Adsense

Tampilkan postingan dengan label proofer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label proofer. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Juni 2016

OMZET PULUHAN JUTA DARI BISNIS SELAI

Sempat merugi miliaran rupiah tak membuat wanita ini menyerah untuk terus melakukan usaha. Berbagai cara dilakukan untuk kembali bangkit meski dililit utang hampir Rp 2 miliar.
Wanita tersebut bernama Nani Kurniasari. Kisahnya berawal saat usaha katering miliknya yang sudah dirintisnya sejak 2003-2010 silam. Usaha katering ini akhirnya rugi dan meninggalkan utang.
Penderitaan Nani tak berhenti sampai di situ, saat usahanya rugi dan terlilit utang ia justru harus berpisah dengan suaminya. Dia sangat merasa terpuruk.
"Sebetulnya karena waktu itu kondisi lagi drop bisnis katering dari 2003-2010 bangkrut akhirnya saya rugi Rp 1,5 miliar. Bodohnya saya pinjam uang lagi sekitar total Rp 500 juta untuk menutup utang tadi, malah jadi tambah utangnya, jadi malah harus menutup utang sekitar Rp 2 miliar. Lalu lagi ada masalah begitu ditambah kehidupan keluarga pisah sama suami," ujar Nani Kurniasari, dikutip detikFinance.
Setelah itu, ia bahkan sempat tidak memiliki pekerjaan dari tahun 2010-2013, sehingga mengandalkan pendapatan dari bantuan keluarganya, dan mulai bangkit di awal tahun lalu dengan membuat selai.
"Di 2010 sampai 2013 sempat vakum jadi saya mengandalkan sedapatnya dari pemberian keluarga. Kemudian 2014 mulai jualan lagi hijab tapi bangkitnya sejak tahun lalu sempat ikutan life coach untuk self healing. Nah dari situ ada tugas yang harus menghasilkan karya. Saya kan suka masak dan tidak mau ribet kalau katering kan ribet peralatannya banyak. Nah kalau selai ini mudah dan bisa dikerjain sendiri," lanjut Nani.
Wanita yang pernah kuliah di jurusan kelautan ini mengatakan, proses percobaan pembuatan selainya tidak mudah dari 4 sampel selai yang dibuatnya hanya 1 yang layak dijual. Saat ini selai yang dijualnya hanya 1 varian saja yaitu rasa karamel.
"Kalau sekarang jual 1 rasa yaitu selai karamel saja. Dulu itu waktu pertama kali percobaan bikin 4 dari 4 yang lolos cuma 1 sisanya pahit akhirnya coach saya bilang fokus untuk kerjain satu walaupun hasilnya kecil tapi harus ditekuni. Waktu yang bikin 4 itu emang bikinnya buru-buru sambil marah dan nggak fokus, makanya sekarang saya jual masih satu rasa aja mau fokus di satu dulu," kata Nani.
Modal awal yang dibutuhkan untuk usaha selainya ini sebesar Rp 200 ribu untuk bahan baku dan juga untuk kemasan toples. Selainya ini dijual dengan harga Rp 40 ribu/toples, 1 jarnya berisi 120 mg. Ia mengaku omzet dari penjualan selai move on miliknya ini mencapai Rp 4 juta per hari.
"Modal itu waktu awal Rp 200 ribu untuk bahan baku dan jar. Sehari bisa produksi sampai 300 jar. Alhamdulillah akhir-akhir minggu ini target jual 100 jar per hari bisa kekejar omzet sekarang Rp 4 juta per hari. Sebelumnya Rp 4-5 juta itu paling sebulanan bikin 10 jar aja seminggu nggak habis-habis," tuturnya.
Wanita yang memiliki 4 anak ini mengatakan, ia mengerjakan usaha selainya ini dibantu oleh kedua orang temannya. Saat ini ia memasarkan selai buatannya melalui teman-temannya dan juga melalui online seperti Facebook, Instagram, dan Twitter.
Ke depan ia berharap bisa membuat rumah selai yang bisa dimanfaatkan untuk menjual selai dan produk-produk lainnya, serta bisa memasarkan produknya sampai ke luar negeri.
"Sekarang untuk 1 resep itu buatnya 10 jam, bikinnya di rumah dibantu sama teman ada 2 orang. Pemasaran barang sih masih mouth to mouth dan online di Instagram, Facebook, dan Twitter masih belum dipikirin untuk sampai besar tapi ke depan pengennya bikin rumah selai move on nanti disitu ada selai atau ada produk-produk lain dari teman-teman yang mungkin lagi move on juga masih ngumpulin modal sih karena kan besar," ujarnya.
"Kemasan juga dipercantik jadi kalau orang mau kasih gift nggak malu-maluin begitu. Kalau pengiriman paling jauh ke Papua kalau ke luar negeri paling lewat teman ada yang titip selai move on pas teman lagi ke sana minta bawain ada yang ke Kanada, UK tapi belum pengiriman masih lewat teman saja," ujarnya.
Untuk mencoba Selai Move On milik Nani bisa mengunjungi
    Instagram: mamakrempong
    Facebook: mamak rempong
    Twitter: mamakrempong. 

sumber : http://ayopreneur.com/

Selasa, 08 Juli 2014

HANGATNYA TAWARAN USAHA ROTI BAKAR


Menyantap roti bakar di pagi hari untuk sarapan atau  untuk camilan di sore atau malam hari sudah tidak asing lagi bagi masyarakat kita. Peminatnya pun tidak mengenal usia. Lantaran potensinya besar, banyak pelaku usaha membuka gerai roti bakar yang juga bisa digunakan sebagai tempat kongko dengan teman dan kolega.
Salah satu pelaku usaha kuliner yang menjalankan usaha itu adalah Dheny Dhelanto. Lewat bendera usaha Dapoer Roti Bakar, Dheny menjalankan usaha ini sejak tahun 2011 di Pasar Minggu, Jakarta Selatan. Setelah tiga tahun berjalan, Dheny mulai menawarkan kemitraan pada Februari 2014.
Saat ini dia baru memiliki satu mitra yang berlokasi di Summarecon Serpong, Tangerang. Sedangkan gerai milik sendiri ada satu di Pasar Minggu yang juga digunakan sebagai pusat pengolahan bahan baku. Gerai ini buka selama 24 jam. Selain itu, si empunya usaha menyajikan roti dan selai yang diproduksi sendiri dengan resep rahasia turun temurun.
Bagi mitra yang tertarik berbisnis roti bakar, paket investasi yang ditawarkan sebesar Rp 175 juta. Nilai tersebut sudah termasuk biaya kerjasama namun belum termasuk sewa tempat. Putri Meriska, Supervisor Dapoer Roti Bakar, mengatakan, dengan menyiapkan investasi sebesar itu, mitra sudah mendapatkan bahan baku selama satu bulan dan peralatan masak lengkap serta pelatihan karyawan.
Harga jual roti bakar di gerai in berkisar Rp 10.000-16.000 per porsi dengan pilihan 45 varian rasa diantaranya rasa cokelat, keju, nanas, stroberi, pisang, durian, abon dan telur. Selain roti bakar, menu jajanan lain juga ada seperti pisang bakar seharga Rp 8.000-12.000  per porsi. Dapoer Roti Bakar juga menjajakan aneka minuman jus, kopi, teh dan jajanan khas kaki lima lain dengan kisaran harga Rp 7.000-15.000.
Menambah gerai baru
Lokasi usaha yang harus mitra sediakan minimal seluas 10 meter (m)x20 m yang berlokasi di dekat mal, kampus atau tempat keramaian lainnya. Jumlah pegawai yang diperlukan sekitar 10 orang. Dalam sehari, target penjualan sekitar 100 porsi roti bakar. Manajemen menghitung, mitra bisa meraup omzet hingga Rp 100 juta per bulan bila tempat usaha cukup strategis. "Pusat tidak mengutip biaya royalti, namun mitra wajib membeli bahan baku seperti roti dan selai dari pusat," kata Putri.
Karena penawaran kerjasama kemitraan masih terbilang baru, Dapoer Roti Bakar belum menargetkan terlalu banyak penambahan mitra baru. Manajemen menargetkan bisa menambah empat mitra baru di tahun ini.
Anang Sukandar, Pengamat Waralaba sekaligus Ketua Umum Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) berpendapat, meski roti bukan makanan yang sedang tren saat ini, namun pasarnya masih tetap ada. Mitra yang berminat harus banyak belajar strategi untuk bertahan di tengah banyaknya pilihan makanan lain.
Bukan hanya dari soal menu, tapi juga penampilan dan cara menghidangkannya.  Salah satu cara belajar adalah dengan mencontoh pemain lain yang sudah bertahun-tahun berhasil mempertahankan eksistensi usaha.    n

Dapoer Roti Bakar              
Jl. Raya Pasar Minggu No.154, Jakarta Selatan    
HP: 085691607778 (sumber : kontan.co.id)

Minggu, 09 Maret 2014

MENJAJAL PELUANG TOKO ROTI KHAS INGGRIS

JAKARTA. Pemain di bisnis roti, kue dan donat makin beragam. Supaya bisa memikat konsumen, produk yang ditawarkan harus punya ciri khas. Kekhasan inilah yang diusung toko roti Bread Castle di Bekasi.

Toko roti yang berdiri sejak tiga tahun silam ini mengusung cita rasa khas roti tradisional Inggris. “Rotinya lebih lembut dan enak. Roti yang kita buat sama dengan kebanyakan toko-toko roti tradisional di Inggris,” klaim Sigit Basuki, Manajer Produksi Bread Castle.

Selain roti, Bread Castle juga memproduksi kue (pastries) dan donat. Total, ada 18 jenis roti yang ditawarkan, 11 jenis kue, dan 22 jenis donat. Setiap produk dibanderol mulai dari Rp 5.500, hingga Rp 250.000 untuk kue ulang tahun rainbow cake. Bread Castle menyasar pelanggan kalangan menengah atas.

Untuk melebarkan sayap bisnis, Bread Castle mulai menawarkan kemitraan  Desember tahun ini. Sigit mengaku belum memiliki mitra saat ini. Namun, sudah ada empat gerai Bread Castle milik pusat, yang berlokasi   di  Bekasi, Jakarta dan Cikarang. Untuk menyesuaikan target pasarnya, semua gerai itu berada di pusat perbelanjaan.

Anda berminat? Siapkan modal Rp 800 juta untuk memboyong paket kemitraan Bread Castle. Mitra akan mendapatkan  bahan baku awal, dekorasi toko, pelatihan membuat roti, dan pendampingan selama toko beroperasi. Namun, mitra harus menyiapkan tempat  minimal 75 meter persegi (m2). “Yang penting lokasinya sesuai target pasar kami. Cukup untuk display roti dan dapurnya,” papar Sigit.

Balik modal 18 bulan

Mengacu gerai yang sudah beroperasi, Sigit bilang, bisa meraup omzet Rp 120 juta sebulan. Target keuntungan bersih 30%. Jika tercapai, mitra bisa balik modal dalam 18 bulan. Oh ya, pihak pusat tidak memungut biaya royalti maupun biaya kemitraan.

Kata Sigit, pihaknya belum memasang target penambahan jumlah gerai milik mitra. Maklum, Bread Castle masih melihat respon masyarakat terhadap tawaran kemitraan.

Ketua Komite Tetap dan Waralaba Lisensi Kadin, Amir Karamoy bilang pangsa pasar usaha roti dari tahun ke tahun makin meluas. Roti bukan hanya disajikan bagi masyarakat kelas ekonomi tertentu. “Ibaratnya, dulu yang makan roti hanya orang Belanda saja, namun sekarang sudah semua kalangan masyarakat,” tuturnya.

Namun, ia mengingatkan persoalan dalam bisnis roti adalah soal kualitas produk dan pemilihan pasar yang tepat. Menurut Amir, pemilik Bread Castle harus tahu pasti pangsa pasar mana yang dibidik. Ia mencontohkan, jika Bread Castle menyasar pangsa pasar yang sama dengan Bread Talk, maka tantangannya cukup berat, karena Bread Talk sudah terlebih dahulu muncul dan punya nama besar.

“Intinya, harus tahu peta persaingan. Kalau tetap mau head to head dengan Bread Talk, ya sah-sah saja, tapi harus dipikirkan strategi bisnisnya,” saran Amir.   Sumber : Kontan.co.id

Kamis, 06 Maret 2014

PELUANG BISNIS BURGER SETAN

Makanan burger makin memasyarakat di Indonesia. Tak heran banyak toko atau gerai yang menjajakan burger. Persaingan di bisnis ini pun kian ketat. Tapi itu tak mengurangi nyali Saiful Muslimim, pemilik Burger Setan asal Sidoarjo, Jawa Timur, masuk ke bisnis ini.
Saiful mulai terjun ke bisnis burger sejak 2010 lalu. Setelah menyadari peminat burger cukup tinggi, maka ia menawarkan kemitraan pada tahun yang sama. Saat ini, Saiful telah memiliki 26 cabang burger setan yang tersebar di Sidoarjo, Jakarta, Surabaya, Jawa Tengah dan Pasuruan.
Dari total jumlah gerai itu, lima gerai diantaranya milik sendiri. Saiful sengaja memberi nama burgernya itu burger setan karena bentuknya hitam. "Saya juga ingin membuat nama produk saya unik dan membuat orang penasaran," ujarnya.
Di gerai miliknya tersebut, Saiful tidak saja menjual burger tapi juga menjual menu lainnya seperti hot dog, dan kentang. Ia membanderol menu di gerainya mulai dari Rp 7.500 sampai Rp 15.000 per porsi. Menurut Saiful, harga jual produknya masih sesuai dengan kantong masyarakat.
Ia juga bilang, produknya ini menyasar semua kalangan dari kalangan masyarakat menengah ke bawah dan menengah ke atas. Bagi yang berminat menjadi mitra, Saiful menawarkan satu paket kemitraan dengan nilai investasi sebesar Rp 15 juta.
Dengan modal investasi sebesar itu, mitra akan mendapatkan satu buah gerobak dorong, bahan baku awal sebanyak 50 porsi, pelatihan karyawan, standar operasional prosedur dan survei lokasi.
Saiful menjanjikan mitra bisa meraup omzet rata-rata Rp 400.000 - Rp 500.000 per hari, dengan keuntungan sekitar 20% hingga 30% dari omzet. Dengan omzet sebesar itu, mitra bisa balik modal dalam waktu empat sampai lima bulan pasca beroperasi.
Saiful juga tidak memungut royalti fee dan masa kerjasama berlangsung seterusnya. Namun dengan catatan, mitranya itu harus membeli produk utama dari kantor pusat seperti roti, daging dan kemasan produk. Ia mengklaim, keunggulan produknya ini terletak pada dagingnya yang tebal dan mengandung protein tinggi. Sumber : Kontan.co.id

Senin, 03 Maret 2014

SEMERBAK LABA DARI KEMITRAAN TOKO ROTI

Walaupun bahan bakunya impor, roti digemari oleh hampir semua kalangan di Indonesia. Tak heran bisnis bakery tumbuh subur. Kemitraan toko roti pun terus bermunculan. Salah satu yang gencar menawarkan kemitraan adalah William yang mengusung brand Bread Ball di Cibinong, Bogor.
Mendirikan usaha pada pertengahan 2013, William  menawarkan kemitraan awal tahun ini. Saat ini Bread Ball baru memiliki satu gerai. “Namun, ada beberapa calon mitra di Bandung, Cirebon, dan Palembang yang tertarik bekerjasama,” klaim Badri Pratama, Manager Franchise Bread Ball.
Toko roti ini menyajikan roti bun (bentuk bulat) aroma kopi dengan varian isi, seperti pandan, durian, moca, dan cokelat. Harganya berkisar Rp 6.000 – Rp 8.000 per potong. Selain roti, gerai Bread Ball juga berencana menjual minuman kopi dari berbagai daerah, seperti kopi Aceh, kopi Sidikalang, dan kopi Lampung.
Anda berminat menjajal bisnis ini? Ada tiga paket investasi yang ditawarkan. Pertama, paket investasi Rp 450 juta. Untuk ini, Anda harus menyiapkan lokasi usaha dengan luas 32 meter persegi (m2) sebagai tempat produksi dan memajang roti.
Kedua, paket Rp 680 juta dengan konsep kafe. Selain menjual roti, paket ini juga menyajikan minuman kemasan dengan luas ruangan 60 m2. Adapun paket terakhir konsep lounge dengan biaya Rp 900 juta.  Luas areanya 100 -120 m2.
Dari seluruh paket tersebut, kata Badri, sudah termasuk franchise fee selama lima tahun senilai Rp 75 juta, desain interior, perlengkapan masak, pelatihan karyawan, dan bahan baku awal. Hanya jumlah itemnya saja yang berbeda.
Estimasi Badri, mitra bisa menjual 600 - 800 potong roti per hari. Jadi, dalam sebulan mitra bisa mengantongi omzet Rp 100 juta – Rp 150 juta. Dengan laba bersih 60%, mitra diperkirakan bisa balik modal dalam setahun.
Tak ada biaya royalti
Badri bilang, pihak pusat tidak memungut biaya royalti. Akan tetapi, jika mitra butuh bantuan pusat dalam menjalankan bisnis, Bread Ball memungut biaya royalti sebesar 5% dari laba bersih per bulan
Badri mengklaim, Bread Ball satu-satunya toko roti yang menjual roti bun dengan aroma kopi. Selebihnya, merupakan produk luar negeri. Roti yang disajikan Bread Ball, kata Badri, juga bisa tahan sehari semalam, tanpa mengeras atau berubah rasa.  “Kami menawarkan cita rasa asli Indonesia yang memang bisa diterima lidah orang Indonesia,” ucap dia.
Pengamat waralaba, Amir Karamoy, menilai bisnis roti memiliki prospek cerah di masa mendatang. Akan tetapi, Bread Ball sebaiknya bersabar dalam menawarkan kemitraan. Pasalnya mitra butuh bukti bahwa bisnis roti ini bisa berhasil dalam jangka panjang. “Idealnya dua tahun atau tiga tahun menjalankan bisnis, baru menawarkan kemitraan,” ujarnya.
Namun, jika memang ada yang tertarik, Amir menyarankan, mitra tidak membuka gerai di mal karena pesaingnya sudah banyak dan sudah lebih populer.                     

Bread Ball                                                                                                                                                                                                                 Lobby Barat Lantai Dasar                                                                                                                                                                                              Cibinong Mall, Bogor                                                                                                                                                                                                   Telp. 021-80266524
sumber : Kontan.co.id

Jumat, 28 Februari 2014

Persaingan ketat, bisnis kebab tetap pekat

KEBAB sudah cukup akrab di lidah masyarakat Indonesia. Tengok saja, sudah banyak bisnis kuliner yang menjajakan menu khas Timur Tengah ini. Peluang bisnis makanan berupa hidangan daging panggang atau bakar ini memang selezat rasanya. Ini terbukti dengan bermunculan berbagai usaha yang mengangkat nama kebab sebagai menu utama. Tak ayal, banyak bisnis kebab menawarkan kemitraan, yang membuat kebab semakin dikenal hingga ke daerah-daerah.
Namun, banyaknya pemain yang bertarung dalam bisnis kebab membuat persaingan semakin tinggi. Para pemilik usaha kebab harus menerap  strategi yang tepat untuk memenangkan persaingan. Bagaimana prospek bisnis ini? Berikut ulasan KONTAN terhadap tiga kemitraan kebab yaitu Zahfy Kebab, Kebab Kings, dan Corner Kebab.
n Zahfy Kebab
Zahfy Kebab berdiri di tahun 2009. Tak hanya kebab, Zahfy Kebab juga menawarkan burger dan roti maryam. Pada awal 2010, Hefni Tri Sriyantono, pemilik Zahfy kebab, mulai menawarkan kemitraan. KONTAN telah mengulaskemitraan usaha kebab yang ada di Bekasi ini pada Februari 2012. Kala itu, jumlah gerai mereka sebanyak 28 gerai dengan 10 gerai milik sendiri dan sisanya milik mitra. Saat ini, gerai telah bertambah menjadi 45 gerai. Rinciannya,  dua gerai milik pribadi dan sisanya milik mitra.
Manager Operasional Zahfy Kebab, Hendra menjelaskan, mereka sengaja mengurangi kepemilikan pribadi karena ingin fokus mengembangkan gerai untuk mitra. Ada sedikit perubahan tawaran kemitraan. Sejak akhir tahun lalu, mereka hanya menawarkan tiga model investasi yaitu paket booth Rp 30 juta, paket outlet Rp 45 juta dan paket foodcourt Rp 65 juta. Sebelumnya, Zahfy kebab mempunyai enam pilihan model investasi.
Sejak akhir 2012, Zahfy Kebab juga telah menghapuskan sistem biaya royalti sebesar 3,5%. Alasannya, karena ini tidak menguntungkan mitra.
Omzet yang didapatkan dari bisnis ini lumayan, yaitu sekitar 30 juta per bulan dengan laba bersih sebesar 30%-40% dari omzet. Sehingga, hitungan Hendra para mitra bisa balik modal sekitar 8-11 bulan.
Akhir tahun lalu, Zahfy Kebab mengeluarkan dua menu baru yaitu Nasi Goreng Kebab dan Mie Goreng Kebab. Sehingga, saat ini Zahfy Kebab menjual delapan menu di gerainya. Adapun harga menu mengalami kenaikan dari kisaran Rp 9.000-Rp 11.000 menjadi Rp 12.000- Rp 20.000.
n Kebab Kings
Bisnis kebab ini dirintis Bobby Hendrawan sejak 2006 di Surabaya. Untuk membesarkan kebab Kings, Bobby mulai menawarkan peluang kemitraan di 2007.
Ketika KONTAN mengulas kemitraan ini pada awal 2013, sudah tercatat sebanyak 365 gerai kebab Kings yang tersebar dari Aceh hingga Papua. Rinciannya, sebanyak 20 gerai di antaranya milik Bobby dan sisanya milik mitra.
Seiring berjalannya waktu, jumlah gerai Kebab Kings bertambah sekitar 135 gerai yang tersebar di kota-kota besar Indonesia. Sehingga, total gerai Kebab Kings sekitar 500 gerai. "Pusat punya sekitar 50 lebih gerai baru," kata Bobby.
Ia bilang, pertumbuhan pesat jumlah gerai lantaran promosi tim manajemen hingga saat ini yang lumayan gencar. Selain promosi di internet,  Kebab Kings sering mengikuti pameran-pameran waralaba hingga saat ini.
Di tahun 2013, Bobby menawarkan empat paket investasi, yakni, paket gerobak senilai Rp 35 juta, booth Rp 40 juta, paket kios Rp 50 juta, dan paket motor roda tiga seharga Rp 55 juta. Saat ini, nilai investasi untuk menjadi mitra Kebab Kings sudah meningkat. Untuk masing-masing paket, ada kenaikan biaya sebesar Rp 5 juta. Jadi, paket investasi Kebab Kings kini berkisar Rp 40 juta-Rp 60 juta.
Meski demikian, harga jual produk ke konsumen tidak naik, yakni di kisaran harga Rp 12.000-Rp 15.000 per porsi. Namun, harga jual bisa lebih mahal di lokasi tertentu, seperti Papua, yang bisa mencapai Rp 20.000 per porsi.
Bobby mengklaim, tiap gerai bisa meraup omzet berkisar Rp 15 juta-Rp 60 juta per bulan. Ia menargetkan, awal tahun ini, jumlah gerai Kebab Kings akan bertambah menjadi 800 gerai. "Saya ingin, gerai kebab Kings tidak saja berada di kota-kota besar, tapi juga mencapai pelosok daerah," ucap Bobby.
Meski persaingan kian ketat dengan banyaknya pemain baru, namun Bobby masih yakin, karena bisnis kebab di Indonesia masih cukup menjanjikan.
n Kebab Corner
Kebab Corner dirintis oleh Ardiansyah Murdiawan Saputra sejak Agustus 2007. lantas pada Juli 2008, ia mulai menawarkan sistem kemitraan bagi masyarakat.
Usaha yang bermarkas di Komplek Ruko Ogie Plaza, Pamulang, Tangerang Selatan ini mampu berkembang. Ketika KONTAN mengulas tawaran kemitraan ini pada April 2013, Kebab Corner baru memiliki 350 gerai, yakni 15 gerai milik pusat dan sisanya milik mitra. Kini, total jumlah gerai bertambah menjadi 400 gerai. Rinciannya, 70 dikelola pusat dan sisanya sebanyak 330 gerai dimiliki mitra.
Ardiansyah mengatakan, perkembangan Kebab Corner yang lumayan ditandai dengan pertambahan gerai yang cukup cepat, tidak lepas dari  upaya inovasi dan terus mengontrol mitra. Selain itu, ia juga terus meningkatkan pelayanan pada konsumen serta menjalin hubungan yang baik dengan karyawan. "Kita menjalin hubungan baik dengan karyawan karena mereka adalah aset kita," tutur Ardian.
Inovasi yang dilakukan Kebab Corner adalah dengan menggunakan outlet berbahan 100% stainless steel dan meluncurkan menu-menu baru dan mengganti menu lama yang sudah tidak terlalu diminati pelanggan.
Awal tahun 2014, Ardian meluncurkan menu baru yaitu Burger Duo yang terdiri dari daging sapi dan ayam. "Pelanggan yang ingin menikmati dua macam daging dalam satu menu bisa memilih ini," ujarnya.
Selain itu, Ardiansyah juga terus berusaha menjaga kepercayaan klien dan komitmen untuk membantu jika mitra mengalami kesulitan.
Paket investasi yang ditawarakan Kebab Corner masih sama seperti tahun lalu senilai Rp 40 juta. Ardian belum berencana menaikkan paket investasi karena hal itu akan berpengaruh pada target balik modal mitra. Menurut dia, tidak bagus bagi perkembangan usaha jika mitra harus balik modal di atas dua tahun. "Oleh karena itu kita tidak berencana menaikkan harga paket investasi," kata dia.
Namun, untuk mengimbangi kenaikan harga bahan baku dan biaya operasional, Kebab Corner terpaksa menaikkan harga jual sekitar Rp 1.000- Rp 2.000 per menu. "Kalau cuma bahan baku yang naik tidak masalah. Tapi karena biaya operasional yang kita keluarkan untuk pegawai semakin besar jadi terpaksa menaikkan harga jual," jelasnya.
Sepanjang tahun 2013, Ardian  tidak banyak melakukan kegiatan promosi. Ia lebih fokus pada perbaikan dari sisi internal untuk memperkuat manajemen perusahaan. "Kalau tahun 2012 kita banyak mengikuti pameran.  Tapi di tahun 2013 kita lebih fokus memperbaiki sistem seperti membuat pusat pelatihan," tuturnya.
Ardian mengatakan, kedepan Kebab Corner masih akan terus melakukan inovasi baik dari sisi infrastruktur, produk, sistem dan Sumber Daya Manusia (SDM). Tahun ini ia menargetkan memiliki hingga 500 mitra. “Tahun 2012 sistem kemitraan kami bagi hasil syariah, tahun kita akan lebih fokus mengembangkan mitra mandiri,” ujar dia.      
Meski berasal dari Timur Tengah, kuliner kebab sudah banyak dikenal masyarakat Indonesia. Kuliner berbasis daging ini cukup popular di Indonesia. Meski ada pandangan   bisnis kebab sudah mulai jenuh, kenyataannya gerai-gerai kebab terus bermunculan. Para pemilik kemitraan kebab terus menambah mitra mereka.
Pengamat waralaba, Amir Karamoy menilai bahwa prospek bisnis kebab masih cukup menarik. Namun, ia juga tidak menutup mata bahwa persaingan antar pemain cukup ketat. Apalagi, beberapa gerai kebab berada pada lokasi yang berdekatan. Ini tentu harus menjadi perhatian para pelakunya. “Sebenarnya, perbandingan antara gerai yang menjual kebab dengan jumlah penduduk Indonesia masih terlampau jauh. Jadi pangsa pasar masih ada,” ujarnya.
Amir bilang, di beberapa pelosok, kebab belum terlalu populer. Artinya, daerah-daerah tersebut bisa dijadikan pangsa pasar yang baru. Ia juga menuturkan bahwa bisnis kuliner butuh waktu yang sangat lama hingga bisa jenuh. Di sisi lain, tentu saja pemilik usaha harus terus berinovasi untuk membesarkan usaha. “Dalam hal ini, inovasi rasa atau menu bisa jadi fokus agar konsumen tetap tertarik menikmati kebab,” tandasnya.
Ia menyoroti kebab Baba Rafi yang masih memimpin pasar hingga saat ini. Menurut Amir, usaha kebab yang lain pun seharusnya terpacu bukan hanya mencuil kue bisnis, tapi bisa merebut pasar. Selain inovasi, konsistensi kualitas, baik dalam hal rasa dan pelayanan pun harus terus ditingkatkan jika ingin bisnis kebab terus berjaya. sumber : Kontan.co.id

Selasa, 25 Februari 2014

Menunggu aroma ROTI dari tungku pabrik baru

JAKARTA. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) berencana mengoperasikan pabrik baru di kuartal I-2014. Pabrik yang berlokasi di Cikande, Purwakarta ini akan menambah jumlah lini produksi ROTI, dari semula 25  lini menjadi 29 lini produksi.

Dengan tambahan pabrik baru itu, ROTI menargetkan kapasitas produksi naik sekitar 26,47% dari kapasitas produksi sebelumnya, menjadi 4,3 juta roti per hari. Analis PT Sinarmas Sekuritas, Christandi Reza Mihardja menyatakan, pengoperasian pabrik baru ini dapat memberikan tambahan pemasukan hingga 20%.

Lokasi pabrik yang berada di Cikande, menurut Christandi, akan lebih menjangkau kebutuhan roti di daerah Jawa Barat secara lebih luas. ROTI tak harus mengandalkan pabrik yang berada di Karawang dan Cibitung.

Pendapatan ROTI di kuartal II dan III tahun 2013 memang sempat menurun karena terjadi pemogokan pekerjanya. Namun, Christandi optimistis, pendapatan ROTI sepanjang tahun lalu bisa mencapai Rp 1,5 triliun atau sesuai target perusahaan. Adapun, laba bersih ROTI diprediksi menyentuh Rp 150 miliar.

Tahun lalu, ROTI harus menanggung tingginya beban usaha. Nah, pada tahun ini  ROTI akan menghitung kembali harga jual produknya sehingga bisa mempertahankan margin.

Dengan penambahan kapasitas produksi serta kenaikan harga produk, Christandi memperkirakan, pendapatan ROTI tahun ini akan meningkat sekitar 20% menjadi Rp 1,8 triliun. Sedangkan, laba bersih juga diprediksi meningkat 20% menjadi Rp 180 miliar.

Analis Andalan Artha Advisindo Securities, Marlene dalam risetnya, 11 November 2013, menyebutkan, ROTI memang membukukan kenaikan penjualan di kuartal III-2013 sebesar 23,4% year on year (yoy). Namun, laba bersih turun menjadi 6,4% yoy menjadi Rp 91 miliar.

Faktor yang menyebabkan penurunan laba, salah satunya adalah kenaikan biaya produksi. "Kami yakin, kemunduran ini hanya sementara," katanya. Sebab, ROTI telah menyiasati dengan menambahkan lini produksi  dan meningkatkan harga jual.

Penjualan ROTI di kuartal III-2013 meningkat 23,4% yoy menjadi Rp 1,05 triliun, atau telah memenuhi 65,6% dari ekspektasi pendapatan tahun 2013 yang sebesar Rp 1,6 triliun. Penjualan roti manis dan roti tawar tetap memberikan kontribusi yang cukup tinggi yakni 50,9% dan 48,4%.

Marlene memprediksikan, ROTI akan kembali menggenjot pertumbuhan produksi dengan menambah lini produksi dari pengoperasian pabrik baru. Selanjutnya, ROTI berencana membuka 5 lini hingga 10 lini produksi setiap tahun mulai tahun 2014. Kebijakan harga yang fleksibel juga dinilai baik untuk mengantisipasi kenaikan biaya yang tidak terduga.

Marlene merekomendasikan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.440 per saham. Demikian juga dengan Christandi yang merekomendasikan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.330 per saham.

Pun begitu, analis Danareksa Sekuritas, Lonnie Yu menyarankan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.400 per saham. Kemarin (10/2), harga saham ROTI undur diri di posisi Rp 1.095 per saham. Harga itu turun 3,95% dari harga ROTI pada akhir pekan lalu sebesar Rp 1.050 per saham.

Sabtu, 22 Februari 2014

Bisnis Molen Arab Bisa Hasilkan Omzet Rp 100 Juta per Bulan

Meskipun usahanya belum genap setahun, namun omzet makanan bernama 'Molen Arab' yang dijual oleh Syaiful Burhan sudah mencapai Rp 100 juta /bulan. Padahal usaha ini diawali karena terdesak harus membayar uang kost.
Seperti diketahui, 'Molen Arab' ini merupakan pisang molen atau pisang yang diselimuti adonan tepung, namun bedanya ukurannya sangat besar. "Nama Molen Arab karena bentuknya besar, jadi saya beri nama Molen Arab," ujar Syaiful dalam acara Wirausaha Muda Mandiri di Istora Senayan, Jakarta, Jumat (17/1/2014).
Usaha Molen Arab ini dimulai Syaiful pada April 2013 untuk membayar uang kost karena malu meminta kepada orangtua. "Tapi karena uang saya juga mepet, saya terpaksa untuk meminta uang ke orangtua untuk bayar kost. Dalam hati saya berkata, saya tidak mungkin untuk selalu minta uang ke orang tua. Akhirnya uang untuk bayar kost saya putar dulu untuk memulai usaha," kata Syaiful.
Remaja berusia 20 tahun ini merupakan mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Usaha Molen Arab ini dimulainya di wilayah Medan. Syaiful mengaku, pisang molen merupakan salah satu makanan kesukaannya. Namun dia ingin membuat pisang molen berukuran besar yang kenyang sekali makan.
"Resep saya cari dulu di internet kemudian saya modifikasi sendiri. Sempat 5 kali gagal dalam percobaan. Begitu hasilnya lumayan, saya langsung produksi 50 buah dan saya jual ke teman kampus. Dalam waktu kurang dari 1 jam habis!" tutur Syaiful.
Modal awal Syaiful mendirikan usahanya adalah Rp 1,8 juta dengan 3 orang pegawai. Dalam seminggu, produksi Molen Arab mencapai 400 buah yang laris manis. Bahkan pada Mei 2013 lalu, Syaiful sudah bisa membayar gaji pegawai, kost, dan membeli motor sendiri secara tunai.
Bulan kedua, lanjut Syaiful, dirinya berani menjalankan sistem agen untuk menjual Molen Arab, dan bisa memproduksi 1.000 buah per hari, hingga omzetnya Rp 100 juta per bulan.
"Saat ini saya sudah total ada 16 pegawai. Dan pada bulan Februari besok sudah ada 26 orang karyawan yang sudah siap membantu dan mengembangkan Molen Arab. Sementara ini masih kami jual di Medan, tapi nanti akan saya kembangkan ke yang lain juga. Sekarang fokus dulu di Medan," cetusnya.
Apa yang jadi kunci sukses Syaiful dalam mengembangkan usahanya?
"Kunci sukses saya adalah jangan menyerah dan harus berani mencoba hal baru. Saya sendiri kelahiran di Jawa kemudian besar di Papua, kemudian sekolah SMP dan SMA di Bogor. Sekarang saya kuliah di USU Medan. Daru kelas 2 SD saya sudah jauh dari orangtua. Sekarang orangtua saya ada di Papua sementara saya di Medan. Semua usaha itu harus diawali dengan nekad dulu. Dan tentunya berani mengorbankan yang lain," papar Syaiful bersemangat. (detik.com/bn)

Rabu, 19 Februari 2014

YUK...BERBISNIS KUE TRADISIONAL

Di tengah serbuan makanan cepat saji dan restoran modern, bisnis kue tradisional masih menjanjikan. Potensi pasarnya besar dan tak lekang oleh zaman. Tapi, ada resep yang harus dicermati agar usaha itu bisa tumbuh dan berkembang.
Selain pakaian, salah satu ladang bisnis yang menjanjikan dan tak pernah sepi dari serbuan konsumen adalah bisnis kuliner. Kondisi ini didukung oleh banyaknya jumlah penduduk dan gaya hidup modern yang menuntut kecepatan dan serba praktis. Alhasil, gerai-gerai makanan terus bermunculan di sepanjang jalan bak cendawan di musim hujan.
Bisnis kuliner yang paling kentara berkembang biak dalam beberapa tahun terakhir ini adalah jenis makanan modern yang mengusung embel-embel "cepat saji". Makanan ini seperti burger, piza, pasta, dan donat.  Meski begitu, makanan atau kue-kue tradisional tak pernah kehilangan pamor dan pasarnya. Lihat saja, penganan lokal itu tak hanya bisa dijumpai di pasar tradisional namun juga di pusat perbelanjaan modern seperti mal dan supermarket.
Maklum, bagaimanapun rasa kue tradisional paling sesuai dengan lidah orang Indonesia. Peluang bisnis makanan tradisional masih terbuka lebar lantaran negara ini terdiri dari banyak daerah dan beragam suku. Dan, setiap daerah itu punya makanan tradisional dengan ciri khasnya.
Di sisi lain, mayoritas masyarakat negara ini senang merantau ke daerah lain. Otomatis, di tanah perantauan, orang tetap mengingat kampung halamannya. Salah satu obat penyalur rasa kangen tersebut mencicipi penganan tradisional dari daerah asalnya tersebut. Biasanya permintaan makanan tradisional akan meningkat pesat pada momen-momen tertentu, seperti bulan Ramadan.
Meski begitu, sesuai dengan semboyan negara ini, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, makanan tradisional dari daerah lain juga tak asing dan bisa dinik-mati oleh orang dari daerah lain. Misalnya: tahu petis, batagor, pempek palembang, atau bakso tahu, yang menjadi penganan favorit banyak orang dari berbagai daerah.

Untuk memulai bisnis penganan tradisional itu tidak susah. Anda dapat mengetahui cara pembuatannya secara mudah melalui buku, majalah, atau internet. Sedangkan bahan bakunya bisa diperoleh dari pasar tradisional. Namun, jika ingin menjaga kualitas dan rasa, Anda bisa mendatangkan langsung bahan bakunya dari daerah asal makanan tradisional itu.
Bahkan, jika tidak sempat atau tak mampu membuatnya sendiri, Anda bisa mengambil penganan tradisional itu langsung dari pembuatnya untuk kemudian dijual kembali kepada konsumen. Keuntungannya, Anda tidak perlu repot berbelanja hingga mengolah bahan baku menjadi penganan.
Selain itu, Anda terbebas dari risiko menanggung kerugian akibat kudapan itu tidak laku atau basi. Soalnya, rata-rata kue tradisional itu adalah kue basah yang tidak tahan lama dan cuma awet dalam hitungan hari. Nah, untuk mencegah risiko itu, Anda bisa membuat perjanjian dengan pemasok. Jadi, Anda membayar sebagian belanjaan di belakang sekaligus mengembalikan camilan yang tidak habis terjual.
Keuntungan lainnya, seperti sudah menjadi rahasia umum, pedagang bisa memungut untung lebih tinggi ketimbang pembuat penganan. Produsen yang menjual penganannya ke pedagang biasanya cuma mengambil untung bersih 10%25% dari harga jualnya. Adapun pedagang bisa menjual 40%100% di atas harga beli kepada para konsumen.
Meski terlihat menjanjikan, bukan berarti mudah mereguk keuntungan dari bisnis kue tradisional. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan agar bisa meraup keuntungan sebasah penganannya.

Lokasi dan modal
Dalam bisnis kuliner, lokasi merupakan salah satu faktor utama meraih kesuksesan. Lokasi  menunjukkan segmen pasar yang akan dibidik. Selain itu, lokasi menentukan besaran modal yang harus disiapkan, penganan yang disediakan berikut kisaran harga dan margin.
Nah, untuk memilih lokasi yang tepat dibutuhkan survei terlebih dahulu. Tujuannya untuk mengetahui potensi pasar dan memastikan makanan yang dijajakan itu sesuai dengan kebutuhan masyarakat di sekitarnya. Survei juga bertujuan mengetahui kondisi persaingan di area tersebut. Maklum, persaingan ketat membuat bisnis yang baru dirintis akan sulit berkembang.
Pilihan lokasi untuk menjajakan kue tradisional adalah di pasar tradisional, pusat perbelanjaan modern atau mal, gerai lepas di pinggir jalan raya, atau ruko di kompleks perumahan. Setiap lokasi itu tentu memiliki hitungan biaya yang berbeda-beda.
Untuk sewa gerai di pusat perbelanjaan modern, misalnya, Anda mungkin harus mengeluarkan uang Rp 4 juta hingga Rp 8 juta per bulan. Selain itu, Anda mungkin harus mengeluarkan biaya tambahan untuk merenovasi sedikit gerai tersebut agar terlihat lebih menarik. Anda juga perlu merogoh kocek untuk menyiapkan etalase serta membeli peralatan, seperti nampan dan pisau.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah konsep yang diusung pusat perbelanjaan tersebut. Konsep yang tidak sesuai cenderung membuat pengunjung enggan memilih produk yang Anda tawarkan.
Sementara kalau memilih di pasar tradisional maka biaya yang dikeluarkan tentu lebih murah. Sebab, biaya sewa lapak murah dan tidak perlu melakukan renovasi. Keunggulan pasar tradisional adalah pengunjungnya selalu ramai sehingga bisa beroperasi lebih lama.

Pasokan
Dalam usaha dagang apa pun, dituntut kejelian untuk membaca selera pasar. Begitu pula dalam usaha kue tradisional ini. Jenis makanannya harus sesuai dengan segmen pasar yang dituju agar dagangan itu laris.
Ketika mengawali usaha, Anda mungkin masih meraba-raba selera pasar. Nah, tidak ada salahnya menjajakan ragam kue yang cukup banyak. Anda bisa mendapatkan ragam kue itu dari sejumlah pemasok secara kulakan.
Konsekuensinya, Anda perlu menyiapkan dana lebih banyak saat memulai usaha tersebut. Namun, seiring berjalannya waktu, Anda tentu bisa mengetahui jenis penganan yang paling banyak disukai oleh konsumen. Nah, ragam kue itulah yang lebih banyak dijajakan sehingga dagangannya laris.
Yang terpenting, dalam berhubungan dengan pemasok, Anda harus menjaga mutu dagangan. Buatlah perjanjian yang jelas dengan pihak pemasok. Selain itu, Anda perlu juga memastikan kelangsungan pengadaan ragam kue tersebut dari si pemasok. Jangan sampai pelanggan kecewa lantaran kue-kue favoritnya raib dari gerai lantaran pasokannya terhenti.
Keberlangsungan pasokan tidak menjadi kendala bila Anda memutuskan untuk memproduksi sendiri kue tradisional itu. Konsekuensinya, Anda repot menyiapkan kue itu sejak dari mencari bahan baku, memasak, hingga menjualnya.

Harga dan pemasaran
Harga jual barang dagangan tidak sekadar ditentukan oleh ongkos produksi dan hitung-hitungan keuntungan yang ingin diraup. Harga juga mencerminkan target pasar yang dibidik. Harga tinggi tentu tidak cocok untuk semua kalangan masyarakat. Sementara harga yang rendah akan membuat segmen pasar yang dibidik bisa semakin luas.
Nah, dalam bisnis kue tradisional ini, Anda tidak bisa bermain-main dengan harga tinggi  untuk meraih segmen pasar menengah-atas. Pasalnya, banyak pelaku usaha bisnis kue tradisional ini menawarkan harga murah, terutama di pasar-pasar tradisional.
Lantaran banyak pemain yang menawarkan harga murah, Anda harus mempromosikan usaha tersebut agar dikenal oleh masyarakat. Masalahnya, mempromosikan usaha kue tradisional itu susah-susah gampang. Maklum, tidak terlalu banyak ruang untuk mempromosikan penganan ini. Salah satu yang mungkin bisa ditempuh adalah mengikuti berbagai pameran, baik yang digelar korporasi atau instansi pemerintah.
Promosi juga bisa dilakukan melalui jejaring sosial, seperti Facebook dan Twitter. Maklum, interaksi masyarakat di dunia maya saat ini semakin meningkat. Dus, promosi melalui jalur ini dinilai cukup efektif. Apalagi, biaya yang harus dikeluarkan tidaklah besar.
Untuk memudahkan pelanggan mengingat produk yang dijajakan, bisa juga memodifikasi bentuk kue tradisional. Cara lainnya adalah membuat kemas-an yang menarik. Strategi ini bisa membedakan dagangan Anda dengan pemain lainnya dan memikat mata konsumen.
Nah, setelah berpromosi, proses pemasaran produk ini semakin gampang karena sudah banyak yang mengenal jualan Anda. Untuk menggenjot pemasaran, Anda bisa mengaktifkan layanan antar alias delivery order. Agar bisa memberikan jasa ini dan menguntungkan, Anda perlu mematok pembelian minimal. Jangan lupa, layanan delivery berarti tambahan biaya.
Setelah usaha berjalan, jangan lupa menjaga  komunikasi dengan para pelanggan lama. Pasalnya, permintaan kue tradisional memang tinggi tetapi permintaan tersebut belum tentu datang setiap hari. Nah, jika menjaga komunikasi dengan pelanggan lama maka mereka akan memiliki loyalitas dengan penganan yang Anda jual. (as/kontan)

Minggu, 15 Desember 2013

Mencicipi peluang bisnis mi ayam pedas

Mi ayam termasuk salah satu kuliner favorit masyarakat Indonesia. Pantas saja jika mi ayam dijuluki sebagai kuliner sejuta umat. Kita pun bisa dengan mudah menemukan gerai-gerai yang menyajikan makanan asli China ini di sepanjang jalan. Menu olahan mi ayam pun kian bervariasi.

Tengok saja penjaja mi ayam bernama Saiyo asal Bantul, Yogyakarta. Mengusung brand Miyada, ia menawarkan mi ayam dengan berbagai level kepedasan. Miyada sendiri merupakan singkatan dari mi ayam pedas.

Mendirikan usaha tahun 2012, Saiyo lalu menawarkan kemitraan pada medio tahun ini. Hingga kini, Saiyo sudah punya empat gerai di Yogyakarta. “Satu gerai milik saya dan sisanya mitra,” ujarnya.

Saiyo mengklaim, keunikan Miyada dibandingkan kompetitornya terletak pada bumbu ayam dengan pedas yang bertingkat, yakni mulai level nol sampai lima.

Miyada juga menyajikan mi hijau yang terbuat dari bayam dan wortel bagi penggemar sayur-sayuran. Satu porsi mi ayam dibanderol seharga Rp 6.000. “Kami membidik masyarakat menengah bawah,” kata dia.

Anda tertarik? Saiyo menjual paket usaha Miyada seharga Rp 2,5 juta. Mitra akan mendapatkan pelatihan produksi, seragam karyawan, peralatan masak, seperti kompor, panci, media promosi, serta bahan baku awal berupa mi mentah, minyak ayam, dan bumbu khas Miyada.

“Pokoknya mitra sudah bisa langsung berjualan,” tandas Saiyo. Meski demikian, mitra harus menyediakan peralatan makan serta membayar sendiri biaya sewa tempat usaha.

Menurut estimasi Saiyo, mitra bisa mengantongi omzet Rp 3 juta per bulan. Dengan laba bersih 40%, modal mitra sudah kembali dalam tiga bulan. “Ada mitra yang BEP dalam satu bulan karena bisa jual 25 - 30 porsi mi ayam per hari,” ucapnya.

Untuk bahan baku mi ayam wajib dibeli dari pusat. Menurutnya, dalam sebulan mitra menghabiskan bahan baku mi sebanyak 50 kg. Bahan baku sebanyak itu dihargai Rp 500.000. Namun, minyak ayam dan bumbu khas Miyada dijual terpisah. Yang jelas, mitra menghabiskan 50% dari omzet untuk membeli bahan baku.

Untuk sementara, Saiyo memprioritaskan calon mitra di Yogyakarta. Namun, tahun depan ia berharap bisa mendapat mitra di luar Yogyakarta.Sumber : Kontan.co.id

Kamis, 12 Desember 2013

Menjelang Natal, pesanan kue kering belum meningkat

Setiap tiba hari raya, pasti Anda sudah akrab dengan suguhan kue-kue kering, seperti nastar, kaastengels, atau putri salju. Demikian pula saat Natal. Aneka camilan itu bisa menjadi pengiring hidangan utama.

Meski tak mengalami perubahan bentuk, para pembuat kue kering selalu menyesuaikan penampilan kue-kue mereka dengan tema hari raya. Tengok saja, Linda Grace yang telah lima tahun memproduksi dan menjual kue kering, menyisipkan tema Natal dengan hiasan kue berbentuk wajah Santa Claus, pohon natal, tongkat, bintang hingga bentuk salib.
Hanya saja, menjelang Natal tahun ini, Linda belum melihat peningkatan permintaan sejak awal bulan. Namun, ia optimistis, seminggu sebelum Natal, pesanan kue akan ramai. Permintaan kue kering, kue tradisional sampai kue tart akan terus bertambah. Apalagi, ia tidak mengerek harga jual kue buatannya.
Linda yang membikin dan menjual kuenya di daerah Bintaro, Jakarta, memilih tidak mendongkrak harga, meski harga bahan baku cenderung naik. Persaingan bisnis kue yang makin ketat telah memaksanya untuk menjaga harga kuenya.
Terlebih, penjual kue kering makin banyak yang menawarkan harga murah. Makanya, ia tidak menaikkan harga kuenya sejak setahun yang lalu. Namun, "Kualitasnya jangan diragukan, saya selalu mengandalkan kualitas dari rasa kue-kue buatan saya," ungkap Linda.
Linda juga tidak menggunakan bahan pengawet, sehingga kue-kue kering buatannya hanya bisa bertahan paling lama sebulan. Contoh, kue nastar buatannya tak memakai kayu manis dan pengawet. Kue juga tak terlalu kering, tak lengket di gigi, dan tak menyebabkan rasa haus. "Kue-kue akan lebih enak bila tidak dibuat untuk jangka panjang," ujarnya.
Selain itu, Linda mempertimbangkan kesehatan pembeli. Dengan begitu, ia tak hanya menghasilkan kue yang enak, tapi juga sehat dan aman dikonsumsi.
Dengan membanderol harga nastar mulai dari Rp 30.000 hingga Rp 55.000 tiap toples, Linda bisa menjual 20 hingga 30 toples setiap harinya. Alhasil, dalam sebulan, ia pun mampu mereguk keuntungan bersih hingga Rp 15 juta dari hasil jualan kue kering.
Manisnya untung dari penjualan kue kering juga diraih Rahma yang telah menggeluti bisnis kue kering ini sejak sembilan tahun silam. Bahkan, ia menjual kue-kue buatannya hingga ke Palembang dan Makasar.
Rahma mengatakan, pesanan kue kering menjelang Natal tahun ini belum meningkat drastis. Boleh dikatakan stabil.
Dari rumahnya yang terletak di kawasan Cipulir, Jakarta, Rahma mampu menjual 10 hingga 12 toples setiap hari dengan harga mulai dari Rp 45.000 sampai Rp 60.000. "Penjualan menjelang Natal tahun ini cenderung lesu," kata dia.
Sebab, pada Natal tahun lalu, ia bisa melego hingga 20 toples setiap hari. Untuk menambal pendapatannya, Rahma juga menjual kue tart seperti blackforest, lapis surabaya hingga kue tarchis, dengan harga Rp 45.000 sampai Rp 275.000. Dari beragam kue basah ini, ia bisa mendapatkan pesanan enam loyang per hari.
Untuk memenangkan persaingan, Rahma menyiasatinya dengan membuat paket-paket kue kering yang terbagi dalam tiga jenis. Yakni, paket ekonomi A, B dan C. Perbedaan antara ketiga paket itu ada pada harga dan bahan baku.
Untuk paket C yang tidak menggunakan roombutter, Rahma menjual kuenya seharga Rp. 20.000 toples. Lalu, kue kualitas B dijual Rp 35.000 per toples. Adapun, harga kue paket A yang menggunakan wysman dijual Rp 50.000 per toples.
Untuk menjaga kue buatannya tetap terasa enak meski telah berbulan-bulan, Rahma mengoseng dulu terigu yang hendak dipakai supaya tidak menggumpal. Tak hanya itu, ia juga memanggang kuenya sampai benar-benar matang. Hingga tengah bulan Desember ini, Rahma telah meraup omzet hingga Rp 30 juta. sumber : KONTAN.co.id

Jumat, 06 Desember 2013

Ini tips sukses bisnis resto ala 7-Eleven


Manusia tentu butuh makan dan minuman untuk hidup. Namun, kini aktivitas makan dan  minum sudah berkembang menjadi trend gaya hidup. Setidaknya inilah yang menginspirasi  pengelola bisnis kafetaria yang beroperasi 24 jam seperti 7-Eleven.
Tengok saja, kinerja bisnis 7-Eleven yang sukses membuka 122 gerai sejak hadir di Indonesia tahun 2009 lalu. Bagi Anda yang tertarik membuka gerai dengan konsep yang sama, tentunya Anda bisa belajar dari pengalaman bisnis 7-Eleven yang dikelola oleh PT Modern Putra Indonesia ini.
Berikut ini adalah tips berbisnis minimarket dan resto 24 jam ala Henri Honoris, Presiden Direktur PT Modern Putra Indonesia yang dijumpai KONTAN usai acara peluncuran kerja sama 7-Eleven dengan Blue Bird di Jakarta, Senin (15/4).
1. Gerai harus bersih
Kebersihan menjadi hal penting dalam berbisnis minimarket dan restoran. Sebab, yang menjadi modal utama dagangan bisnis tersebut adalah makanan dan minuman. Kebersihan menjadi nilai utama bagi konsumen untuk berkunjung dan membeli barang yang ditawarkan.
2. Harus lengkap produknya
Konsumen akan malas berkunjung ke suatu gerai minimarket dan resto apabila produknya tidak lengkap. Barang-barang yang sekiranya menjadi kebutuhan sehari-hari, incaran, dan paling banyak diburu konsumen, setidaknya harus ada di dalam gerai.
3. Harus segar
Karena berkaitan dengan makanan dan minuman, maka barang yang dijajakan pun harus segar alias tidak kadaluarsa. Pengecekan mengenai tanggal kadaluarsa harus selalu dilakukan agar konsumen tidak menemukan barang tidak layak konsumsi tersebut di dalam gerai. Jangan sampai konsumen menkonsumsi produk kadaluarsa tersebut.
4. Pelayanan harus ramah
Para pegawai yang menjaga gerai minimarket dan resto haruslah ramah. Mereka harus bisa melayani konsumen dengan baik agar konsumen pun senang berbelanja di situ.
5. Lokasi harus di daerah keramaian
Calon pelaku bisnis dalam perencanaannya harus membidik titik-titik lokasi yang berada di pusat keramaian masyarakat. Hal ini penting agar konsumen dapat dengan mudah menjangkau dan menemukan gerai pelaku.

Sabtu, 30 November 2013

MENIKMATI LABA PENGANAN KETAN SUSU

Maraknya makanan modern tak membuat jajanan pasar terpinggirkan. Salah satu jajanan pasar yang banyak diburu adalah ketan. Febrianto, pebisnis kuliner asal Jombang salah satu yang mengolah ketan menjadi aneka varian makanan, seperti ketan susu bumbu serundeng, ketan susu keju, ketan susu selai stroberi, ketan susu nanas, dan ketan susu durian. 

"Semua jajanan berbahan dasar ketan, ," kata pemilik usaha Tansu (Ketan Susu) ini.
 
Usaha Tansu sudah dibukanya sejak Juli 2011. Usaha yang berpusat di Jombang ini menawarkan kemitraan pada akhir 2011. 

Paket investasi dipatok sebesar Rp 6,5 juta. Mitra akan mendapat fasilitas berupa booth, peralatan standar pembuatan ketan dan pelatihan membuat ketan. "Nanti bahan bakunya dari kami," ujar Febrianto. 

Baru dua tahun berdiri, Tansu sudah memiliki sembilan gerai yang tersebar di Bandung, Tangerang, Banjarnegara dan Samarinda. Tujuh diantaranya milik mitra. "Sementara dua outlet milik saya sendiri ada di Jombang," ujar Febrianto.

Harga Tansu dipatok berbeda sesuai dengan daerahnya. Di Jawa, harga Tansu dipatok mulai dari Rp 3.000 hingga Rp 5.000 per porsi. Sedangkan di luar Jawa, harga Tansu bisa mencapai Rp 10.000 per porsi. 

Saban bulan, mitra bisa menangguk omzet hingga Rp 4 juta dengan keuntungan 50%. Febrianto mengklaim, mitra bisa balik modal dalam waktu dua sampai tiga bulan. "Balik modalnya sangat cepat," katanya sembari mengingatkan lokasi gerai juga berpengaruh dalam perolehan omzet.  

Febrianto tidak mengutip biaya royalti dari mitra. Tetapi, mitra wajib membeli bahan baku ketan, susu, dan selai dari pusat. Itu dilakukan untuk menjaga kualitas rasa.

Saat ini, ia masih gencar menggaet mitra di Pulau Jawa, khususnya di daerah Jakarta, Bandung, Surabaya. "Saya akan menutup tawaran kemitraan ketika sudah mencapai 50 mitra," ujarnya.

Rabu, 27 November 2013

Mencicipi renyah peluang bisnis takoyaki

Bisnis kuliner Jepang tidak ada matinya. Makanan khas Negeri Sakura itu banyak digemari orang Indonesia. Selain bento dan sushi, masih banyak menu lain yang mulai populer di Indonesia. Salah satunya adalah takoyaki.

Belakangan makin banyak gerai camilan berbentuk bola-bola dengan bahan baku utama tepung dan seafood ini. Salah satu pemainnya adalah Nurhadi, pemilik usaha Takoyaki Yakinenak asal Semarang, Jawa Tengah.

Nurhadi mengklaim, takoyaki buatannya unggul dalam hal rasa, kualitas dan bentuk yang tahan lama. "Takoyaki kami walau pun  sudah dingin, kulit luarnya tetap bulat dan rasanya tetap enak. Kebanyakan yang lain kulitnya menjadi kempes dan tak menarik," ujar Nurhadi yang mendirikan usaha sejak tahun 2010 ini. 

Takoyaki buatannya hadir dalam enam varian topping, seperti sosis, cumi, udang, jamur, ikan salmon, dan keju. Harga jualnya mulai Rp 7.000 hingga Rp 12.000 per porsi. Setiap porsi berisi lima buah takoyaki siap santap.

Untuk mengembangkan usahanya, Nurhadi mulai menawarkan sistem kemitraan Yakinenak pada 2011 lalu. "Saat ini sudah ada 10 gerai Takoyaki Yakinenak. Milik saya hanya dua gerai dan  selebihnya milik mitra usaha," jelasnya.  Seluruh gerai tersebut masih terpusat di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Nurhadi menawarkan paket investasi seharga Rp 6 juta. Dalam paket ini, mitra akan memperoleh sejumlah fasilitas, seperti booth, kompor, wajan, peralatan lengkap, bahan baku awal, seragam, SOP lengkap, dan pelatihan pembuatan takoyaki. 

Mitra juga berhak menggunakan nama Yakinenak. Dalam kerjasama ini, ia menargetkan mitra usaha bisa balik modal dalam waktu lima hingga enam bulan. 

Perhitungannya, mitra bisa memperoleh omzet Rp 6 juta hingga Rp 7 juta per bulan dengan laba bersih 20% - 25%. Nurhadi tak mengenakan royalty fee pada mitra. Namun, mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. "Tepung premiks dan pembungkus dengan nama Yakinenak wajib membeli dari kami," tutur Nurhadi. 

Sementara, untuk bahan baku lainnya seperti topping bisa dibeli di daerah terdekat mitra, namun mereknya harus tetap sesuai yang distandarkan pusat. sumber : kontan.co.id

Jumat, 15 November 2013

Rainbow cake: Warnanya bisa memikat laba

Penjualan kue lazimnya terangkat selama masa perayaan Natal dan tahun baru. Untuk tahun ini, rainbow cake dan red velvet menjadi andalan untuk mencetak kenaikan penjualan. Aneka kreasi turut menaikkan popularitas kedua kue tersebut.

Warna-warni cerah ternyata bisa mengundang selera mengunyah bagi banyak orang. Kesimpulan itu muncul dari tren rainbow cake dan red velvet selama setahun terakhir.

Selama perayaan Natal dan pergantian tahun, kedua kue tersebut mengangkat penjualan di banyak toko kue, kafe, restoran dan hotel, hingga dua kali lipat. Rainbow cake sudah menghiasi etalase berbagai toko kue sejak awal 2012. Red velvet hadir lebih cepat lagi, yaitu akhir 2011.

Sesuai dengan keunggulannya, penampilan yang menarik berkat warna yang mencolok alias eye catching, rainbow cake populer di kalangan anak dan remaja. Kue bianglala itu seolah menjadi menu wajib saat perayaan ulang tahun anak-anak masa kini. Adapun kesan anggun dan elegan warna merah menggoda banyak wanita untuk mencicipi red velvet.

Banyak toko kue menjadikan kedua kue tersebut sebagai major menu. Sementara itu, restoran dan hotel mendaulat keduanya sebagai dessert andalan dalam beragam kreasi.

Michelle’s Patisserie bisa disebut sebagai toko yang menikmati legitnya penjualan rainbow cake dan red velvet. Rainbow cake, yang dijual dengan harga tertinggi Rp 550.000 per loyang itu, mengangkat pemasukan toko tersebut hingga 50% tiap bulannya.

Karena memiliki katering sendiri, toko yang berlokasi di Central Park Jakarta itu berani memberi jaminan bahwa warna yang digunakan dalam rainbow cake-nya masuk kategori food grade. Pembeli juga dapat memesan rainbow cake yang unik sesuai dengan keinginan masing-masing.

Adapun red velvet hadir dengan berbagai variasi yang berubah dalam kurun waktu tertentu. Di bulan Desember, kue yang mengerek naik pemasukan Michelle’s Patisserie hingga 30% itu, tampil dengan kombinasi dark cherry serta cheese cream di tengahnya. “Saat Natal dan tahun baru, kami sampai kewalahan melayani pengunjung,” kata barista Michelle’s Patisserie, Rico Matondang.

Berkah dua kue dengan penampilan unik itu juga dinikmati The Harvest. Toko itu menyajikan red velvet sejak Mei dan rainbow cake pada Oktober. Red velvet versi The Harvest adalah kue berbahan buah bit asli yang dipadukan dengan macaroon tower berbungkus kotak merah. Sejak muncul, kue itu menempati produk terlaris kedua, setelah chocolate devil, dalam tingkat pemesanan. Di The Harvest, banderol harga red velvet berkisar Rp 250.000 hingga Rp 1,5 juta per loyang.

The Harvest juga memodifikasi tampilan rainbow cake. Jika banyak toko menyusun kue ini dalam enam lapis warna pelangi secara horizontal, lapisan warna rainbow cake ala The Harvest tersusun secara vertikal. Dengan diameter 20 cm, kue itu dijual seharga Rp 290.000.

Masing-masing kue bisa menuai pesanan hingga 50 loyang per hari. Marketing Manager The Harvest, Frita P. Widiastanti, menyebut, kedua menu tersebut menyumbang kenaikan pendapatan 10% per bulannya. Pertumbuhan pesanan lebih tinggi lagi di saat Natal dan tahun baru, hingga tiga kali lipat.


Menaikkan omzet
Rainbow cake dan red velvet yang baru hadir selama lima bulan di Eaton Restaurant and Bakery juga sukses mendongkrak pendapatan toko kue itu hingga 20% setiap bulan. Bila toko lain menggunakan buah bit atau pewarna makanan untuk menghasilkan merah segar red velvet, maka Eaton menggunakan raspberry dan cranberry. Eaton juga membedakan rainbow cake-nya dengan menekankan rasa, bukan warna.

Pemain baru, semacam D’Cakes by Dewi, turut menyaksikan tingginya pesona kedua kue tersebut. Sejak pertama kali membuka tokonya pada Juli 2012, Puspita Dewi Laksmono atau yang akrab disapa Dewi, telah menikmati omzet lebih dari Rp 50 juta per bulan dengan kenaikan mencapai 50% saat Natal kemarin, berkat red velvet dan rainbow cake. Di toko ini, untuk penjualan per potong, rainbow cake tampil dalam tiga warna, yakni merah, kuning, dan hijau. Adapun untuk penjualan per loyang, Dewi tetap menggunakan enam lapis warna dengan kisaran harga Rp 150.000 sampai Rp 350.000 per loyang.

Dewi menggoda konsumennya dengan menyajikan red velvet berpadu cream cheese dan almond nougat. Kue tersebut dijual dengan harga berkisar Rp 200.000–Rp 375.000 per loyang. Baru-baru ini, Dewi merilis varian velvet terbaru, yakni pink velvet. Kue ini pun menikmati kenaikan pemesanan hingga 30%.

Rainbow cake dan red velvet juga laris manis di restoran dan hotel. Di Union Restaurant, red velvet menjadi menu andalan yang bahkan harus diproduksi tiga kali sehari demi memenuhi permintaan pengunjung, yakni pada pukul 11.00 WIB, 16.00 WIB, dan 19.00 WIB. Menurut host Union, Vira, kue yang dijual seharga Rp 528.000 per loyang, dengan diameter 24 cm itu, bisa laku hingga 80 loyang per hari. Namun Vira menolak menyebutkan kenaikan omzet yang disumbang oleh menu yang telah ada sejak Agustus 2011, di restoran yang terletak di Plaza Senayan itu.

Kedua kue itu juga menjadi dessert andalan di restoran Hotel Aston Marina sejak awal 2012 dan Hotel Aston Bali sejak September 2012. Marketing and Communication Manager Hotel Aston Marina, Gita Ashari, mengakui, dari rainbow cake dan red velvet, restoran Aston menikmati kenaikan omzet hingga 40% per bulan.

Peminat kedua kue tersebut juga dapat memesan melalui Cicip-Cicip, toko kue milik Hotel Aston. Di tempat itu, pelanggan dapat memesan kreasi rainbow cake dan red velvet, sesuai dengan keinginan, dengan harga minimal Rp 100.000 per loyang.

Namun ada pula toko kue yang memilih untuk mengakhiri produksi rainbow cake dan red velvet, tahun depan. Pemilik Souly Butter Kitchen, Rezia Dwinanda, menuturkan, meski masih masuk daftar produk dengan penjualan tinggi di tahun ini, kedua kue itu tak akan lagi diproduksi Soully Butter.

“Mungkin di tempat lain kedua kue ini masih dicari pelanggan. Tapi kami percaya pelanggan butuh pembaharuan. Jadi toko kami lebih memilih memproduksi menu baru untuk tahun depan,” ujar dia. Kira-kira, sampai kapan, ya, daya pikat kedua kue itu awet?

Selasa, 12 November 2013

Dari pemasok ikan, Mudita sukses jual roti sarapan

Sebagai mantan karyawan hotel, Ketut Mudita hafal betul kebutuhan dapur hotel. Berbekal jaringan kuat, Mudita berhasil menjadi pemasok aneka kue dan roti untuk sarapan sejumlah hotel, restoran, dan kafe di Bali. Omzetnya ratusan juta rupiah.

Jeli melihat peluang menjadi modal utama Ketut Mudita meraih sukses. Memulai usaha sebagai pemasok ikan di beberapa restoran, kini Mudita memiliki usaha bakery ternama di Bali, Pelangi Rex. Meski hanya melayani pasar hotel dan restoran (horeka), Pelangi Rexs mampu mencatat omzet ratusan juta rupiah per bulan.

Berawal dari niat ingin memiliki usaha sendiri, Mudita, yang saat itu berumur 38 tahun, memutuskan keluar dari Hotel Sanur Beach, tempatnya bekerja. Dengan bekal seadanya, ia mulai menjadi pemasok ikan untuk beberapa restoran.

Setelah menjalani bisnis ini selama setahun, Mudita melihat keuntungan usahanya kurang menggigit. “Saya amati, laba yang diperoleh bersifat musiman,” kenangnya. Maklum, tak tiap hari ia bisa mengirim ikan sesuai pesanan karena pasokan ikan mengenal musim.

Belajar dari pengalaman itu, Mudita lantas mencari usaha yang tak kenal musim. Ia  lantas beralih menjadi pemasok bahan kue dan roti yang saban hari dibutuhkan orang.

Dari permintaan bahan-bahan bakery yang stabil, pria kelahiran Bali, 18 Juli 1949, ini mengendus peluang untuk membuka usaha bakery sendiri.

Lantas, Mudita mulai belajar membuat roti dari sejumlah chef hotel yang dikenalnya. Selanjutnya, ia mendalami keterampilan untuk membuat beberapa jenis roti, seperti roti tawar, roti gandum, muffin cake, croissant cake, dan pancake. Ya, Mudita memang fokus membuat jenis roti itu karena ia ingin mengincar pasar horeka.

Punya banyak relasi di industri perhotelan, awalnya, Mudita yakin bisa mengirim roti bikinan dia ke hotel-hotel di Bali. Namun, nyatanya, tak gampang, karena hotel dan restoran sudah memiliki pemasok sendiri yang pengalamannya lebih lama ketimbang Mudita.

Selain itu, wisawatan asing yang berkunjung ke Bali juga tetap menginginkan cita rasa produk bakery seperti dari negeri asal mereka sendiri.

Kondisi ini tak membuat  Mudita menyerah. Ia tetap bergerilya untuk datang dan menawarkan produknya ke hotel-hotel di Bali. Senjata andalan Mudita adalah harga yang lebih murah.  “Saya masuk ke hotel bintang lima hingga hotel kelas melati dan vila,” tutur dia.

Usaha Mudita akhirnya berbuah manis. Pengelola hotel mulai memesan roti kepada dirinya. Saat awal merintis usaha sekitar tahun 1990 itu, Mudita yang hanya mengolah satu sak tepung terigu yang menghasilkan 200 roti sehari.

Roti untuk sarapan

Dari hari ke hari, berkat kegigihan Mudita, bakery Pelangi Rexs makin dikenal oleh pemilik hotel, restoran, dan kafe di Bali. Maklum, selain murah, toko kue ini memiliki cita rasa khas. “Croissant bikinan kami bahkan dipuji wisawatan asal Prancis. Kata mereka, rasanya tak jauh beda dengan yang dibuat di Prancis, daerah asal croissant itu,” kata Mudita senang.

Kualitas dan cita rasa produk memang menjadi perhatian Mudita. Tak lupa, ia mendaftarkan produk Pelangi Rexs untuk memperoleh sertifikat halal, supaya kue dan roti bikinannya bisa dinikmati semua kalangan, baik wisatawan asing maupun domestik. “Saya seringkali melihat wisatawan memilih-milih makanan di Bali karena takut tidak halal. Dengan sertifikasi halal, produk saya bisa dimakan siapa saja,” ujarnya.

Selain itu, Mudita juga terus menambah jejaring koki dan menjalin hubungan baik dengan mereka. “Itu salah satu cara untuk memperluas pasar,” tutur Mudita lagi.

Setelah memperoleh langgan-an tetap dari beberapa hotel, restoran dan kafe, Mudita mendirikan pabrik roti seluas 650 m² di Denpasar, Bali. Sebelum itu, Mudita mengolah roti di rumahnya sendiri.

Kini, pabrik Pelangi Rexs mengolah hingga 1.600 sak tepung sebulan. Dengan mempekerjakan 60 orang karyawan, Mudita bisa memproduksi sekitar 36.000 roti setiap hari.

Berkat niatnya berinovasi dan mempertahankan kualitas,  Mudita juga mendapat pesanan dari Aerofood Bandara I Ngurah Rai. Ia memasok muffin dan tortilla bagi para penumpang Garuda Indonesia. Tiap hari Mudita mengirim sekitar 10 karton muffin dan tortilla. “Garuda termasuk salah satu pelanggan yang bukan hanya mempertimbangkan produk berdasarkan rasa dan komposisi bahan baku saja, namun hingga kepada kebersihan pabrik dan laporan kesehatan setiap karyawan yang bekerja di pabrik saya,” terang Mudita.

Mudita pun makin mantap menjalani usaha bakery ini karena permintaan tak mengenal hari libur. Maklum, lantaran fokus melayani kue dan roti untuk  breakfast (sarapan), pabriknya tak pernah berhenti berproduksi meski hanya sehari.

Kondisi ini menimbulkan tantangan tersendiri. Supaya roda mesin pabrik tetap berputar tiap hari, Mudita bilang, butuh kemampuan manajemen yang baik dan adil, terutama dalam mengatur pembagian tugas dengan para karyawannya. “Saya berusaha karyawan tidak jenuh dengan pembagian tugas yang efektif,” tutur dia.Sumber : Kontan.co.id