mau kasih gift nggak malu-maluin begitu. Kalau pengiriman paling jauh ke Papua kalau ke luar negeri paling lewat teman ada yang titip selai move on pas teman lagi ke sana minta bawain ada yang ke Kanada, UK tapi belum pengiriman masih lewat teman saja," ujarnya.
Untuk mencoba Selai Move On milik Nani bisa mengunjungi
    Instagram: mamakrempong
    Facebook: mamak rempong
    Twitter: mamakrempong. 

sumber : http://ayopreneur.com/

Kamis, 17 Juli 2014

HANGAT PELUANG BISNIS PENGANAN DIMSUM

Kuliner dimsum mulai marak di dalam negeri. Dulu, makanan ini hanya dijumpai di restoran-restoran China, tetapi kini dimsum sudah cukup mudah didapat di pusat perbelanjaan hingga kelas pinggir jalan. Pemain baru bermunculan, lantaran makanan ini bisa diterima lidah orang Indonesia dan cukup mengenyangkan.

Salah satu yang sedang berkembang di Surabaya, Jawa Timur, adalah Warung Dimsum Mbledos milik Nurcahyo. Pria yang akrab disapa Yoyo ini merintis usaha ini sejak 2012. Kemudian, pada tahun lalu, ia menawarkan kemitraan.

Sejauh ini, sudah ada 34 gerai Dimsum Mbledos yang tersebar di Jawa Timur, Jawa Tengah, Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi. Rinciannya, 30 gerai milik mitra dan empat gerai pusat.

Warung Dimsum Mbledos menyajikan 30 varian menu, antara lain, pangsit, dumpling, hakao, bakpao pandan, bakpao moca, xiang long bao, dan mantau. Kata Yoyo, selain sajian dimsum, ia juga mengemas menu hasil paduan dimsun dan makanan khas Jepang. "Misalnya di dalam dimsum, saya campur dengan sushi," paparnya.

Satu porsi dibanderol mulai Rp 6.500 hingga Rp 7.000. Namun, harga tersebut bisa disesuaikan dengan daerah tempat gerai berada.

Tertarik menjadi mitra Warung Dimsum Mbledos? Yoyo menyiapkan beberapa paket investasi, yang disesuaikan dengan luas resto dan jumlah kursi. Harga paket kemitraan mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 250 juta. Nantinya, mitra akan mendapatkan peralatan lengkap, bahan baku dimsum, pelatihan seragam karyawan, dan pemasaran.

Setiap mitra wajib menyiapkan tempat yang bisa memuat minimal 30 kursi.

Laba bersih 30%

Mengacu pada gerai yang sudah beroperasi, dalam sehari, mitra bisa menghabiskan 500 - 750 porsi dimsum. Jadi, mitra bisa meraup omzet bersekitar Rp 100 juta hingga Rp 150 juta per bulan. "Omzet mitra bisa lebih besar jika gerainya ditempatkan di dalam mal, atau lokasi-lokasi strategis," klaim Yoyo.

Apabila, target keuntungan bersih sekitar 30% bisa tercapai, mitra diperkirakan bisa balik modal dalam waktu enam bulan. 

Yoyo akan lebih ekspansif pada tahun ini. Ia akan merambah wilayah Jakarta dan Jawa Barat. "Saat ini kami sedang persiapan untuk buka gerai mitra di Jakarta," ucapnya.

Pengamat Waralaba Pietra Sarosa menilai, peluang bisnis dimsum akan semakin  menarik di tanah air. Namun, para pemilik usaha harus rajin membuat variasi menu yang baru. Pasalnya, pesaing baru akan semakin banyak di bisnis dimsum ini.

Dengan biaya investasi cukup besar yang ditawarkan Dimsum Mbledos, Pietra menyarankan mitra memperhatikan terlebih dahulu bagaimana pusat memasarkan bisnis dimsum ini. "Supaya balik modalnya sesuai dengan apa yang ditargetkan pihak pusat. Lokasi juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan tipe kuliner yang ditawarkan," sarannya. (sumber : kontan.co.id)

Senin, 14 Juli 2014

PISANG KEJU KADABRA MENCARI MITRA USAHA


Tawaran usaha camilan pisang terus bermunculan. Salah satu pengusaha kuliner yang saat ini sedang gencar menawarkan kemitraan ialah Ridfan Paesa dari Surabaya. Mengusung brand Pisang Keju Kadabra, ia menawarkan menu pisang yang dicampur dengan taburan keju dan susu. 
Dia mengaku memiliki resep rahasia untuk membuat taburan keju dan bahan baku lain yang digunakan untuk membuat menu ini. Alhasil, dia mengklaim rasanya lebih nikmat dibanding produk sejenis lainnya.
Ridfan mendirikan usaha ini sejak April 2014. Kini dia baru memiliki satu gerai di Surabaya. Rencananya setelah Lebaran, Ridfan akan membuka dua cabang lagi miliknya yang juga berlokasi di Surabaya.
Pada saat yang sama dia juga menawarkan kemitraan usaha kepada masyarakat. Lantaran masih anyar, saat ini dia belum memiliki mitra usaha. Namun, dia mengklaim sudah ada beberapa pihak yang tertarik untuk menjalin kerjasama.
Tertarik menjadi mitra Pisang Keju Kadabra? Ridfan menawarkan paket investasi senilai Rp 6 juta. Dengan investasi itu, mitra berhak mendapatkan bahan baku awal, booth, peralatan memasak dan pelatihan.
Hitungan dia, satu gerai bisa meraih omzet sekitar Rp 9 juta per bulan. Itu dengan asumsi penjualan sekitar 50 porsi per hari. Harga jual satu porsi Rp 6.000. Namun hitungan Ridfan, "Omzet setiap gerai bisa lebih besar dari itu jika lokasi usaha mitra cukup strategis," ujarnya.
Setelah dikurangi biaya sewa tempat, pembelian bahan baku, gaji pegawai dan biaya operasional, mitra bisa meraup laba bersih sekitar Rp 2,25 juta per bulan. Artinya, balik modal sekitar tiga bulan.
Untuk menjaga kualitas rasa di setiap gerai, Ridfan menyarankan mitra untuk membeli bahan baku dari pusat. Menu yang ditawarkan Pisang Keju Kadabra ada dua, yakni rasa orisinal dengan tambahan susu putih atau satu lagi dengan susu cokelat.  (sumber : kontan.co.id)

Jumat, 11 Juli 2014

REZEKI LEBARAN KUE KERING KARAKTER KARTUN


Kue atau cookies karakter kini sedang naik daun. Bentuknya yang lucu-lucu seperti aneka tokoh kartun, angka atau abjad ditambah warna yang menarik, membuat cookies karakter memiliki banyak peminat. Apalagi di bulan puasa seperti ini, permintaan kue kering ini pun membeludak untuk persiapan lebaran. Para produsen kue pun meraup omzet berlipat.
Hari Idul Fitri tinggal beberapa minggu lagi. Ini merupakan pertanda baik bagi para pengusaha kue kering. Pasalnya, mereka tentu akan kebanjiran pesanan. Maklum, saat ini kebanyakan orang memilih untuk membeli kue ketimbang membuat sendiri.
Aisyah Baidah, produsen kue asal Bandung ini misalnya, dia mengaku sudah kewalahan menerima pesanan kue kering. Pada momen seperti ini dia bisa menerima pesanan hingga 1.000 stoples per minggu.
Padahal di bulan-bulan normal, Aisyah hanya memproduksi sekitar 200 stoples per bulan. Untuk memenuhi seluruh pesanan, saat ini dia dibantu 15 karyawan.
Ingin memberikan tampilan yang unik dan menarik, Aisyah membuat kue kering berkarakter seperti kue nastar Anggry Bird, kue kering Doraemon, Hello Kitty dan lainnya sejak tahun 2013.
Harga jual kue buatannya sebesar Rp 45.000 per stoples. Tetapi, untuk para pelanggan yang membeli lebih dari dua stoples,  diberikan harga spesial yaitu Rp 35.000 per stoples. Sedangkan, untuk para tengkulak yang memesan minimal 60 stoples diberikan harga khusus yaitu Rp 30.000 per stoples.
Pesanan yang datang hampir dari seluruh wilayah Indonesia beberapa diantaranya seperti Kalimantan, Bandung, Jakarta dan Sumatera. Lantaran permintaan membeludak, omzet yang dia dapat pun berlipat. Dalam seminggu Aisyah mengaku dapat mengantongi omzet sekitar Rp 30 juta hingga Rp 35 juta. "Keuntungannya saya bisa dapat lebih dari 100%," katanya.
Pemain lainnya yang juga menggeluti bisnis kue kering adalah Ivana Indriany. Wanita yang juga pemilik Key’s Cake ini baru awal tahun ini bergabung menjadi agen kue kering berkarakter.
Ivana memilih untuk menjadi agen kue berkarter ini karena bentuknya yang unik dan tidak banyak orang yang mampu untuk membuatnya sendiri. Lagipula, kue ini memang sedang naik daun. Ivana mengatakan, kue nastar Anggry Bird adalah karakter favorit para pelanggan saat ini.
Ivana pun sudah memiliki banyak pelanggan di berbagai daerah. Baru-baru ini dia mengirimkan kue kering berkarakter ke Kalimantan, Surabaya, Sidoarjo dan lainnya.
Ivana mengatakan, selama bulan Ramadan jumlah pesanan kue kering berkarakter sudah meningkat lebih dari 100% dari jumlah pesanan di hari-hari biasanya. Biasanya dia hanya mendapatkan pesanan sekitar 1 lusin–2 lusin per hari. Tetapi saat ini permintaan bisa mencapai lebih dari 5 lusin per hari. Ivana membandrol harga kuenya seharga Rp 45.000 per stoplesnya.
Tapi Ivana enggan mengatakan jumlah omzet yang didapat ketika permintaan sedang tinggi seperti ini. Jika dihitung-hitung penjualan saat ini sekitar 60 stoples per hari, artinya Ivana bisa meraup omzet sekitar Rp 2,7 juta per hari atau dia bisa mendapatkan omzet sekitar Rp 80 juta.(sumber : kontan.co.id)

Selasa, 08 Juli 2014

HANGATNYA TAWARAN USAHA ROTI BAKAR


Menyantap roti bakar di pagi hari untuk sarapan atau  untuk camilan di sore atau malam hari sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita. Peminatnya pun tidak mengenal usia. Lantaran potensinya besar, banyak pelaku usaha membuka gerai roti bakar yang juga bisa digunakan sebagai tempat kongko dengan teman dan kolega.
Salah satu pelaku usaha kuliner yang menjalankan usaha itu adalah Dheny Dhelanto. Lewat bendera usaha Dapoer Roti Bakar, Dheny menjalankan usaha ini sejak tahun 2011 di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Setelah tiga tahun berjalan, Dheny mulai menawarkan kemitraan pada Februari 2014.
Saat ini dia baru memiliki satu mitra yang berlokasi di Summarecon Serpong, Tangerang. Sedangkan gerai milik sendiri ada satu di Pasar Minggu yang juga digunakan sebagai pusat pengolahan bahan baku. Gerai ini buka selama 24 jam. Selain itu, si empunya usaha menyajikan roti dan selai yang diproduksi sendiri dengan resep rahasia turun temurun.
Bagi mitra yang tertarik berbisnis roti bakar, paket investasi yang ditawarkan sebesar Rp 175 juta. Nilai tersebut sudah termasuk biaya kerjasama namun belum termasuk sewa tempat. Putri Meriska, Supervisor Dapoer Roti Bakar, mengatakan, dengan menyiapkan investasi sebesar itu, mitra sudah mendapatkan bahan baku selama satu bulan dan peralatan masak lengkap serta pelatihan karyawan.
Harga jual roti bakar di gerai in berkisar Rp 10.000-16.000 per porsi dengan pilihan 45 varian rasa diantaranya rasa cokelat, keju, nanas, stroberi, pisang, durian, abon dan telur. Selain roti bakar, menu jajanan lain juga ada seperti pisang bakar seharga Rp 8.000-12.000  per porsi. Dapoer Roti Bakar juga menjajakan aneka minuman jus, kopi, teh dan jajanan khas kaki lima lain dengan kisaran harga Rp 7.000-15.000.
Menambah gerai baru
Lokasi usaha yang harus mitra sediakan minimal seluas 10 meter (m)x20 m yang berlokasi di dekat mal, kampus atau tempat keramaian lainnya. Jumlah pegawai yang diperlukan sekitar 10 orang. Dalam sehari, target penjualan sekitar 100 porsi roti bakar. Manajemen menghitung, mitra bisa meraup omzet hingga Rp 100 juta per bulan bila tempat usaha cukup strategis. "Pusat tidak mengutip biaya royalti, namun mitra wajib membeli bahan baku seperti roti dan selai dari pusat," kata Putri.
Karena penawaran kerjasama kemitraan masih terbilang baru, Dapoer Roti Bakar belum menargetkan terlalu banyak penambahan mitra baru. Manajemen menargetkan bisa menambah empat mitra baru di tahun ini.
Anang Sukandar, Pengamat Waralaba sekaligus Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) berpendapat, meski roti bukan makanan yang sedang tren saat ini, namun pasarnya masih tetap ada. Mitra yang berminat harus banyak belajar strategi untuk bertahan di tengah banyaknya pilihan makanan lain.
Bukan hanya dari soal menu, tapi juga penampilan dan cara menghidangkannya.  Salah satu cara belajar adalah dengan mencontoh pemain lain yang sudah bertahun-tahun berhasil mempertahankan eksistensi usaha.    n

Dapoer Roti Bakar              
Jl. Raya Pasar Minggu No.154, Jakarta Selatan    
HP: 085691607778 (sumber : kontan.co.id)

Minggu, 09 Maret 2014

MENJAJAL PELUANG TOKO ROTI KHAS INGGRIS

JAKARTA. Pemain di bisnis roti, kue dan donat makin beragam. Supaya bisa memikat konsumen, produk yang ditawarkan harus punya ciri khas. Kekhasan inilah yang diusung toko roti Bread Castle di Bekasi.

Toko roti yang berdiri sejak tiga tahun silam ini mengusung cita rasa khas roti tradisional Inggris. “Rotinya lebih lembut dan enak. Roti yang kita buat sama dengan kebanyakan toko-toko roti tradisional di Inggris,” klaim Sigit Basuki, Manajer Produksi Bread Castle.

Selain roti, Bread Castle juga memproduksi kue (pastries) dan donat. Total, ada 18 jenis roti yang ditawarkan, 11 jenis kue, dan 22 jenis donat. Setiap produk dibanderol mulai dari Rp 5.500, hingga Rp 250.000 untuk kue ulang tahun rainbow cake. Bread Castle menyasar pelanggan kalangan menengah atas.

Untuk melebarkan sayap bisnis, Bread Castle mulai menawarkan kemitraan  Desember tahun ini. Sigit mengaku belum memiliki mitra saat ini. Namun, sudah ada empat gerai Bread Castle milik pusat, yang berlokasi   di  Bekasi, Jakarta dan Cikarang. Untuk menyesuaikan target pasarnya, semua gerai itu berada di pusat perbelanjaan.

Anda berminat? Siapkan modal Rp 800 juta untuk memboyong paket kemitraan Bread Castle. Mitra akan mendapatkan  bahan baku awal, dekorasi toko, pelatihan membuat roti, dan pendampingan selama toko beroperasi. Namun, mitra harus menyiapkan tempat  minimal 75 meter persegi (m2). “Yang penting lokasinya sesuai target pasar kami. Cukup untuk display roti dan dapurnya,” papar Sigit.

Balik modal 18 bulan

Mengacu gerai yang sudah beroperasi, Sigit bilang, bisa meraup omzet Rp 120 juta sebulan. Target keuntungan bersih 30%. Jika tercapai, mitra bisa balik modal dalam 18 bulan. Oh ya, pihak pusat tidak memungut biaya royalti maupun biaya kemitraan.

Kata Sigit, pihaknya belum memasang target penambahan jumlah gerai milik mitra. Maklum, Bread Castle masih melihat respon masyarakat terhadap tawaran kemitraan.

Ketua Komite Tetap dan Waralaba Lisensi Kadin, Amir Karamoy bilang pangsa pasar usaha roti dari tahun ke tahun makin meluas. Roti bukan hanya disajikan bagi masyarakat kelas ekonomi tertentu. “Ibaratnya, dulu yang makan roti hanya orang Belanda saja, namun sekarang sudah semua kalangan masyarakat,” tuturnya.

Namun, ia mengingatkan persoalan dalam bisnis roti adalah soal kualitas produk dan pemilihan pasar yang tepat. Menurut Amir, pemilik Bread Castle harus tahu pasti pangsa pasar mana yang dibidik. Ia mencontohkan, jika Bread Castle menyasar pangsa pasar yang sama dengan Bread Talk, maka tantangannya cukup berat, karena Bread Talk sudah terlebih dahulu muncul dan punya nama besar.

“Intinya, harus tahu peta persaingan. Kalau tetap mau head to head dengan Bread Talk, ya sah-sah saja, tapi harus dipikirkan strategi bisnisnya,” saran Amir.   Sumber : Kontan.co.id

Selasa, 25 Februari 2014

Menunggu aroma ROTI dari tungku pabrik baru

JAKARTA. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) berencana mengoperasikan pabrik baru di kuartal I-2014. Pabrik yang berlokasi di Cikande, Purwakarta ini akan menambah jumlah lini produksi ROTI, dari semula 25  lini menjadi 29 lini produksi.

Dengan tambahan pabrik baru itu, ROTI menargetkan kapasitas produksi naik sekitar 26,47% dari kapasitas produksi sebelumnya, menjadi 4,3 juta roti per hari. Analis PT Sinarmas Sekuritas, Christandi Reza Mihardja menyatakan, pengoperasian pabrik baru ini dapat memberikan tambahan pemasukan hingga 20%.

Lokasi pabrik yang berada di Cikande, menurut Christandi, akan lebih menjangkau kebutuhan roti di daerah Jawa Barat secara lebih luas. ROTI tak harus mengandalkan pabrik yang berada di Karawang dan Cibitung.

Pendapatan ROTI di kuartal II dan III tahun 2013 memang sempat menurun karena terjadi pemogokan pekerjanya. Namun, Christandi optimistis, pendapatan ROTI sepanjang tahun lalu bisa mencapai Rp 1,5 triliun atau sesuai target perusahaan. Adapun, laba bersih ROTI diprediksi menyentuh Rp 150 miliar.

Tahun lalu, ROTI harus menanggung tingginya beban usaha. Nah, pada tahun ini  ROTI akan menghitung kembali harga jual produknya sehingga bisa mempertahankan margin.

Dengan penambahan kapasitas produksi serta kenaikan harga produk, Christandi memperkirakan, pendapatan ROTI tahun ini akan meningkat sekitar 20% menjadi Rp 1,8 triliun. Sedangkan, laba bersih juga diprediksi meningkat 20% menjadi Rp 180 miliar.

Analis Andalan Artha Advisindo Securities, Marlene dalam risetnya, 11 November 2013, menyebutkan, ROTI memang membukukan kenaikan penjualan di kuartal III-2013 sebesar 23,4% year on year (yoy). Namun, laba bersih turun menjadi 6,4% yoy menjadi Rp 91 miliar.

Faktor yang menyebabkan penurunan laba, salah satunya adalah kenaikan biaya produksi. "Kami yakin, kemunduran ini hanya sementara," katanya. Sebab, ROTI telah menyiasati dengan menambahkan lini produksi  dan meningkatkan harga jual.

Penjualan ROTI di kuartal III-2013 meningkat 23,4% yoy menjadi Rp 1,05 triliun, atau telah memenuhi 65,6% dari ekspektasi pendapatan tahun 2013 yang sebesar Rp 1,6 triliun. Penjualan roti manis dan roti tawar tetap memberikan kontribusi yang cukup tinggi yakni 50,9% dan 48,4%.

Marlene memprediksikan, ROTI akan kembali menggenjot pertumbuhan produksi dengan menambah lini produksi dari pengoperasian pabrik baru. Selanjutnya, ROTI berencana membuka 5 lini hingga 10 lini produksi setiap tahun mulai tahun 2014. Kebijakan harga yang fleksibel juga dinilai baik untuk mengantisipasi kenaikan biaya yang tidak terduga.

Marlene merekomendasikan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.440 per saham. Demikian juga dengan Christandi yang merekomendasikan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.330 per saham.

Pun begitu, analis Danareksa Sekuritas, Lonnie Yu menyarankan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.400 per saham. Kemarin (10/2), harga saham ROTI undur diri di posisi Rp 1.095 per saham. Harga itu turun 3,95% dari harga ROTI pada akhir pekan lalu sebesar Rp 1.050 per saham.

Sabtu, 22 Februari 2014

Bisnis Molen Arab Bisa Hasilkan Omzet Rp 100 Juta per Bulan

Meskipun usahanya belum genap setahun, namun omzet makanan bernama 'Molen Arab' yang dijual oleh Syaiful Burhan sudah mencapai Rp 100 juta /bulan. Padahal usaha ini diawali karena terdesak harus membayar uang kost.
Seperti diketahui, 'Molen Arab' ini merupakan pisang molen atau pisang yang diselimuti adonan tepung, namun bedanya ukurannya sangat besar. "Nama Molen Arab karena bentuknya besar, jadi saya beri nama Molen Arab," ujar Syaiful dalam acara Wirausaha Muda Mandiri di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (17/1/2014).
Usaha Molen Arab ini dimulai Syaiful pada April 2013 untuk membayar uang kost karena malu meminta kepada orangtua. "Tapi karena uang saya juga mepet, saya terpaksa untuk meminta uang ke orangtua untuk bayar kost. Dalam hati saya berkata, saya tidak mungkin untuk selalu minta uang ke orang tua. Akhirnya uang untuk bayar kost saya putar dulu untuk memulai usaha," kata Syaiful.
Remaja berusia 20 tahun ini merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Usaha Molen Arab ini dimulainya di wilayah Medan. Syaiful mengaku, pisang molen merupakan salah satu makanan kesukaannya. Namun dia ingin membuat pisang molen berukuran besar yang kenyang sekali makan.
"Resep saya cari dulu di internet kemudian saya modifikasi sendiri. Sempat 5 kali gagal dalam percobaan. Begitu hasilnya lumayan, saya langsung produksi 50 buah dan saya jual ke teman kampus. Dalam waktu kurang dari 1 jam habis!" tutur Syaiful.
Modal awal Syaiful mendirikan usahanya adalah Rp 1,8 juta dengan 3 orang pegawai. Dalam seminggu, produksi Molen Arab mencapai 400 buah yang laris manis. Bahkan pada Mei 2013 lalu, Syaiful sudah bisa membayar gaji pegawai, kost, dan membeli motor sendiri secara tunai.
Bulan kedua, lanjut Syaiful, dirinya berani menjalankan sistem agen untuk menjual Molen Arab, dan bisa memproduksi 1.000 buah per hari, hingga omzetnya Rp 100 juta per bulan.
"Saat ini saya sudah total ada 16 pegawai. Dan pada bulan Februari besok sudah ada 26 orang karyawan yang sudah siap membantu dan mengembangkan Molen Arab. Sementara ini masih kami jual di Medan, tapi nanti akan saya kembangkan ke yang lain juga. Sekarang fokus dulu di Medan," cetusnya.
Apa yang jadi kunci sukses Syaiful dalam mengembangkan usahanya?
"Kunci sukses saya adalah jangan menyerah dan harus berani mencoba hal baru. Saya sendiri kelahiran di Jawa kemudian besar di Papua, kemudian sekolah SMP dan SMA di Bogor. Sekarang saya kuliah di USU Medan. Daru kelas 2 SD saya sudah jauh dari orangtua. Sekarang orangtua saya ada di Papua sementara saya di Medan. Semua usaha itu harus diawali dengan nekad dulu. Dan tentunya berani mengorbankan yang lain," papar Syaiful bersemangat. (detik.com/bn)

Rabu, 19 Februari 2014

YUK...BERBISNIS KUE TRADISIONAL

Di tengah serbuan makanan cepat saji dan restoran modern, bisnis kue tradisional masih menjanjikan. Potensi pasarnya besar dan tak lekang oleh zaman. Tapi, ada resep yang harus dicermati agar usaha itu bisa tumbuh dan berkembang.
Selain pakaian, salah satu ladang bisnis yang menjanjikan dan tak pernah sepi dari serbuan konsumen adalah bisnis kuliner. Kondisi ini didukung oleh banyaknya jumlah penduduk dan gaya hidup modern yang menuntut kecepatan dan serba praktis. Alhasil, gerai-gerai makanan terus bermunculan di sepanjang jalan bak cendawan di musim hujan.
Bisnis kuliner yang paling kentara berkembang biak dalam beberapa tahun terakhir ini adalah jenis makanan modern yang mengusung embel-embel "cepat saji". Makanan ini seperti burger, piza, pasta, dan donat.  Meski begitu, makanan atau kue-kue tradisional tak pernah kehilangan pamor dan pasarnya. Lihat saja, penganan lokal itu tak hanya bisa dijumpai di pasar tradisional namun juga di pusat perbelanjaan modern seperti mal dan supermarket.
Maklum, bagaimanapun rasa kue tradisional paling sesuai dengan lidah orang Indonesia. Peluang bisnis makanan tradisional masih terbuka lebar lantaran negara ini terdiri dari banyak daerah dan beragam suku. Dan, setiap daerah itu punya makanan tradisional dengan ciri khasnya.
Di sisi lain, mayoritas masyarakat negara ini senang merantau ke daerah lain. Otomatis, di tanah perantauan, orang tetap mengingat kampung halamannya. Salah satu obat penyalur rasa kangen tersebut mencicipi penganan tradisional dari daerah asalnya tersebut. Biasanya permintaan makanan tradisional akan meningkat pesat pada momen-momen tertentu, seperti bulan Ramadan.
Meski begitu, sesuai dengan semboyan negara ini, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, makanan tradisional dari daerah lain juga tak asing dan bisa dinik-mati oleh orang dari daerah lain. Misalnya: tahu petis, batagor, pempek palembang, atau bakso tahu, yang menjadi penganan favorit banyak orang dari berbagai daerah.

Untuk memulai bisnis penganan tradisional itu tidak susah. Anda dapat mengetahui cara pembuatannya secara mudah melalui buku, majalah, atau internet. Sedangkan bahan bakunya bisa diperoleh dari pasar tradisional. Namun, jika ingin menjaga kualitas dan rasa, Anda bisa mendatangkan langsung bahan bakunya dari daerah asal makanan tradisional itu.
Bahkan, jika tidak sempat atau tak mampu membuatnya sendiri, Anda bisa mengambil penganan tradisional itu langsung dari pembuatnya untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen. Keuntungannya, Anda tidak perlu repot berbelanja hingga mengolah bahan baku menjadi penganan.
Selain itu, Anda terbebas dari risiko menanggung kerugian akibat kudapan itu tidak laku atau basi. Soalnya, rata-rata kue tradisional itu adalah kue basah yang tidak tahan lama dan cuma awet dalam hitungan hari. Nah, untuk mencegah risiko itu, Anda bisa membuat perjanjian dengan pemasok. Jadi, Anda membayar sebagian belanjaan di belakang sekaligus mengembalikan camilan yang tidak habis terjual.
Keuntungan lainnya, seperti sudah menjadi rahasia umum, pedagang bisa memungut untung lebih tinggi ketimbang pembuat penganan. Produsen yang menjual penganannya ke pedagang biasanya cuma mengambil untung bersih 10%25% dari harga jualnya. Adapun pedagang bisa menjual 40%100% di atas harga beli kepada para konsumen.
Meski terlihat menjanjikan, bukan berarti mudah mereguk keuntungan dari bisnis kue tradisional. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan agar bisa meraup keuntungan sebasah penganannya.

Lokasi dan modal
Dalam bisnis kuliner, lokasi merupakan salah satu faktor utama meraih kesuksesan. Lokasi  menunjukkan segmen pasar yang akan dibidik. Selain itu, lokasi menentukan besaran modal yang harus disiapkan, penganan yang disediakan berikut kisaran harga dan margin.
Nah, untuk memilih lokasi yang tepat dibutuhkan survei terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui potensi pasar dan memastikan makanan yang dijajakan itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Survei juga bertujuan mengetahui kondisi persaingan di area tersebut. Maklum, persaingan ketat membuat bisnis yang baru dirintis akan sulit berkembang.
Pilihan lokasi untuk menjajakan kue tradisional adalah di pasar tradisional, pusat perbelanjaan modern atau mal, gerai lepas di pinggir jalan raya, atau ruko di kompleks perumahan. Setiap lokasi itu tentu memiliki hitungan biaya yang berbeda-beda.
Untuk sewa gerai di pusat perbelanjaan modern, misalnya, Anda mungkin harus mengeluarkan uang Rp 4 juta hingga Rp 8 juta per bulan. Selain itu, Anda mungkin harus mengeluarkan biaya tambahan untuk merenovasi sedikit gerai tersebut agar terlihat lebih menarik. Anda juga perlu merogoh kocek untuk menyiapkan etalase serta membeli peralatan, seperti nampan dan pisau.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah konsep yang diusung pusat perbelanjaan tersebut. Konsep yang tidak sesuai cenderung membuat pengunjung enggan memilih produk yang Anda tawarkan.
Sementara kalau memilih di pasar tradisional maka biaya yang dikeluarkan tentu lebih murah. Sebab, biaya sewa lapak murah dan tidak perlu melakukan renovasi. Keunggulan pasar tradisional adalah pengunjungnya selalu ramai sehingga bisa beroperasi lebih lama.

Pasokan
Dalam usaha dagang apa pun, dituntut kejelian untuk membaca selera pasar. Begitu pula dalam usaha kue tradisional ini. Jenis makanannya harus sesuai dengan segmen pasar yang dituju agar dagangan itu laris.
Ketika mengawali usaha, Anda mungkin masih meraba-raba selera pasar. Nah, tidak ada salahnya menjajakan ragam kue yang cukup banyak. Anda bisa mendapatkan ragam kue itu dari sejumlah pemasok secara kulakan.
Konsekuensinya, Anda perlu menyiapkan dana lebih banyak saat memulai usaha tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, Anda tentu bisa mengetahui jenis penganan yang paling banyak disukai oleh konsumen. Nah, ragam kue itulah yang lebih banyak dijajakan sehingga dagangannya laris.
Yang terpenting, dalam berhubungan dengan pemasok, Anda harus menjaga mutu dagangan. Buatlah perjanjian yang jelas dengan pihak pemasok. Selain itu, Anda perlu juga memastikan kelangsungan pengadaan ragam kue tersebut dari si pemasok. Jangan sampai pelanggan kecewa lantaran kue-kue favoritnya raib dari gerai lantaran pasokannya terhenti.
Keberlangsungan pasokan tidak menjadi kendala bila Anda memutuskan untuk memproduksi sendiri kue tradisional itu. Konsekuensinya, Anda repot menyiapkan kue itu sejak dari mencari bahan baku, memasak, hingga menjualnya.

Harga dan pemasaran
Harga jual barang dagangan tidak sekadar ditentukan oleh ongkos produksi dan hitung-hitungan keuntungan yang ingin diraup. Harga juga mencerminkan target pasar yang dibidik. Harga tinggi tentu tidak cocok untuk semua kalangan masyarakat. Sementara harga yang rendah akan membuat segmen pasar yang dibidik bisa semakin luas.
Nah, dalam bisnis kue tradisional ini, Anda tidak bisa bermain-main dengan harga tinggi  untuk meraih segmen pasar menengah-atas. Pasalnya, banyak pelaku usaha bisnis kue tradisional ini menawarkan harga murah, terutama di pasar-pasar tradisional.
Lantaran banyak pemain yang menawarkan harga murah, Anda harus mempromosikan usaha tersebut agar dikenal oleh masyarakat. Masalahnya, mempromosikan usaha kue tradisional itu susah-susah gampang. Maklum, tidak terlalu banyak ruang untuk mempromosikan penganan ini. Salah satu yang mungkin bisa ditempuh adalah mengikuti berbagai pameran, baik yang digelar korporasi atau instansi pemerintah.
Promosi juga bisa dilakukan melalui jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter. Maklum, interaksi masyarakat di dunia maya saat ini semakin meningkat. Dus, promosi melalui jalur ini dinilai cukup efektif. Apalagi, biaya yang harus dikeluarkan tidaklah besar.
Untuk memudahkan pelanggan mengingat produk yang dijajakan, bisa juga memodifikasi bentuk kue tradisional. Cara lainnya adalah membuat kemas-an yang menarik. Strategi ini bisa membedakan dagangan Anda dengan pemain lainnya dan memikat mata konsumen.
Nah, setelah berpromosi, proses pemasaran produk ini semakin gampang karena sudah banyak yang mengenal jualan Anda. Untuk menggenjot pemasaran, Anda bisa mengaktifkan layanan antar alias delivery order. Agar bisa memberikan jasa ini dan menguntungkan, Anda perlu mematok pembelian minimal. Jangan lupa, layanan delivery berarti tambahan biaya.
Setelah usaha berjalan, jangan lupa menjaga  komunikasi dengan para pelanggan lama. Pasalnya, permintaan kue tradisional memang tinggi tetapi permintaan tersebut belum tentu datang setiap hari. Nah, jika menjaga komunikasi dengan pelanggan lama maka mereka akan memiliki loyalitas dengan penganan yang Anda jual. (as/kontan)

Kamis, 12 Desember 2013

Menjelang Natal, pesanan kue kering belum meningkat

Setiap tiba hari raya, pasti Anda sudah akrab dengan suguhan kue-kue kering, seperti nastar, kaastengels, atau putri salju. Demikian pula saat Natal. Aneka camilan itu bisa menjadi pengiring hidangan utama.

Meski tak mengalami perubahan bentuk, para pembuat kue kering selalu menyesuaikan penampilan kue-kue mereka dengan tema hari raya. Tengok saja, Linda Grace yang telah lima tahun memproduksi dan menjual kue kering, menyisipkan tema Natal dengan hiasan kue berbentuk wajah Santa Claus, pohon natal, tongkat, bintang hingga bentuk salib.
Hanya saja, menjelang Natal tahun ini, Linda belum melihat peningkatan permintaan sejak awal bulan. Namun, ia optimistis, seminggu sebelum Natal, pesanan kue akan ramai. Permintaan kue kering, kue tradisional sampai kue tart akan terus bertambah. Apalagi, ia tidak mengerek harga jual kue buatannya.
Linda yang membikin dan menjual kuenya di daerah Bintaro, Jakarta, memilih tidak mendongkrak harga, meski harga bahan baku cenderung naik. Persaingan bisnis kue yang makin ketat telah memaksanya untuk menjaga harga kuenya.
Terlebih, penjual kue kering makin banyak yang menawarkan harga murah. Makanya, ia tidak menaikkan harga kuenya sejak setahun yang lalu. Namun, "Kualitasnya jangan diragukan, saya selalu mengandalkan kualitas dari rasa kue-kue buatan saya," ungkap Linda.
Linda juga tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga kue-kue kering buatannya hanya bisa bertahan paling lama sebulan. Contoh, kue nastar buatannya tak memakai kayu manis dan pengawet. Kue juga tak terlalu kering, tak lengket di gigi, dan tak menyebabkan rasa haus. "Kue-kue akan lebih enak bila tidak dibuat untuk jangka panjang," ujarnya.
Selain itu, Linda mempertimbangkan kesehatan pembeli. Dengan begitu, ia tak hanya menghasilkan kue yang enak, tapi juga sehat dan aman dikonsumsi.
Dengan membanderol harga nastar mulai dari Rp 30.000 hingga Rp 55.000 tiap toples, Linda bisa menjual 20 hingga 30 toples setiap harinya. Alhasil, dalam sebulan, ia pun mampu mereguk keuntungan bersih hingga Rp 15 juta dari hasil jualan kue kering.
Manisnya untung dari penjualan kue kering juga diraih Rahma yang telah menggeluti bisnis kue kering ini sejak sembilan tahun silam. Bahkan, ia menjual kue-kue buatannya hingga ke Palembang dan Makasar.
Rahma mengatakan, pesanan kue kering menjelang Natal tahun ini belum meningkat drastis. Boleh dikatakan stabil.
Dari rumahnya yang terletak di kawasan Cipulir, Jakarta, Rahma mampu menjual 10 hingga 12 toples setiap hari dengan harga mulai dari Rp 45.000 sampai Rp 60.000. "Penjualan menjelang Natal tahun ini cenderung lesu," kata dia.
Sebab, pada Natal tahun lalu, ia bisa melego hingga 20 toples setiap hari. Untuk menambal pendapatannya, Rahma juga menjual kue tart seperti blackforest, lapis surabaya hingga kue tarchis, dengan harga Rp 45.000 sampai Rp 275.000. Dari beragam kue basah ini, ia bisa mendapatkan pesanan enam loyang per hari.
Untuk memenangkan persaingan, Rahma menyiasatinya dengan membuat paket-paket kue kering yang terbagi dalam tiga jenis. Yakni, paket ekonomi A, B dan C. Perbedaan antara ketiga paket itu ada pada harga dan bahan baku.
Untuk paket C yang tidak menggunakan roombutter, Rahma menjual kuenya seharga Rp. 20.000 toples. Lalu, kue kualitas B dijual Rp 35.000 per toples. Adapun, harga kue paket A yang menggunakan wysman dijual Rp 50.000 per toples.
Untuk menjaga kue buatannya tetap terasa enak meski telah berbulan-bulan, Rahma mengoseng dulu terigu yang hendak dipakai supaya tidak menggumpal. Tak hanya itu, ia juga memanggang kuenya sampai benar-benar matang. Hingga tengah bulan Desember ini, Rahma telah meraup omzet hingga Rp 30 juta. sumber : KONTAN.co.id

Jumat, 06 Desember 2013

Ini tips sukses bisnis resto ala 7-Eleven


Manusia tentu butuh makan dan minuman untuk hidup. Namun, kini aktivitas makan dan  minum sudah berkembang menjadi trend gaya hidup. Setidaknya inilah yang menginspirasi  pengelola bisnis kafetaria yang beroperasi 24 jam seperti 7-Eleven.
Tengok saja, kinerja bisnis 7-Eleven yang sukses membuka 122 gerai sejak hadir di Indonesia tahun 2009 lalu. Bagi Anda yang tertarik membuka gerai dengan konsep yang sama, tentunya Anda bisa belajar dari pengalaman bisnis 7-Eleven yang dikelola oleh PT Modern Putra Indonesia ini.
Berikut ini adalah tips berbisnis minimarket dan resto 24 jam ala Henri Honoris, Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia yang dijumpai KONTAN usai acara peluncuran kerja sama 7-Eleven dengan Blue Bird di Jakarta, Senin (15/4).
1. Gerai harus bersih
Kebersihan menjadi hal penting dalam berbisnis minimarket dan restoran. Sebab, yang menjadi modal utama dagangan bisnis tersebut adalah makanan dan minuman. Kebersihan menjadi nilai utama bagi konsumen untuk berkunjung dan membeli barang yang ditawarkan.
2. Harus lengkap produknya
Konsumen akan malas berkunjung ke suatu gerai minimarket dan resto apabila produknya tidak lengkap. Barang-barang yang sekiranya menjadi kebutuhan sehari-hari, incaran, dan paling banyak diburu konsumen, setidaknya harus ada di dalam gerai.
3. Harus segar
Karena berkaitan dengan makanan dan minuman, maka barang yang dijajakan pun harus segar alias tidak kadaluarsa. Pengecekan mengenai tanggal kadaluarsa harus selalu dilakukan agar konsumen tidak menemukan barang tidak layak konsumsi tersebut di dalam gerai. Jangan sampai konsumen menkonsumsi produk kadaluarsa tersebut.
4. Pelayanan harus ramah
Para pegawai yang menjaga gerai minimarket dan resto haruslah ramah. Mereka harus bisa melayani konsumen dengan baik agar konsumen pun senang berbelanja di situ.
5. Lokasi harus di daerah keramaian
Calon pelaku bisnis dalam perencanaannya harus membidik titik-titik lokasi yang berada di pusat keramaian masyarakat. Hal ini penting agar konsumen dapat dengan mudah menjangkau dan menemukan gerai pelaku.

Selasa, 03 Desember 2013

Mencicipi peluang kemitraan ayam goreng tepung


Usaha ayam goreng bak jamur di musim hujan. Mulai dari skala gerobak di tepi jalan hingga gerai di mal. Kemitraan ayam goreng pun ikutan booming. Tawaran kemitraan terbaru datang  dari PT Pangan Guna Sejahtera.
Perusahaan peternakan ayam potong di Bogor, Jawa Barat ini menawarkan kemitraan ayam goreng dan lele goreng tepung dengan merek D'Chile, singkatan chicken dan lele.
Usaha ini sendiri baru berdiri sekitar enam bulan lalu. Manajer Pemasaran PT Pangan Guna Sejahtera, Furkon Alkes mengatakan, keunggulan D'Chile antara lain bumbu racikannya yang  berbeda dari pemain lain.
Menurutnya, D'Chile menyajikan menu dengan racikan bumbu yang bercita rasa pedas. "Pokoknya bumbu jelas beda dari yang lain. Kami juga sudah mematenkan bumbu ini," ujar Furkon berpromosi.
D'Chile sengaja menyertakan lele sebagai menu tambahan. Selain sebagai inovasi produk, juga bisa menggaet pasar lebih luas. Sejak berdiri, Pangan Guna Sejahtera langsung menawarkan kemitraan atas usaha ini. Saat ini total gerai D'Chile sudah ada 31 yang tersebar di daerah seperti Jakarta, Bekasi, Bogor dan Tangerang. Semua gerai tersebut milik mitra.
Pangan Guna hanya fokus memasok bahan baku ayam dan bumbu kepada mitra. Mitra sendiri wajib membeli pasokan ayam dan bumbu dari pusat. Furkon beralasan, mitra wajib melakukan pembelian ke pusat karena ia harus memastikan kualitas rasa produk yang dijual oleh mitranya sama dengan ayam yang ia jual.
Dalam kerjasama ini, investasi yang ditawarkan untuk satu gerai D'Chile sejumlah Rp 10 juta. Mitra akan mendapat satu set booth lengkap, peralatan masak, bahan baku awal yang terdiri dari 15 ekor ayam, lele 5 kilogram (kg) lele dan 6 kg tepung. "Satu ekor ayam bisa dibagi menjadi sembilan potong bagian," ujarnya.
Seporsi ayam goreng tepung dijual ke konsumen seharga Rp 8.000. Sedangkan harga satu seporsi lele goreng tepung Rp 7.000. Mitra sendiri diharapkan bisa meraup omzet Rp 24 juta per bulan. Dengan proyeksi laba bersih sekitar 22,5%, mitra diperkirakan balik modal dalam dua hingga tiga bulan. "Paling cepat satu bulan mitra sudah balik modal," klaim Furkon.          

Sabtu, 30 November 2013

MENIKMATI LABA PENGANAN KETAN SUSU

Maraknya makanan modern tak membuat jajanan pasar terpinggirkan. Salah satu jajanan pasar yang banyak diburu adalah ketan. Febrianto, pebisnis kuliner asal Jombang salah satu yang mengolah ketan menjadi aneka varian makanan, seperti ketan susu bumbu serundeng, ketan susu keju, ketan susu selai stroberi, ketan susu nanas, dan ketan susu durian. 

"Semua jajanan berbahan dasar ketan, ," kata pemilik usaha Tansu (Ketan Susu) ini.
 
Usaha Tansu sudah dibukanya sejak Juli 2011. Usaha yang berpusat di Jombang ini menawarkan kemitraan pada akhir 2011. 

Paket investasi dipatok sebesar Rp 6,5 juta. Mitra akan mendapat fasilitas berupa booth, peralatan standar pembuatan ketan dan pelatihan membuat ketan. "Nanti bahan bakunya dari kami," ujar Febrianto. 

Baru dua tahun berdiri, Tansu sudah memiliki sembilan gerai yang tersebar di Bandung, Tangerang, Banjarnegara dan Samarinda. Tujuh diantaranya milik mitra. "Sementara dua outlet milik saya sendiri ada di Jombang," ujar Febrianto.

Harga Tansu dipatok berbeda sesuai dengan daerahnya. Di Jawa, harga Tansu dipatok mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 5.000 per porsi. Sedangkan di luar Jawa, harga Tansu bisa mencapai Rp 10.000 per porsi. 

Saban bulan, mitra bisa menangguk omzet hingga Rp 4 juta dengan keuntungan 50%. Febrianto mengklaim, mitra bisa balik modal dalam waktu dua sampai tiga bulan. "Balik modalnya sangat cepat," katanya sembari mengingatkan lokasi gerai juga berpengaruh dalam perolehan omzet.  

Febrianto tidak mengutip biaya royalti dari mitra. Tetapi, mitra wajib membeli bahan baku ketan, susu, dan selai dari pusat. Itu dilakukan untuk menjaga kualitas rasa.

Saat ini, ia masih gencar menggaet mitra di Pulau Jawa, khususnya di daerah Jakarta, Bandung, Surabaya. "Saya akan menutup tawaran kemitraan ketika sudah mencapai 50 mitra," ujarnya.

Rabu, 27 November 2013

Mencicipi renyah peluang bisnis takoyaki

Bisnis kuliner Jepang tidak ada matinya. Makanan khas Negeri Sakura itu banyak digemari orang Indonesia. Selain bento dan sushi, masih banyak menu lain yang mulai populer di Indonesia. Salah satunya adalah takoyaki.

Belakangan makin banyak gerai camilan berbentuk bola-bola dengan bahan baku utama tepung dan seafood ini. Salah satu pemainnya adalah Nurhadi, pemilik usaha Takoyaki Yakinenak asal Semarang, Jawa Tengah.

Nurhadi mengklaim, takoyaki buatannya unggul dalam hal rasa, kualitas dan bentuk yang tahan lama. "Takoyaki kami walau pun  sudah dingin, kulit luarnya tetap bulat dan rasanya tetap enak. Kebanyakan yang lain kulitnya menjadi kempes dan tak menarik," ujar Nurhadi yang mendirikan usaha sejak tahun 2010 ini. 

Takoyaki buatannya hadir dalam enam varian topping, seperti sosis, cumi, udang, jamur, ikan salmon, dan keju. Harga jualnya mulai Rp 7.000 hingga Rp 12.000 per porsi. Setiap porsi berisi lima buah takoyaki siap santap.

Untuk mengembangkan usahanya, Nurhadi mulai menawarkan sistem kemitraan Yakinenak pada 2011 lalu. "Saat ini sudah ada 10 gerai Takoyaki Yakinenak. Milik saya hanya dua gerai dan  selebihnya milik mitra usaha," jelasnya.  Seluruh gerai tersebut masih terpusat di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Nurhadi menawarkan paket investasi seharga Rp 6 juta. Dalam paket ini, mitra akan memperoleh sejumlah fasilitas, seperti booth, kompor, wajan, peralatan lengkap, bahan baku awal, seragam, SOP lengkap, dan pelatihan pembuatan takoyaki. 

Mitra juga berhak menggunakan nama Yakinenak. Dalam kerjasama ini, ia menargetkan mitra usaha bisa balik modal dalam waktu lima hingga enam bulan. 

Perhitungannya, mitra bisa memperoleh omzet Rp 6 juta hingga Rp 7 juta per bulan dengan laba bersih 20% - 25%. Nurhadi tak mengenakan royalty fee pada mitra. Namun, mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. "Tepung premiks dan pembungkus dengan nama Yakinenak wajib membeli dari kami," tutur Nurhadi. 

Sementara, untuk bahan baku lainnya seperti topping bisa dibeli di daerah terdekat mitra, namun mereknya harus tetap sesuai yang distandarkan pusat. sumber : kontan.co.id

Jumat, 15 November 2013

Rainbow cake: Warnanya bisa memikat laba

Penjualan kue lazimnya terangkat selama masa perayaan Natal dan tahun baru. Untuk tahun ini, rainbow cake dan red velvet menjadi andalan untuk mencetak kenaikan penjualan. Aneka kreasi turut menaikkan popularitas kedua kue tersebut.

Warna-warni cerah ternyata bisa mengundang selera mengunyah bagi banyak orang. Kesimpulan itu muncul dari tren rainbow cake dan red velvet selama setahun terakhir.

Selama perayaan Natal dan pergantian tahun, kedua kue tersebut mengangkat penjualan di banyak toko kue, kafe, restoran dan hotel, hingga dua kali lipat. Rainbow cake sudah menghiasi etalase berbagai toko kue sejak awal 2012. Red velvet hadir lebih cepat lagi, yaitu akhir 2011.

Sesuai dengan keunggulannya, penampilan yang menarik berkat warna yang mencolok alias eye catching, rainbow cake populer di kalangan anak dan remaja. Kue bianglala itu seolah menjadi menu wajib saat perayaan ulang tahun anak-anak masa kini. Adapun kesan anggun dan elegan warna merah menggoda banyak wanita untuk mencicipi red velvet.

Banyak toko kue menjadikan kedua kue tersebut sebagai major menu. Sementara itu, restoran dan hotel mendaulat keduanya sebagai dessert andalan dalam beragam kreasi.

Michelle’s Patisserie bisa disebut sebagai toko yang menikmati legitnya penjualan rainbow cake dan red velvet. Rainbow cake, yang dijual dengan harga tertinggi Rp 550.000 per loyang itu, mengangkat pemasukan toko tersebut hingga 50% tiap bulannya.

Karena memiliki katering sendiri, toko yang berlokasi di Central Park Jakarta itu berani memberi jaminan bahwa warna yang digunakan dalam rainbow cake-nya masuk kategori food grade. Pembeli juga dapat memesan rainbow cake yang unik sesuai dengan keinginan masing-masing.

Adapun red velvet hadir dengan berbagai variasi yang berubah dalam kurun waktu tertentu. Di bulan Desember, kue yang mengerek naik pemasukan Michelle’s Patisserie hingga 30% itu, tampil dengan kombinasi dark cherry serta cheese cream di tengahnya. “Saat Natal dan tahun baru, kami sampai kewalahan melayani pengunjung,” kata barista Michelle’s Patisserie, Rico Matondang.

Berkah dua kue dengan penampilan unik itu juga dinikmati The Harvest. Toko itu menyajikan red velvet sejak Mei dan rainbow cake pada Oktober. Red velvet versi The Harvest adalah kue berbahan buah bit asli yang dipadukan dengan macaroon tower berbungkus kotak merah. Sejak muncul, kue itu menempati produk terlaris kedua, setelah chocolate devil, dalam tingkat pemesanan. Di The Harvest, banderol harga red velvet berkisar Rp 250.000 hingga Rp 1,5 juta per loyang.

The Harvest juga memodifikasi tampilan rainbow cake. Jika banyak toko menyusun kue ini dalam enam lapis warna pelangi secara horizontal, lapisan warna rainbow cake ala The Harvest tersusun secara vertikal. Dengan diameter 20 cm, kue itu dijual seharga Rp 290.000.

Masing-masing kue bisa menuai pesanan hingga 50 loyang per hari. Marketing Manager The Harvest, Frita P. Widiastanti, menyebut, kedua menu tersebut menyumbang kenaikan pendapatan 10% per bulannya. Pertumbuhan pesanan lebih tinggi lagi di saat Natal dan tahun baru, hingga tiga kali lipat.


Menaikkan omzet
Rainbow cake dan red velvet yang baru hadir selama lima bulan di Eaton Restaurant and Bakery juga sukses mendongkrak pendapatan toko kue itu hingga 20% setiap bulan. Bila toko lain menggunakan buah bit atau pewarna makanan untuk menghasilkan merah segar red velvet, maka Eaton menggunakan raspberry dan cranberry. Eaton juga membedakan rainbow cake-nya dengan menekankan rasa, bukan warna.

Pemain baru, semacam D’Cakes by Dewi, turut menyaksikan tingginya pesona kedua kue tersebut. Sejak pertama kali membuka tokonya pada Juli 2012, Puspita Dewi Laksmono atau yang akrab disapa Dewi, telah menikmati omzet lebih dari Rp 50 juta per bulan dengan kenaikan mencapai 50% saat Natal kemarin, berkat red velvet dan rainbow cake. Di toko ini, untuk penjualan per potong, rainbow cake tampil dalam tiga warna, yakni merah, kuning, dan hijau. Adapun untuk penjualan per loyang, Dewi tetap menggunakan enam lapis warna dengan kisaran harga Rp 150.000 sampai Rp 350.000 per loyang.

Dewi menggoda konsumennya dengan menyajikan red velvet berpadu cream cheese dan almond nougat. Kue tersebut dijual dengan harga berkisar Rp 200.000–Rp 375.000 per loyang. Baru-baru ini, Dewi merilis varian velvet terbaru, yakni pink velvet. Kue ini pun menikmati kenaikan pemesanan hingga 30%.

Rainbow cake dan red velvet juga laris manis di restoran dan hotel. Di Union Restaurant, red velvet menjadi menu andalan yang bahkan harus diproduksi tiga kali sehari demi memenuhi permintaan pengunjung, yakni pada pukul 11.00 WIB, 16.00 WIB, dan 19.00 WIB. Menurut host Union, Vira, kue yang dijual seharga Rp 528.000 per loyang, dengan diameter 24 cm itu, bisa laku hingga 80 loyang per hari. Namun Vira menolak menyebutkan kenaikan omzet yang disumbang oleh menu yang telah ada sejak Agustus 2011, di restoran yang terletak di Plaza Senayan itu.

Kedua kue itu juga menjadi dessert andalan di restoran Hotel Aston Marina sejak awal 2012 dan Hotel Aston Bali sejak September 2012. Marketing and Communication Manager Hotel Aston Marina, Gita Ashari, mengakui, dari rainbow cake dan red velvet, restoran Aston menikmati kenaikan omzet hingga 40% per bulan.

Peminat kedua kue tersebut juga dapat memesan melalui Cicip-Cicip, toko kue milik Hotel Aston. Di tempat itu, pelanggan dapat memesan kreasi rainbow cake dan red velvet, sesuai dengan keinginan, dengan harga minimal Rp 100.000 per loyang.

Namun ada pula toko kue yang memilih untuk mengakhiri produksi rainbow cake dan red velvet, tahun depan. Pemilik Souly Butter Kitchen, Rezia Dwinanda, menuturkan, meski masih masuk daftar produk dengan penjualan tinggi di tahun ini, kedua kue itu tak akan lagi diproduksi Soully Butter.

“Mungkin di tempat lain kedua kue ini masih dicari pelanggan. Tapi kami percaya pelanggan butuh pembaharuan. Jadi toko kami lebih memilih memproduksi menu baru untuk tahun depan,” ujar dia. Kira-kira, sampai kapan, ya, daya pikat kedua kue itu awet?