Adsense

Tampilkan postingan dengan label info alat roti. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label info alat roti. Tampilkan semua postingan

Selasa, 25 Februari 2014

Menunggu aroma ROTI dari tungku pabrik baru

JAKARTA. PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) berencana mengoperasikan pabrik baru di kuartal I-2014. Pabrik yang berlokasi di Cikande, Purwakarta ini akan menambah jumlah lini produksi ROTI, dari semula 25  lini menjadi 29 lini produksi.

Dengan tambahan pabrik baru itu, ROTI menargetkan kapasitas produksi naik sekitar 26,47% dari kapasitas produksi sebelumnya, menjadi 4,3 juta roti per hari. Analis PT Sinarmas Sekuritas, Christandi Reza Mihardja menyatakan, pengoperasian pabrik baru ini dapat memberikan tambahan pemasukan hingga 20%.

Lokasi pabrik yang berada di Cikande, menurut Christandi, akan lebih menjangkau kebutuhan roti di daerah Jawa Barat secara lebih luas. ROTI tak harus mengandalkan pabrik yang berada di Karawang dan Cibitung.

Pendapatan ROTI di kuartal II dan III tahun 2013 memang sempat menurun karena terjadi pemogokan pekerjanya. Namun, Christandi optimistis, pendapatan ROTI sepanjang tahun lalu bisa mencapai Rp 1,5 triliun atau sesuai target perusahaan. Adapun, laba bersih ROTI diprediksi menyentuh Rp 150 miliar.

Tahun lalu, ROTI harus menanggung tingginya beban usaha. Nah, pada tahun ini  ROTI akan menghitung kembali harga jual produknya sehingga bisa mempertahankan margin.

Dengan penambahan kapasitas produksi serta kenaikan harga produk, Christandi memperkirakan, pendapatan ROTI tahun ini akan meningkat sekitar 20% menjadi Rp 1,8 triliun. Sedangkan, laba bersih juga diprediksi meningkat 20% menjadi Rp 180 miliar.

Analis Andalan Artha Advisindo Securities, Marlene dalam risetnya, 11 November 2013, menyebutkan, ROTI memang membukukan kenaikan penjualan di kuartal III-2013 sebesar 23,4% year on year (yoy). Namun, laba bersih turun menjadi 6,4% yoy menjadi Rp 91 miliar.

Faktor yang menyebabkan penurunan laba, salah satunya adalah kenaikan biaya produksi. "Kami yakin, kemunduran ini hanya sementara," katanya. Sebab, ROTI telah menyiasati dengan menambahkan lini produksi  dan meningkatkan harga jual.

Penjualan ROTI di kuartal III-2013 meningkat 23,4% yoy menjadi Rp 1,05 triliun, atau telah memenuhi 65,6% dari ekspektasi pendapatan tahun 2013 yang sebesar Rp 1,6 triliun. Penjualan roti manis dan roti tawar tetap memberikan kontribusi yang cukup tinggi yakni 50,9% dan 48,4%.

Marlene memprediksikan, ROTI akan kembali menggenjot pertumbuhan produksi dengan menambah lini produksi dari pengoperasian pabrik baru. Selanjutnya, ROTI berencana membuka 5 lini hingga 10 lini produksi setiap tahun mulai tahun 2014. Kebijakan harga yang fleksibel juga dinilai baik untuk mengantisipasi kenaikan biaya yang tidak terduga.

Marlene merekomendasikan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.440 per saham. Demikian juga dengan Christandi yang merekomendasikan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.330 per saham.

Pun begitu, analis Danareksa Sekuritas, Lonnie Yu menyarankan buy saham ROTI dengan target harga Rp 1.400 per saham. Kemarin (10/2), harga saham ROTI undur diri di posisi Rp 1.095 per saham. Harga itu turun 3,95% dari harga ROTI pada akhir pekan lalu sebesar Rp 1.050 per saham.

Rabu, 27 November 2013

Mencicipi renyah peluang bisnis takoyaki

Bisnis kuliner Jepang tidak ada matinya. Makanan khas Negeri Sakura itu banyak digemari orang Indonesia. Selain bento dan sushi, masih banyak menu lain yang mulai populer di Indonesia. Salah satunya adalah takoyaki.

Belakangan makin banyak gerai camilan berbentuk bola-bola dengan bahan baku utama tepung dan seafood ini. Salah satu pemainnya adalah Nurhadi, pemilik usaha Takoyaki Yakinenak asal Semarang, Jawa Tengah.

Nurhadi mengklaim, takoyaki buatannya unggul dalam hal rasa, kualitas dan bentuk yang tahan lama. "Takoyaki kami walau pun  sudah dingin, kulit luarnya tetap bulat dan rasanya tetap enak. Kebanyakan yang lain kulitnya menjadi kempes dan tak menarik," ujar Nurhadi yang mendirikan usaha sejak tahun 2010 ini. 

Takoyaki buatannya hadir dalam enam varian topping, seperti sosis, cumi, udang, jamur, ikan salmon, dan keju. Harga jualnya mulai Rp 7.000 hingga Rp 12.000 per porsi. Setiap porsi berisi lima buah takoyaki siap santap.

Untuk mengembangkan usahanya, Nurhadi mulai menawarkan sistem kemitraan Yakinenak pada 2011 lalu. "Saat ini sudah ada 10 gerai Takoyaki Yakinenak. Milik saya hanya dua gerai dan  selebihnya milik mitra usaha," jelasnya.  Seluruh gerai tersebut masih terpusat di sekitar Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

Nurhadi menawarkan paket investasi seharga Rp 6 juta. Dalam paket ini, mitra akan memperoleh sejumlah fasilitas, seperti booth, kompor, wajan, peralatan lengkap, bahan baku awal, seragam, SOP lengkap, dan pelatihan pembuatan takoyaki. 

Mitra juga berhak menggunakan nama Yakinenak. Dalam kerjasama ini, ia menargetkan mitra usaha bisa balik modal dalam waktu lima hingga enam bulan. 

Perhitungannya, mitra bisa memperoleh omzet Rp 6 juta hingga Rp 7 juta per bulan dengan laba bersih 20% - 25%. Nurhadi tak mengenakan royalty fee pada mitra. Namun, mitra wajib membeli bahan baku dari pusat. "Tepung premiks dan pembungkus dengan nama Yakinenak wajib membeli dari kami," tutur Nurhadi. 

Sementara, untuk bahan baku lainnya seperti topping bisa dibeli di daerah terdekat mitra, namun mereknya harus tetap sesuai yang distandarkan pusat. sumber : kontan.co.id

Minggu, 13 Oktober 2013

BCC Hadirkan Seminar Bakery Entrepreneur: Memanfaatkan Peluang Usaha Bakery & Kiat Manajemennya

Pasar Indonesia memang sangat menarik bagi usaha bakery yang terus bertumbuh pesat seiring dengan naiknya taraf hidup masyarakat. Para pemain bakery asing turut menyemarakkan persaingan usaha bakery di Indonesia. Memang banyak mata melirik pada peluang bisnis ini dan berlomba menyuguhkan sesuatu yang unik, mulai dari produk, interior sampai pelayanannya. Dewasa ini jika kita lihat, banyak bakery yang tidak hanya menjual roti sebagai produk utamanya, tetapi juga berlomba dalam mengedepankan konsep bakery bergabung dengan resto dan kafe.
Petrus Gandamana, Chief Editor Bakery Magazine dan juga Senior Food Consultant di Baking and Chef Center (BCC) bersama rekannya Calvin Andersen, Editor Ahli Bakery Magazine sekaligus pengamat industri pangan dan juga profesional di perusahaan pangan besar Nasional, pada 12 Januari 2013 lalu berbagi pengetahuan dan hasil market survey, baik bisnis bakery hingga strategi marketingnya.
Indonesia Bakery Outlook
Masing-masing negara memiliki pola perilaku konsumen yang berbeda-beda, contohnya saja Indonesia. Pada seminar ini, Petrus Gandamana berkesempatan untuk menjabarkan mengenai pola perilaku konsumen di Indonesia. “Dalam sebuah riset membuktikan, total belanja masyarakat Indonesia paling banyak digunakan untuk makanan dan minuman dengan persentase 41,7%, kemudian disusul dengan perumahan dan pendidikan. Artinya usaha makanan dan minuman di Indonesia akan memiliki prospek yang bagus ke depannya,” jelas Petrus.
Ada tiga hal pokok yang menjadi pertimbangan masyarakat Indonesia yaitu kondisi pemanfaatan waktu, koneksivitas, dan keluarga. Kesibukan bekerja membuat masyarakat Indonesia hampir tidak punya waktu untuk dirinya sendiri. Ini terlihat dengan kehidupan modern yang serba instan dan praktis sehingga memungkinkan online shop dapat dijadikan peluang bisnis di Indonesia. Walaupun mereka tidak punya waktu, namun fokus mereka adalah keluarga. Oleh karena itu, pusat perbelanjaan akan ramai di hari Sabtu dan Minggu dengan pengunjung yang membawa serta anak mereka.
a. Perkembangan Usaha Bakery di Negara-Negara Asia
Seperti yang kita ketahui, dewasa ini usaha bakery yang berkembang di Indonesia datang dari negara-negara Asia. Berikut adalah negara-negara Asia yang menjadi raksasa usaha bakery berdasarkan riset Petrus Gandamana.
1. Korea
Negara Korea yang sedang naik daun bukan hanya dari dunia hiburan tetapi juga bisnis bakery-nya yang maju pesat. “SPC Group merupakan raksasa bisnis yang saat ini merajai Korea Selatan. Beberapa anak bisnisnya antara lain Paris Baguette yang saat ini memiliki 3.048 outlet, disusul Baskin and Robins dengan 1.769 outletnya di Korea Selatan. Jika dihitung keseluruhan SPC Group memiliki hampir 6.000 outlet di Korea Selatan,” jelas Petrus menunjukkan geliat usaha F & B di Korea.
2. Jepang
Negara berikutnya yang tak kalah berkembang adalah Jepang. Roti-roti di negara matahari terbit ini lebih mengarah ke Perancis. Namun, warga Perancis sangat menganggumi kehebatan masyarakat Jepang karena dapat menyempurnakan lagi roti dari Perancis tersebut.
3. Taiwan
Taiwan sangat sadar bahwa roti merupakan makanan kedua orang Asia, berbeda dengan Eropa yang menjadikan roti makanan pokok. “Selain rasanya enak, mereka juga mengutamakan tampilan yang menarik sehingga apabila berkunjung ke Taiwan, kita dapat melihat jejeran roti-roti menarik di sana,” ujar Petrus.
4. Cina
Cina juga merupakan negara yang usaha bakerynya cukup maju. “Pasar Cina sangat luar biasa besar dan kompetitif sehingga mereka dapat menjual roti dengan harga yang murah. Ini dapat menggetarkan persaingan bisnis roti di Asia karena apabila mereka bersatu, tak menutup kemungkinan mereka akan menjadi raja di Asia,” jelas Petrus.
5. Singapura
Singapura dapat disebut sebagai melting pot karena di sinilah tempat berkumpul berbagai variasi roti dari mancanegara sekaligus konsumen manca negara yang ingin mencicipi berbagai makanan yang ada di negara pulau tersebut.
6. Indonesia
Indonesia yang merupakan pasar empuk yang banyak diincar oleh para pelaku bisnis bakery di dunia. Selain banyaknya bakery asing di sini, bakery lokal juga mampu bersaing dengan membuat konsep-konsep unik untuk menarik pengunjung.
b. Pola Konsumsi Roti di Jakarta, Bekasi, Serpong, dan Bogor
Market survey pada tahun 2012 menunjukkan bahwa tempat membeli roti yang paling banyak dipilih oleh konsumen kelas menengah ke atas Jabodetabek adalah Breadtalk dengan persentase 30% kemudian Indomaret, Holland, dan Alfamart. “Di sini terlihat minimarket menjadi pilihan penting dalam penjualan roti sehingga Anda dapat menjalin kerjasama dengan mereka untuk menjual produk roti,” tutur Petrus.
Mengenai jam berkunjung, survey membuktikan konsumen banyak membeli bakery pada jam 14.00 – 18.00. Ini membuktikan selain sebagai sarapan, roti merupakan makanan selingan sebelum makan malam. Sedangkan untuk produk yang paling banyak dibeli oleh konsumen adalah roti tawar dengan persentase 64,40%.
Bakery Business Opportunity in Indonesia
Banyak orang Indonesia mengubah pola makannya dengan mengkonsumsi roti sebagai pengganti sarapan mereka dan dari sanalah berkembangnya bisnis bakery di Indonesia. Calvin Andersen sebagai orang yang ahli di bidang bakery business strategy, mengemukakan strategi marketing dalam mengembangkan usaha bakery agar mampu bersaing dengan kompetitor lain. “Kompetisi bakery semakin pesat dan beragam sehingga tak banyak dari mereka yang bertahan lama dan bertumbuh pesat karena tidak mampu bersaing terutama dari serbuan perusahaan asing yang hadir di Indonesia,” ujar Calvin.
a. Sistem Penting dalam Usaha Bakery
Untuk membuka usaha bakery, para pemula harus mengetahui sistem yang penting di dalamnya. “Supplier ibarat tulang untuk memulai usaha bakery, terutama produsen tepung terigu yang menjadi pemasok bahan pokoknya. Kedua adalah resep dan inovasi yang merupakan nyawa, artinya ini sangat berpengaruh pada usaha bakery ke depannya. Tanpa inovasi, bakery akan cepat ditinggal oleh para pembeli,” jelas Calvin.
Baker juga merupakan kunci sukses dalam menjalani bisnis bakery. Bakery tidak akan berjalan mulus tanpa baker yang sejalan dengan pemilik usaha. “Ini perlu digarisbawahi, oleh karena itu persepsi mengenai baker harus diubah. Ajaklah dia sebagai rekan bisnis bukan karyawan,” tegas Calvin.
b. Peranan Konsultan Semakin Penting
Ada peluang yang tidak bisa dilihat dari kacamata seorang pengusaha bakery, oleh karena itu, mereka membutuhkan konsultan yang terpecaya dan berpengalaman untuk membantunya membangun sekaligus mengembangkan usaha bakery. Konsultan menguasai ilmu dan jaringan mulai dari bahan baku, produk, hingga cara pemasarannya. Beberapa strategi marketing yang dibagikan oleh Calvin antara lain:
1. Display roti haruslah diletakkan di depan outlet
Ini maksudnya adalah menunjukkan produk utama yang dijual kepada pembeli.
2. Mendaftarkan brand/merek
Banyak orang yang lupa mendaftarkan brand, padahal ini adalah bagian yang terpenting karena jika ada orang lain yang mendaftarkan brand tersebut, si penemu/pemakai brand pertama tidak dapat berbuat banyak.
3. Tampilan menarik
Pertama yang harus dipikirkan untuk membuka usaha bakery adalah model atau konsep bakery tersebut yang harus berbeda dan mampu menarik pembeli.
4. Promosi
Untuk mampu menungkatkan daya saing, promosi harus dilakukan untuk memperkenalkan brand di masyarakat.
5. Network
Jaringan akan membantu dalam usaha bakery, jika jaringan Anda luas, maka Anda akan mudah bertemu dengan orang-orang yang diperlukan dalam memajukan usaha bakery, seperti supplier, pembeli, sampai pelanggan.
“Menjalani sebuah usaha tidak mungkin akan untung besar diawal, begitu juga dengan usaha bakery yang akan mulai memetik untung di tahun ketiga,” ujar Calvin. Seminar yang mengundang para pelaku bisnis bakery ini disambut antusias oleh para peserta, seperti contohnya Felicia Tjoeng yang baru memulai karirnya di bidang F & B. “Seminar ini memang pas dengan pekerjaan yang saya geluti sekarang. Di sini dipaparkan lengkap mulai dari statistik usaha bakery hingga market survey. Menurut saya, seminar ini sangat bernilai,” tuturnya puas.sumber : BCC Indonesia

Selasa, 08 Oktober 2013

Musa Angkat Pamor Bisnis Kue Hingga ke Mancanegara

Siapa bilang, camilan kue kering seperti  nastar dan putri salju hanya digemari di dalam negeri? Buktinya, Musa Jahja bisa menghantarkan kue-kue kering tersebut hingga ke pasar luar negeri, seperti Singapura. Dengan mengusung merek Puspa, pebisnis asal Jakarta ini mampu menjual ratusan ribu toples kue kering saban tahun.
Bisnis kue kering 'Puspa' sukses karena memiliki sejumlah keunggulan. Salah satunya, brand ini menyediakan lebih dari 100 jenis kue kering yang bisa dipilih pelanggan. Selain itu, dari sisi kualitas, Musa menyiapkan empat level kualitas, yakni kualitas ekonomis, reguler, spesial dan istimewa. Hal ini menyebabkan produknya bisa menjangkau berbagai lapisan masyarakat, dari kelas atas hingga menengah bawah.
Saat ini, dikutip dari www.kontan.co.id, Musa sudah punya lebih dari 50 reseller yang tersebar baik di Jabodetabek, Sumatera, Kalimantan hingga Papua. Adapun, untuk Singapura, Musa rutin mengirimkan sekitar 800 hingga 1.400 toples per bulan.
Menurutnya, permintaan dari Singapura meningkat saat Imlek. "Saya bisa kirim 10.000 toples sebulan," tutur pria kelahiran 50 tahun silam ini. Di Singapura, kue kering Puspa dijual di lima outlet, seperti di Orchard Road dan Bandara Changi.
Sementara penjualan di dalam negeri biasanya melonjak saat momen hari raya seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru. Musa bilang, biasanya, empat bulan sebelum Lebaran, permintaan melonjak. Ia bisa memproduksi hingga 2.000 toples kue kering per hari atau sekitar 60.000 toples kue kering sebulan. Pada hari normal, produksinya hanya ratusan toples sehari.
Jika tengah kebanjiran pesanan seperti ini, Musa akan merekrut tenaga kerja tambahan. Ia bisa melipatkan hingga 75 pekerja. Sedangkan, pada hari normal hanya mempekerjakan 25 tenaga kerja tetap.
Selain memenuhi pesanan eceran dari masyarakat, produk tersebut dipasok ke toko modern atau hipermarket. Memang, sejak 2009, lulusan Universitas Tarumanegara ini telah digaet Carrefour untuk menjadi pemasok kue kering di hipermarket tersebut.
Sebelumnya, Musa juga pernah bekerja sama dengan peritel lainnya. Bisa dibilang, sepanjang perjalanan bisnisnya selama 29 tahun, ia selalu bekerja sama dengan perusahaan ritel di dalam negeri. Misalnya, sejak mengawali bisnis pada 1984, ia diminta oleh Group Matahari untuk memasok kue kering pada stand Super Bazar di sana.
Begitupula, pada tahun 2000-an, ia juga diminta menyuplai produk kue kering ke gerai-gerai Indomart. "Tetapi sekarang saya sudah tidak lagi menyuplai produk ke kedua ritel itu," ucap Musa.
Lantaran pasarnya sudah merambah berbagai wilayah tanah air dan luar negeri, tak heran, Musa bisa meraup omzet Rp 1,5 miliar hingga Rp 2 miliar setahun. Sukses menggeluti bisnis kue kering, Musa mulai melebarkan sayap bisnis.
Ia merintis usaha pembuatan kue basah sejak tahun lalu. Kini, ia telah memproduksi bolu gulung, kue lapis surabaya, dan brownies. Tak hanya itu, sejak dua tahun terakhir, ia juga mulai merambah bisnis restoran seafood dan chinese food di kawasan Pecenongan. Selain memang tertarik dengan usaha kuliner, dua usaha itu juga bisa menunjang bisnis kue keringnya.
Makanya, begitu resmi meneruskan usaha ibunya di tahun 1984, Musa mulai mempertimbangkan untuk memproduksi kue dengan harga terjangkau. Kendati demikian, ia tak ingin mengorbankan kualitas, sehingga produk kuenya tetap bisa  bersaing di pasaran.
Berangkat dari keinginan itu, akhirnya ia membagi empat klasifikasi kue produksinya, yakni kelas ekonomis, reguler, spesial dan istimewa.
"Saya tidak mengurangi mutu, tetapi saya membuat dengan komposisi yang berbeda sehingga harga lebih murah," terang Musa.
Dengan empat pilihan itu, konsumen bisa menentukan sendiri kualitas kue yang diinginkan. Saat ini, harga kue Puspa dibanderol mulai harga Rp 25.000 hingga Rp 100.000 per toples dengan bobot 400 gram.
Toples Rp 25.000 merupakan kelas ekonomis yang dijual khusus ke perusahaan ritel atau reseller. Sementara untuk konsumen langsung, harga kue Puspa kelas ekonomis dibanderol Rp 40.000 per toples. Selanjutnya ada kelas reguler yang dihargai Rp 60.000 per toples, kelas spesial Rp 75.000 dan kelas istimewa Rp 100.000  per toples.
Klasifikasi kue juga menentukan lamanya kue bisa disimpan. Kue kualitas spesial hanya bisa bertahan sekitar tiga bulan. "Karena kandungan bahan-bahan yang tidak tahan lama, seperti susu, telur dan butter di kue spesial ini cukup  tinggi," ujar Musa.
Sementara, kue kelas istimewa bisa bertahan hingga enam bulan. Kedua kue ini cocok untuk dikonsumsi langsung atau dijadikan hadiah bagi kerabat dekat atau rekanan.
Pada awal mengembangkan konsep ini, Musa kerap menemukan berbagai kendala dan hambatan.Salah satunya pernah ia ditipu seorang pelanggan. Kala itu, pelanggan memesan kue hingga 1.000 toples.
Pelanggan itu meminta kue pesanannya dikirim dan akan dibayar di tempat. "Sampai di sana, barang diambil, anak buah kami disuruh tunggu, ternyata mereka kabur," ujar Musa.
Musa mengaku, menderita kerugian cukup besar dari peristiwa itu. Makanya sejak itu, ia tak pernah lagi menerima pesanan yang tidak membayar di muka. (bn)

Jumat, 04 Oktober 2013

Berkat Ganti Konsep, Kini Omzet Bisnis Kuliner Rezza Capai Rp1,2 Miliar

Mom's Bakery & Cafe hadir di tengah masyarakat dengan berbagai jenis produk yang ditawarkan. Produk yang dimaksud meliputi aneka olehan roti dengan berbagai rasa, aneka makanan berat seperti pasta, nasi lada hitam, nasi ayam teriyaki juga nasi goreng.
Sedangkan aneka makanan ringan, Mom's Bakery & Cafe menyediakan seperti pancake, waffle, pempek disko serta sosis jumbo. Tersedia juga minuman pans maupun dingin yang telah diolah dengan baik.
Muhammad Rezza Hakiki, Direktur Mom's Bakery & Cafe alias si empunya Mom's Bakery & Cafe ini bercerita, dia memulai usaha ini pada tahun 2004. Saat itu, dia menjual beragam roti di depan rumah menggunakan etalase kecil. Selama empat tahun menjalani bisnis tersebut, pada 2008 kata Rezza, dirinya mulai menuai kemajuan dengan merubah bentuk usahanya menjadi cafe, dan sekarang bernama Mom's Bakery & Cafe.
"Karena kerja keras, pelan-pelan dari stay di rumah pas di pinggir jalan posisinya, dekat kampus juga. Di sana juga toko roti masih sedikit. Tahun 2004 lahirnya, dari etalase kecil, berubah menjadi 2008, outletnya sekarang dua, di Banjarmasin dua-duanya," ucap Rezza seperti dilansir Okezone.
Mengenai omzet, Rezza menyatakan saat bisnis usahanya masih menggunakan etalase kecil yang bertempatkan di teras rumahnya, dirinya meraup omzet Rp2 juta per bulan. Akan tetapi, capaian yang cukup membuat hati tercengang, saat bisnis usahanya berubah konsep menjadi cafetaria, saat itu juga Rezza dapat meraup omzet Rp90 juta per bulan, atau Rp1,2 miliar per tahunnya.
Mengenai laba, kata Rezza, dirinya mengakui meraup laba sekitar 50 persen-60 persen dari total omzet yang didapatkan dari bisnis usaha waralabanya tersebut.
"Pertama kali bisnis yang di depan rumah omzetnya Rp2 juta sebulan, kalau yang cafe sekarang udah Rp90 juta, sehari Rp3 juta. Minimal banget Rp2,5 juta, satu cabang segitu, Satu tahun Rp1,2 miliar. Labanya 50 persen-60 persen dari omzet," tambahnya.
Saat ini, lanjut Reza, Mom's Bakery & Cafe sudah dapat di waralabakan atau di Franchise. Para investor yang tertarik cukup dengan Rp250 juta, sudah dapat melakoni bisnis cafetaria Mom's Bakery & Cafe.
Kontrak franchise ini juga terbilang relatif lama, karena diberikan jangka waktu hingga lima tahun, sedangkan untuk membalikkan modal, Rezza memberikan waktu kepada investor atau calon mitranya itu selama satu tahun lima bulan untuk membalikkan modal.
"Kita franchise Rp250 juta include bakery equitment, mesin es krim, masalah roti kita ajarin, juga suplai bahan baku, kalau di kota itu tidak ada," ungkapnya.
Selain itu, Rezza menuturkan, dalam bisnis waralaba Mom's Bakery & Cafe, dirinya akan mengenakan royalti terhadap para mitranya sebesar 10 persen, asalkan mitra yang telah mewaralabakan Mom's Bakery & Cafe sudah balik modal.
"Kita minta royalti setelah franchise itu balik modal, sebulannya 10 persen. Target satu tahun lima bulan. Kalau tidak tercapai kita tunggu sampai kapan sesuai kontrak lima tahun, karena jika tidak dibina, mitra rusak nama kita juga rusak," sambungnya.
Sebelumnya, Rezza mengungkapkan sejak awal buka bisnis cafetaria yang lebih bertujuan untuk hang out dengan mengutamakan kenyamanan bagi pengunjungnya ini, mengakui pernah ditawari banyak investor untuk membuat cafe seperti saat ini. Namun, Rezza menolak lantaran Rezza masih menyadari mengenai sistem bisnisnya masih belum kokoh seperti saat ini.
"Pernah ada tapi kita belum siap, belum siap sistemnya, takutnya kontrolingnya gak teratur, autopilotnya belum siap, karena mereka tidak ribet, Kalau sekarang autopilotnya kita rekrut pegawai, buka lapangan pekerjaan juga," terangnya.
Tidak hanya itu, mengenai rata-rata harga makanan dan minuman di Mom's Bakery & Cafe juga terbilang relatif murah, pasalnya Rezza mengakui hanya membandrol harga makanan sampai minuman rata-rata di bawah Rp20 ribu. Cafe ini baru berjumlah dua, yang letaknya di Banjarmasin seluruhnya.
"Harga produknya di Banjarmasin di bawah Rp20 ribu, kalau di luar Banjarmasin bisa lebih mahal bisa lebih murah, untuk luar kota bisa 20 persen lebih mahal, sama lebih murah juga turun 20 persen," imbuhnya.
Mengenai sasaran pembeli, Rezza mengungkapkan tetap berfokus kepada para mahasiswa-mahasiswa angkatan baru maupun angkatan lama, para pekerja dan juga anak sekolah.
"Target pembeli anak kuliah, karena tiap tahun berganti, cafe kita kan deket kampus, karyawan untuk sekadar nongkrong, nikmatin fasilitas cafe ini, wifi-an untuk update status," tukas Rezza. (as)

Selasa, 01 Oktober 2013

Alim Suteja, Sukses Berbisnis Roti Setelah Berhenti Jadi Karyawan



Tak akan pernah ada kesuksesan tanpa ketekunan. Hal ini yang melandasi seorang pengusaha bakery bernama Alim Suteja. Bersama dengan istrinya, Nanik Sumiyati, mereka membangun sebuah usaha bernama Virgin Cake & Bakery yang sangat terkenal di Semarang. Sebuah contoh keberhasilan yang datang berkat kerja keras, ketekunan dan konsisten pada sebuah usaha yang dilakukan selama puluhan tahun.
Semua berawal dari kegemaran Ninik membuat kue dan roti yang mana ditahun 1999, ia memutuskan untuk mendirikan sebuah toko roti kecil-kecilan dengan memanfaatkan garasi rumah yang ia sewa sebesar 25 juta rupiah sebagai tempat usaha. Ninik pun lantas tidak hanya menjual roti dalam satuan saja, ia menawarkan kepada tetangga dan kerabatnya yang ingin memesan roti dalam jumlah yang banyak kepadanya. Tak disangka, bisnis kecil-kecilannya itu berhasil menarik minat masyarakat yang berada di dekat tokonya berdatangan untuk membeli kue buatan Ninik.
Perkembangan bisnis bakery yang cukup pesat tersebut ternyata membuat suaminya, Alim memutuskan untuk berhenti dari pekerjaannya sebagai pemasok bahan bangunan. Pria berkacamata itu memilih fokus mengembangkan bisnis bakery setelah melihat prospek berkembang usaha tersebut sangat baik. Ia juga beropini jika cash flow (perputaran uang) di usaha bakery lebih cepat ketimbang bisnis bahan bangunan yang notabene jangka waktu pembayarannya lebih lama.
virgin-cakeDitahun 2003, usaha virgin cake & bakery semakin dikenal luas oleh masyarakat luas. Alim tampaknya tidak menemui kesulitan berarti dalam memasarkan produknya karena ia sendiri berlatarbelakang sebagai seorang pengusaha. Selain kemapanan seorang Alim dalam mengembangkan usaha, ia juga pandai berinovasi. Gerai Virgin cake dan bakery ia buat dengan berkonsep swalayan, yang artinya para pengunjung diberi keleluasan memilih kue apa yang mereka inginkan.
Tak puas dengan kesuksesan yang ia raih. Alim dan Ninik membuka 1 gerai lagi yang terletak di Urangan, yang merupakan ibu kota kabupaten Semarang. Tak main-main, gerai barunya itu memiliki luas 1,1 hektare. Dalam waktu dekat juga mereka kembali akan membuka 1 gerai lagi di Semarang. Mereka juga kini memiliki lebih dari 200 karyawan tetap. Bayangkan saja, jika dengan dua gerai saja mereka bisa meraup omset hingga milyaran rupiah per bulannya, bagaimana dengan penambahan 1 gerai lagi? (bn/wartawirausaha)

Minggu, 24 Maret 2013

Bisnis Roti dengan Modal Rp 100.000

TOKO ROTI, RESEP ROTI, BISNIS ROTI, USAHA ROTI, MESIN BAKERY, MESIN ROTI
FIKRI-TEKNIK.com - Semenjak dulu, Ambar Murtilina (38) memang bercita-cita menjadi pengusaha sukses. Tetapi semua itu baru terwujud setelah ia lulus kuliah dan bekerja di perusahaan swasta. Lina menimba ilmu di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 4 dengan Jurusan Tata Boga di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

Setelah lulus sekolah, Lina -begitu perempuan ini disapa- melanjutkan ke Akademi Perhotelan di Universitas Sahid, Jakarta. Berbeda dengan teman-temannya, Lina tergolong mahasiswa yang tak betah berdiam diri. Waktu senggang kuliah ia pakai untuk bekerja di salah satu pasar swalayan sebagai tenaga marketing. Keluwesan dan ketekunan inilah yang membuat Lina cepat mendapat pekerjaan setelah lulus kuliah.

Ia bekerja di perusahaan bakery ternama yang memproduksi donat. Namun begitu, ia merasa tidak betah. Pasalnya, perusahaan tersebut menempatkan Lina pada posisi marketing. “Padahal saya lebih suka di bagian produksi donat,” jelasnya.

Setahun kemudian Lina pun mengundurkan diri dari pekerjaannya. Ia bertekad untuk memulai bisnis. “Yang terpikir saat itu hanyalah bisnis warung nasi,” jelasnya. Tanpa pikir panjang, Lina pun membuat warung nasi tak jauh dari rumahnya. Namun sayang, bisnis ini hanya bertahan enam bulan. Warung nasinya tutup dan ia pun merugi.

Lina tidak menyerah. Pada tahun 2009 ia mendapat kabar mengenai pelatihan cara pembuatan roti di UKMKU asuhan Wulan Ayodya. “Kebetulan saya memang suka dengan roti, dan saya ingin tahu bagaimana cara pembuatannya,” ceritanya.
Dari situlah kemudian Lina berpikir untuk membangun bisnis roti. Menurutnya, roti itu makanan yang disukai oleh semua orang, dari anak kecil sampai orang dewasa. “Tapi, bukan berarti membuat bisnis roti itu mudah. Apalagi saya merupakan pendatang baru yang harus bersaing dengan merek roti lainnya,” jelasnya.

Lina pun membuat pembeda di bisnisnya ini. Ia membuat roti tanpa bahan pengawet dan harga yang murah. “Karena setahu saya saat ini banyak roti yang menggunakan bahan pengawet, dan harganya mahal. Nah, saya ingin beda dari yang lain,” tuturnya.

Bisnis roti Lina resmi berdiri pada 4 Maret 2009 dengan modal Rp 100.000. Uang itu ia belikan untuk terigu dan aneka selai. “Ternyata uang Rp 100.000 itu bisa untuk membuat roti selama seminggu,” jelasnya.
Lina baru tahu ternyata membuat roti tidak memerlukan banyak terigu. Di hari pertama produksi misalnya, ia hanya menghabiskan 1 kg tepung. “Dari 1 kg tepung itu saya bisa membuat 45 buah roti,” ucapnya.

Terus berkembang
Setiap hari, produksi roti Lina semakin bertambah. Dari 1 kg per hari, terus bertambah hingga 10 kg per hari. Roti-roti yang sudah diproduksi ia kirim ke warung-warung terdekat untuk dijual. Di sinilah Lina kerap mendapatkan cobaan. Roti buatannya kerap ditolak. Apalagi ketika mendengar roti tersebut dibuat di rumah. “Hah, roti rumahan? Pasti aneh rasanya,” begitu kata orang-orang pada awal ia menitip jual roti.

Para pemilik warung selama ini juga sudah terbiasa dengan roti buatan pabrik. “Ketika mendengar roti rumahan mereka langsung (menganggapnya) aneh,” jelas Lina. Dari 15 warung yang didatangi olehnya, hanya lima warung yang bersedia dititipi roti. Padahal Lina sudah memberikan contoh roti untuk dicoba secara cuma-cuma. “Namun mereka tetap tidak mau,” katanya.

Lina tak mau putus asa. Ia tetap mencari warung-warung lain yang mau menerima roti buatannya. Dari 20 roti yang dititipkan di satu warung, hanya satu atau dua roti yang laku. Selebihnya si pemilik warung memulangkan roti-roti tersebut. Kondisi ini tak berjalan lama. Lina justru semakin bangkit dan terus memperbaiki kualitas rasa roti tersebut. Hasilnya sangat mengejutkan.
Roti-roti itu habis terjual. Sampai-sampai si pemilik warung meminta Lina untuk mengirimkan kembali roti-roti tersebut. Berhubung banyak permintaan, akhirnya warung-warung yang sempat menolak roti buatan Lina pun berubah pikiran. “Mereka segera menghubungi saya dan minta dikirim roti,” ceritanya sambil tersenyum.

Berhubung permintaan semakin tinggi, Lina pun mulai keteteran. “Setiap hari saya mendapat telepon bertubi-tubi, pesannya hanya satu: mereka minta dikirimi roti segera,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 2 Juni 1974 ini.
Mau tidak mau, Lina pun mengganti cara produksi roti tersebut. Ia mulai memproduksi dengan jumlah yang besar. Tak hanya itu, ia juga mengemas roti-roti itu dalam plastik bening agar terjaga kebersihannya. Setiap mengantar roti Lina akan bertanya kepada pemilik warung, apa saja kekurangan pada produknya. “Dari situ saya terus belajar dan belajar untuk menghasilkan roti yang lezat,” jelasnya.

Ia juga membuat inovasi dalam varian rasa roti. Tak hanya roti cokelat, kacang hijau, kelapa, dan stroberi, ia juga membuat roti piza. Roti berbentuk makanan khas Italia ini dibuat mungil. Rencananya ia akan memproduksi massal roti piza setelah Lebaran tahun ini.
“Awalnya coba-coba tapi ternyata peminatnya banyak,” tuturnya sabil tersenyum.
Tak hanya varian rasa yang akan dikembangkan oleh Lina, ia juga menargetkan distributor roti-roti buatannya. “Kalau bisa tahun ini 70 warung yang menjual roti buatan saya. Saya yakin pasti berhasil,” tutupnya.

Kamis, 21 Maret 2013

Tweet Pie, Buku Kumpulan Resep 140 Karakter

Ada kabar gembira bagi Anda yang memiliki hobi masak, sekaligus menjadi 'pecandu' jejaring sosial Twitter. Sebuah buku yang diberi judul "Tweet Pie" mengumpulkan sejumlah resep, yang tiap resep terdiri dari kata dengan jumlah maksimum 140 karakter, yang merupakan ciri khas Twitter.

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.Buku resep terpendek di dunia ini memuat sejumlah resep makanan. Mulai dari makanan pembuka, makanan utama, hidangan penutup, aneka minuman, hingga makanan ringan.

Setidaknya ada 200 resep tersedia di buku ini. Namun, pihak penerbit buku sengaja membuat desain halaman sedemikian rupa, yaitu satu halaman untuk satu resep. Karena jika tidak, semua kumpulan resep itu pun bisa ditampung dalam satu halaman kertas A4.

Awalnya, buku ini terinspirasi dari sebuah survei yang mengungkap bahwa koki-selebriti Inggris, Delia Smith, menjadi koki yang paling banyak menggunakan kata dalam buku resepnya, dengan 872 kata hanya untuk sebuah resep sapi panggang. Sedangkan untuk resep yang sama, koki-selebriti lain, Nigella Lawson membutuhkan 787 kata dan Jamie Oliver membutuhkan 773 kata.

Sebuah organisasi amal di bidang makanan, FoodCycle, kemudian tergelitik untuk bertanya dalam sebuah tweet: "Bisakah Anda menciptakan resep hanya dalam 140 karakter?" demikian tweet yang ditulis FoodCycle yang bekerja sama dengan produsen makanan ringan asal Inggris Belling.

Tweeps pun kemudian menyahut tweet itu, dan mengirimkan sejumlah resep. Kumpulan resep inilah yang kemudian dihimpun dalam sebuah buku resep. Tak hanya resep, tweeps juga ikut menyumbang ilustrasi dalam buku ini.

Keuntungan dari penjualan buku ini sepenuhnya akan didonasikan untuk kegiatan amal yang dilakukan FoodCycle, yang menyebut ada setidaknya 4 juta warga Inggris kekurangan makanan dan menderita malnutrisi. Buku ini sendiri dijual secara online di situs eBay.

Senin, 18 Maret 2013

Salwa, Sate Ikan Crispy

Bisnis sate ikan ternyata cukup menjanjikan. Sate ikan tanpa tulang ini, mulanya adalah produk rumahan, namun kini berkembang dengan sistem waralaba.

alat pengembang roti, alat roti, bisnis online, bisnis roti, bisnis sukses, cold showcase, divider rounder, dough moulder., dough sheeter, hotel, ic board, kuliner, loyang roti, meja kerja, mesin bakery, mesin roti, mesin roti bekas, mesin roti murah., mixer murah, mixer roti, moulder, oven lokal, oven murah, oven otomatis, oven roti, proofer hemat daya, proofer murah, proofer otomatis, proofer room., proofer roti, rak loyang, restoran, rotary oven, sparkling, steamer, steamer donuts, toko roti, usaha roti, usaha sampingan, usaha rumah tangga,work tableMuhammad Toip, pemilik usaha "Salwa" sate ikan, mengaku bisnis ini adalah obsesi besarnya. Karena peluang usaha ini sangat menjanjikan, Muhammad Toip rela meninggalkan pekerjaannya yang sudah dilakoninya selama delapan di dua perusahaan. "Terakhir saya jadi kepala cabang," katanya.

Dulu Muhammad Toip menjual sate ikan secara langsung. Namun karena permintaan sangat banyak dan terutama ingin menciptakan pekerjaan buat orang lain, maka ia mencoba menggunakan sistem waralaba.

Indonesia, kata Muhammad Toip, kaya dengan ikan, namun konsumsi masyarakatnya sangat kurang. "Dengan jajanan sehat ini bisa memberikan konstribusi sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup," ujarnya.

Menu andalan "Salwa" sate ikan antara lain, kakap crispy, tuna crispy, balakutak crispy, dan udang crispy. Cara membuatnya sangat gampang. Pertama pilih ikan segar. Kemudian pilih bumbu seperti garam, lada bubuk, dan cabe merah bubuk. "Terakhir bahan dicampur dengan tepung crispy sebelum digoreng," terangnya.

Dijelaskan Muhammad Toip, selama dua tahun bisnis ini berjalan sudah 20 mitra yang bergabung. Mereka ada di Kota Bandung, Tangerang, serta Bogor.

Kamis, 14 Maret 2013

Brownies Ikan Bandeng Kreasi Mahasiswi Unhalu

Sejumlah mahasiswi yang mengenyam pendidikan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Haluoleo (Unhalu), Kendari, Sulawesi Tenggara, pandai memanfaatkan sumber daya alam daerahnya untuk pembuatan brownies. Mereka memakai ikan bandeng (Chanos chanos) sebagai bahan baku brownies.

brownies_ikan_bandengKreasi para mahasiswi Program Studi Budi Daya Perairan ini patut diacungi jempol. Melalui program kreatifitas mahasiswa kewirausahaan (PKMK), mereka ingin memperkenalkan produk olahan ikan bandeng sekaligus menumbuhkan jiwa kewirausahaan rekan sebayanya. Memilih proses pengolahan bahan pangan yang terbilang unik, Yulian Syalfiana Fatuni dan beberapa temannya menyajikan makanan olahan bandeng yang sebelum ini mungkin belum pernah ada di pasaran.

Dalam tahap pembuatan brownies ikan bandeng, putri-putri bangsa ini melakukannya dengan sistematis dan penuh perhitungan agar bisa menghasilkan brownies selezat brownies panggang konvensional yang banyak beredar. Pengujian produk dilakukan melalui 2 tahap, yakni tahap uji laboratorium dan tahap uji kepuasan konsumen.

Pada tahap uji laboratorium, produk tersebut dinyatakan lolos dan layak untuk dikonsumsi karena mengandung protein sebanyak 15,64 persen, karbohidrat 46,86 oersen dan lemak 17,1 persen. Sedangkan untuk uji kepuasan konsumen parameter yang diajukan seperti tampilan, rasa, aroma dan tekstur, semuanya dinyatakan lolos dan layak untuk dipasarkan.

Karena produk terbilang baru, brownies ikan bandeng ini dijual dengan beberapa strategi pemasaran yaitu dijual melalui kantin kampus dan koperasi mahasiswa FPIK, menitipkan brownies ke toko-toko kue di daerah setempat, melakukan penjualan door-to-door, mengikuti sejumlah bazaar serta pameran. Dibanderol seharga Rp5.000 untuk kemasan kecil dan sederhana serta Rp50 ribu untuk kemasan yang lebih besar dan menarik, brownies ini diharapkan bisa menarik minat masyarakat dan meningkatkan daya konsumsi masyarakat akan ikan bandeng yang kaya nutrisi.

Senin, 11 Maret 2013

Yoghurt Kulit Pisang Kaya Manfaat

Pisang merupakan buah yang selalu tersedia melimpah di pasar, bukan jenis buah musiman dan produksinya cukup banyak. Buah tropis ini banyak dikonsumsi dalam keadaan segar oleh sebagian masyarakat, tetapi kulitnya hanya dibuang begitu saja dan ujungnya menjadi limbah.

yogurt_pisangPadahal, penelitian tim Universitas Kedokteran Taichung Chung Shan Taiwan memperlihatkan bahwa ekstrak kulit pisang ternyata berpotensi mengurangi gejala depresi dan menjaga kesehatan retina mata. Selain kaya vitamin B6, kulit pisang banyak mengandung serotonin yang sangat vital untuk menyeimbangkan mood. Selain itu, ditemukan pula manfaat ekstrak pisang untuk menjaga retina dari kerusakan cahaya akibat regenerasi retina.

Melihat banyaknya manfaat yang terdapat dalam kulit pisang tersebut mendorong mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA fakultas MIPA UNY yaitu Ratna Wirawati, Manna Wassalwa, Zamzam Fatma Ambarsari, Feby Kristifany dan Anita Setyorini untuk mengolah limbah kulit pisang menjadi yoghurt.
''Kami memilih kulit pisang untuk dijadikan yoghurt karena selama ini kulit pisang hanya menjadi limbah dari pedagang gorengan dan dianggap sebagai sampah yang tidak ada manfaatnya, tetapi ternyata dapat berubah menjadi komoditas usaha yang menjanjikan,'' kata Ratna Wirawati.

Manna Wassalwa menambahkan bahwa kulit pisang mengandung karbohidrat sebesar 18,50%, vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, lemak, pektin dan air sebanyak 68,90%. ''Rata-rata setiap 100 gram daging pisang mengandung 70 gram air, 1,2 gram protein, 0,3 gram lemak, 27 gram pati dan 0,5 gram serat.

''Pisang juga kaya akan potassium yang berguna untuk pertumbuhan, dan juga merupakan bahan yang baik untuk diet karena mengandung kolesterol, lemak serta garam yang rendah. Pisang juga mengandung vitamin C, vitamin B6, dan vitamin A,'' katanya

Cara pembuatannya, dijelaskan Feby Kristifany, pertama kali adonan yoghurt dibuat dengan takaran 1 liter cream pisang dicampur dengan 0,5 kg gula pasir lalu disterilkan atau dipasteurisasi dengan cara memanaskan adonan cream kulit pisang tersebut hingga suhu 73 derajat C selama 15 menit denga menggunakan panci, kompor dan thermometer. Langkah berikutnya, proses kulturisasi yaitu memasukkan bibit yoghurt dan susu bubuk putih.

Yang dimaksud dengan bibit yoghurt disini adalah yoghurt yang sudah jadi sebanyak 0.05 liter dan 0,25 gr susu bubuk putih ditambahkan ke dalam cream kulit pisang  yang sudah dipasteurisasi tersebut.  Cream kulit pisang yang sudah dikulturkan tersebut dihangatkah dalam suhu 45 derajat C selama 24 jam atau disebut proses inkubasi yang dilakukan dengan menggunakan kardus berventilasi, ditempeli dengan bohlam yang diatur sedemikian agar lampu bohlam tersebut mampu memberikan kehangatan kepada susu tersebut.

Kemudian cream kulit pisang diletakkan dalam kardus selama 24 jam, setelah itu yoghurt kulit pisang yang sudah jadi dimasukan ke dalam kulkas. Gagasan mahasiswa pendidikan IPA itu berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2011 bidang Kewirausahaan.

Kamis, 07 Maret 2013

Wow, Ada Kue dari Jengkol!

Fakta bahwa jengkol adalah makanan yang menghasilkan aroma yang luar biasa sudah tidak aneh lagi. Tapi fakta bahwa jengkol dijadikan bahan mentah yang bisa diolah menjadi kue mungkin terdengar aneh.

jengkolTapi tidak ada yang tidak mungkin bagi merek kue ternama di Bandung J&C Coockies. Mereka berani menggebrak pasar dengan 'Jengkies' Jengkol Coockies.

Jengkol asli? Pertanyaan itu pasti muncul di benak kita. J&C tidak main-main, mereka benar-benar membuat kue yang terbuat dari jengkol. Jengkies terbuat dari bahan baku jengkol asli yang dipadukan dengan ramuan kue kering khas citarasa J&C. Rasanya tak beda jauh dengan jengkol asli, namun aromanya tidak sekuat makanan yang terbuat dari jengkol lainnya.

"Ide awalnya dari Owner J&C, Pak Dedi. Dia senang makan jengkol. Kemana-mana suka bawa jengkol. Kadang-kadang malu, dari situ kepikiran untuk buat kue dari jengkol," jelas Corporate Secretary Lucky D Aria.

Dari rasa suka sang Owner itulah, mulai April 2011 lalu, Jengkies beredar di pasaran. Meski banyak yang sangsi dengan citarasa kue Jengkies ini, namun tak disangka kue ini cukup laku di pasaran, khususnya penggemar jengkol.

"Kita sudah membuat Jengkies sekitar 300 lusin, atau 3.600 toples. Kalau permintaan sih lebih dari itu," imbuh Lucky.

Diakui Lucky, penggemar Jengkies kebanyakan luar pulau Jawa. Sementara untuk konsumen di area pulau Jawa masih kurang. "Kebanyakan Sumatera. Bahkan orang Malaysia pada suka kue ini," terang Lucky.

Beberapa orang justru menikmati Jengkies ini dengan nasi putih seperti layaknya makan siang biasa. Anda juga tak perlu malu, Jengkies bisa dibawa kemana-mana karena hadir dalam kemasan toples hardtop dengan berat 325 gram.

Satu toplesnya dibanderol Rp 60.000. Jengkis ini cukup awet, bisa dikonsumsi hingga enam sampai delapan bulan.

Selain jengkol, J&C juga mempunyai kue unik lainnya seperti kue rujak, dan kue emping. Ke depan, Lucky mengatakan J&C akan terus berinovasi membuat kue-kue unik lainnya seperti kue durian dan kue pete.

Rabu, 27 Februari 2013

Lezatnya Roti dari Tela Ungu

Sejauh ini orang mengenal tela ungu hanya sebatas untuk membuat keripik, atau makanan rebus biasa. Bahkan, banyak yang menganggap tela ungu adalah makanan kampung yang mulai tidak dilirik lagi.

tela_ungu0911Tapi, berbeda dengan Fitri Sundari pemilik toko kue Tsabita, yang awalnya hanya tertarik dengan segala sesuatu yang berwarna ungu.

“Saya ingin, bagaimana agar tela ungu ini diolah dimodifikasi sehingga kemudian diminati banyak orang,” kata Fitri, di lokasi usahanya di Jalan Semenromo 46, Ngruki, Cemani, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Berawal dari browsing internet, Fitri menemukan bahwa tela ungu memiliki banyak manfaat. Seperti, mengandung banyak antioksidan, dan warna ungu dalam tela tersebut juga ada manfaatnya.

Tawangmangu adalah salah satu daerah penghasil utama. Saat ini ia pun bisa memaksimalkan potensi tela ungu yang diproduksi petani. “Sebelumnya, kami pernah survei di Tawangmangu, pemanfaatan tela ungu itu maksimal hanya untuk keripik,” ujarnya seperti dikutip dari Solopos
Dengan berkali-kali melakukan percobaan, Tsabita pun akhirnya bisa memodifikasi tela ungu itu menjadi beragam bentuk kue dan roti. Hanya melalui proses dikukus, dihaluskan kemudian dibuat roti.

“Kami sudah mencoba sekitar 30 item cake tela ungu. Seperti, variasi cake, muffin, brownis, filling roti manis, hingga snack tradisional. Inovasi ini kami buat tanpa bahan pengawet. Sehingga, PR kami ke depan adalah bagaimana membuat hasil cake tadi terutama filling roti itu bisa lebih awet,” paparnya.

Selasa, 19 Februari 2013

Biskuit Lele: Olahan Kreatif Padat Gizi

biskuit lele
Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang paling mudah dijumpai dan dibudidayakan di Indonesia. Ikan berpatil ini umumnya dikonsumsi dengan cara digoreng, dibakar atau diolah menjadi pecel lele yang populer di berbagai daerah. Namun, siapa sangka ikan lele juga bisa menjadi bahan baku pembuatan biskuit penambah gizi yang cita rasanya lezat?

Di pasaran sekarang ini jarang sekali ditemukan produk biskuit yang mengandung protein hewani terutama dari daging ikan. Tetapi beberapa ilmuwan dari dua perguruan tinggi di Indonesia mengembangkan jenis biskuit yang mengandung nutrisi tinggi. Penggagasnya adalah 3 orang akademisi, yaitu Prof. Clara M. Kusharto, M. Sc. dan Sri Anna Marliyanti dari Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor dan Annis Catur Adi dari Unair (Universitas Airlangga).

Diilhami oleh sebuah penelitian sejenis yang dilakukan di tahun 2004 di Ambon, ketiganya mencoba memodifikasi bahan baku biskuit. Di penelitian sebelumnya, bahan bakunya ialah ikan teri tetapi di penelitian ini  menggunakan bahan baku yang lebih banyak tersedia di sekitar tempat pengembangannya, yaitu di Sukabumi. Karena ikan lele lebih mudah dikembangbiakkan dan diperoleh di daerah Sukabumi, bahan baku ikan teri pun diganti.

Mengenai cara pengolahan ikan lele hingga menjadi biskuit lele tersebut, dijelaskan oleh Risti, staf Prof. Clara, awalnya ikan lele dibuat menjadi fillet. Dipisahkan kulit, daging, duri, kepala dan isi perutnya. Sementara kulit disisihkan karena mengandung lemak tinggi dan akan membuat warna biskuit hitam jika dimasukkan. Kulit ini bisa diolah lebih lanjut menjadi kepingan atau chip yang bisa dikonsumsi. Namun, bagian utama yang dimanfaatkan adalah daging dan kepala ikan yang kemudian diolah secara terpisah menjadi tepung daging dan tepung kepala ikan lele.

Biskuit bergizi yang berbahan tepung ikan ini diklaim mengandung protein tinggi, asam amino dan asam lemak esensial, vitamin dan mineral bermanfaat untuk tubuh terutama anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Uniknya, dibandingkan produk-produk biskuit untuk balita yang ada di pasaran, kandungan protein yang dikandung biskuit lele ini sekitar 5 kali lipat lebih tinggi.  Kandungan kalsium, meskipun belum terukur, bisa diperkirakan lebih tinggi karena bahan bakunya juga tepung kepala ikan lele.

Saat disinggung mengenai nilai gizi secara detil, Risti menjelaskan nilai kandungan gizi dalam biskuit: energi kulit (1 kali saji/ 50 g) sebanyak 240 kalori. Energi dari lemak 60 kalori. Lemak total 11 gram (22% AKG). Protein 10 gram (20% AKG). Karbohidrat 27 gram (9% AKG).  Semuanya berdasarkan persen Angka Kecukupan Gizi untuk manusia dengan  kebutuhan  energi 2000 kalori.

Manfaat bagi kesehatan tubuh yang bisa didapatkan yaitu membantu pertumbuhan anak, menjaga kesehatan lansia, membantu proses penyembuhan. Selain itu, mengingat Indonesia adalah negara yang rawan bencana, biskuit ini juga bisa dikonsumsi sebagai pangan bergizi darurat yang mudah dibawa dalam perjalanan atau didistribusikan ke daerah-daerah bencana.

Di bulan Oktober ini direncanakan mulai dilakukan percobaan mesin. Selama ini biskuit lele ini diproduksi dalam industri rumahan di Bogor. Ingin mencoba mencicipi? Anda bisa mendapatkan 1 kemasan plastik biskuit lele ini seharga Rp 25.000 yang  berisi 6 bungkus kecil untuk konsumsi per hari. Dan meskipun didesain untuk menjadi bahan pangan segala usia, biskuit ini bisa dikonsumsi oleh balita untuk merangsang pertumbuhan gigi mereka.

Perlu diketahui pula bahwa biskuit lele ini adalah inovasi dalam bidang pangan yang terpilih sebagai satu di antara 103 inovasi yang diseleksi oleh Business Innovation Center Indonesia.

Sabtu, 16 Februari 2013

12 Prinsip Guerilla Marketing bagi Bisnis Rumahan

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Perusahaan besar umumnya memiliki anggaran marketing yang besar dan staf yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan. Tak heran, mereka ini menghabiskan ratusan juta Rupiah untuk beriklan.
Namun, masalahnya tidak semua perusahaan seperti itu. Apalagi jika kita membahas tentang bisnis rumahan. Perbedaannya akan sangat besar, seperti bumi dan langit. Lalu,apa yang bisa Anda lakukan jika Anda seorang pebisnis rumahan? Apakah Anda harus menyerah karena terbatasnya anggaran untuk beriklan?

Untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar ini, pemilik bisnis rumahan tak perlu gentar. Pahamilah prinsip-prinsip guerilla marketing berikut ini.

1. Investasi terbesar Anda ialah waktu, energi, dan imajinasi, bukan uang.
2. Penting untuk memahami copywriting, sehingga Anda bisa memahami dan berkomunikasi langsung pada audiens sasaran dalam semua salinan penjualan Anda.
3. Penting untuk mengukur upaya marketing yang dilaksanakan berdasarkan laba, bukan volume penjualan.
4. Marketing yang sukses bersandar pada pengetahuan mengenai angka dan mengetahui kebiasaan audiens sasaran, bukan hanya menerka-nerka.
5.Fokus pada kualitas tinggi dalam produk dan jasa Anda. Saat Anda memutuskan memperluas jajaran produk Anda, pastikan apa yang Anda jual itu berhubungan erat dengan produk utama. Selalu berpikir mengutamakan kualitas tinggi dan hindari kualitas rendah yang menghancurkan reputasi.
6.Jangan menyerah untuk mendapatkan pelanggan baru, tetapi di saat yang sama juga carilah cara untuk merawat pelanggan setia dan transaksi yang lebih besar dari basis pelanggan yang ada.
7.  Carilah peluang untuk bekerjasama dengan pihak lain untuk memajukan usaha, bahkan jika itu adalah pesaing Anda.
8.Temukan kombinasi strategi marketing yang menghasilkan hasil terbaik untuk Anda. Misalnya, bisa jadi itu gabungan antara penggunaan blog, artikel, dan jejaring sosial, serta kartu pos. Setiap bagian kanal marketing Anda akan membantu pekerjaan lain.
9. Fokus pada terbangunnya hubungan baru dalam berbisnis. Hubungan yang baik dapat menggiring kita ke naiknya angka penjualan di masa depan.
10.Teknologi adalah teman Anda. Jangan menyia-nyiakannya. Perkembangan terbaru dalam teknologi memberikan peluang untuk memaksimalkan marketing bisnis rumahan Anda setiap harinya.
11. Terdapat banyak alat yang tersedia yang akan mebantu meningkatkan keuntungan. Banyak yang gratis.
12.Jaga agar tetap sederhana. Jangan mempersulit dan membuat menjadi lebih kompleks. Ini akan mempermudah Anda mengendalikan bisnis.

Rabu, 13 Februari 2013

Populerkan Merek dengan Waralaba

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Siapa tak kenal sistem waralaba alias franchise sekarang ini? Waralaba bisa didefinisikan sebagai sebuah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Kadang pebisnis merasa putus asa saat menghadapi berbagai kendala dalam memasarkan merek yang ia miliki. Nah, jika Anda juga menghadapi problem serupa (merek tak kunjung dikenal orang). Jangan khawatir, mungkin sistem waralaba adalah jawaban yang Anda tunggu selama ini. Lalu seberapa menguntungkannya jika kita membuat sebuah waralaba dengan merek yang kita miliki?

Menurut Peni R. Pramono, konsultan keuangan dan pelatih kewirausahaan, kemitraan bisa dibangun untuk membuat lebih banyak orang menyadari kehadiran merek Anda di pasar (meningkatkan brand awaraness).  Selain itu, risiko yang kita tanggung sendirian pada awalnya bisa dibagi-bagikan kepada mitra. Kemitraan membuat merek kita bisa menjangkau lebih banyak pasar dan dengan sendirinya membuat lebih banyak orang mengenal dan menggunakannya.

Lalu untuk membangun kemitraan atau partnership, kita juga perlu banyak persiapan. Sebuah poin penting yang patut diingat sebelum mengembangkan merek menjadi sebuah sistem waralaba ialah bahwa bisnis waralaba intinya adalah menduplikasi atau mereproduksi apa yang sudah ada. Pewaralaba (franchisor) perlu cermat dalam memilih hal-hal yang bisa dibagikan kepada para terwaralaba (franchisee) karena jika kurang cermat, hal-hal yang seharusnya tetap menjadi ‘resep rahasia dapur’ menjadi terbuka ke banyak orang.

Bagi pemilik merek/ usaha yang ingin berfokus pada pemantapan kualitas produk dan merek yang ia jual, menyewa jasa seorang konsultan dan agensi merupakan solusi terpraktis untuk membangun sistem waralaba bagi merek Anda. Mereka inilah yang akan melaksanakan riset pemetaan untuk Standard Operational Procedure (SOP) yang akan dibagikan kepada para terwaralaba. Agensi juga bisa memberikan bantuan dalam menemukan mitra yang setara.

Sabtu, 09 Februari 2013

Sunarto, Jatuh Bangun Kelola Sate Tegal "Laka-Laka"

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Memilih pensiun dini sebagai wartawan, Sunarto banting setir menekuni bisnis kuliner dengan mendirikan warung sate tegal sejak tahun 2003. Padahal karier lulusan Universitas Diponegoro, Semarang ini sebenarnya tengah di moncer-moncernya di surat kabar nasional di Ibu Kota.

"Saya tertarik bisnis kuliner antara lain didorong saat sering liputan dan menangani rubrik tentang kuliner," ujar Narto, panggilan rekan-rekannya saat masih di media. Saat memulai, dia mengaku dapat pinjaman modal dari saudaranya.

Namun, jalan yang dilalui ayah dari Raidha ini cukup terjal dan berliku. Saat mulai membuka warung dia langsung dihadang masalah. tanah yang dia beli untuk mendirikan warung di daerah Cibinong ternyata jalur hijau. Sehingga baru sekitar enam bulan bangunan permanen dua tingkat didirikan dan warung dibuka terkena penggusuran.

Dia, istri dan anak semata wayang menyaksikan langsung penggusuran bangunan yang menghabiskan puluhan juta saat dibangun itu. Dia mengaku salah dan tertipu saat membeli tanah. Namun Narto justru mendapat jalan di tengah penggusuran itu. "Habis penggusuran saya malah ditawari petugas Trantib untuk mendirikan tenda di depan Kantor Pemkab Bogor di Cibinong," ujar Narto.

Tawaran itu langsung ditangkap. Dia mendirikan warung tenda dengan menu bebek goreng yang dinamakan "Bego". Selain tentu saja menu sate kambing. Perlahan tapi pasti warungnya banyak pembelinya. Hanya berselang dua bulan dia membuka satu cabang masih tak jauh dari lokasi yang pertama. Tak lama kemudian satu warung tenda dibuka lagi. Sehingga dalam waktu setahun setelah tergusur dia bisa mendirikan tiga warung tenda.

Merasa terlanjur "basah" di bisnis kuliner, Narto mengaku semakin menekuni kegiatannya itu. Apalagi ada 20 karyawan yang bekerja pada dia. Untuk itu tak jarang, sehabis menutup warung tenda ditengah malam, dia lanjutkan belanja sayuran ke pasar hingga subuh. Usaha-usaha pengembangan tak henti dilakukan. "Terpenting adalah mencari lokasi yang tepat," ujarnya.

Setelah berkali-kali tak berhasil, akhirnya dia mendapatkan lahan sewa di pinggir jalan baru Bogor-Parung. Di tempat yang kini semakin ramai setelah dibukanya jalan tol luar Bogor itu Narto menyewa lahan seluas 200 meter persegi selama 10 tahun untuk dirikan warung sate "Laka-laka" tahun 2010. Berarti dia butuh waktu tujuh tahun untuk bisa bangkit mendirikan warung lagi.

Pilihan Narto tidak salah. Warung yang didirikan di atas lahan sewa itu banyak dikunjungi pembeli. Menunya pun bervariasi. Selain menu utama sate kambing, dia juga menjual bebek goreng, ayam goreng, sop sapi, sate ayam, sop kambing. Selain berbagai minuman. Ia pun mengajak keluarga pemilik lahan itu untuk menjual es kelapa muda. Dia menyebut rata-rata untuk kambing dia bisa menghabiskan lima ekor.

Bulan Juni 2012, dia kembali membuka cabang sate "Laka-laka" di Kota Bogor. Di kawasan kuliner itu, dia mengaku menginvestasikan dana sekitar Rp 750 juta untuk sewa lahan dan mendirikan restoran. Kini dia lebih fokus mengelola dua restonya. Tiga warung tenda sudah ditutup. "Anak-anak (karyawan-red) pada ogah disuruh kerja di warung tenda mas. Jadi saat saya gilir ke sini pada tidak mau lagi ke warung tenda," ujarnya.

Sekarang Narto semakin menata pengelolaan usahanya. Dari sekitar 40 karyawan yang bergabung di bagi dalam dua bagian yaitu bagian produksi dan bagian pelayanan. Sedang untuk yang bertugas pada kasir, dalam sehari tiga kali melaporkan ke dia.

Selasa, 05 Februari 2013

Fathurahman, Mendulang Untung dari Bisnis Kuliner Terapung

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Menikmati santap malam sambil menyusuri Sungai Kapuas menjadi incaran turis asal Malaysia dan Brunei. Inilah yang menjadi ladang bisnis Fathurahman, pemilik kafe Banjar Serasan di Kota Pontianak.

"Bisa dibilang 40 persen tamu kafe ini adalah turis dari Malaysia dan Brunei. Sisanya berasal dari dalam negeri dan beberapa turis asing asal negara lain," ujar Fathurahman.

Diakui Fathur, dia memang menjalin kerjasama hampir dengan semua travel agent yang ada di Pontianak.

Makan sambil berpesiar dengan kapal Banjar Serasan sudah menjadi bagian dari city tour yang dikemas biro perjalanan di Pontianak. Tak hanya disuguhi menu khas seperti ayam api serasan, tumis pukis maupun asam pedas ikan serangin yang bercita rasa khas Melayu dengan beragam bumbu, para tamu juga mendapat suguhan panorama yang eksotik.

Saat sore menjelang petang saat matahari menuju peraduan, panorama sunset terlihat sangat menakjubkan. Semburat warna jingga di langit biru serta kecipak ombak kecil dengan balutan angin sepoi-sepoi menjadi daya tarik bagi tamu. Sedang saat malam menjemput siang pemandangan lampu-lampu di kota membuat suasana romantis di dalam perahu.

Fathurahman memberikan pilihan dua trip bagi para tamunya. Jika siang hari kapal Banjar Serasan akan berangkat dari Serasan menuju Alun Kapuas hingga Tugu Khatulistiwa dan kembali lagi dengan durasi sekitar 1,5 jam. Sedang saat malam dari Serasan sampai Alun Kapus kembali ke Serasan butuh waktu sekitar 40 menit. "Namun jika hujan dan berangin saya tidak izinkan kapal berjalan mengangkut tamu," papar dia.

Dia mematok tarif sebesar Rp 400 ribu sekali trip. Saat ini kapal yang dia miliki bisa menampung 25 orang. Namun dia sudah menyiapkan satu kapal lagi yang mampu menampung 60 orang. Fathur memang membuat sendiri kapal-kapal yang dijadikan kafe. Jika pada kapal yang pertama menggunakan mesin Isuzu Panther. Sedang, pada kapal kedua dia pasang mesin Mitsubhisi PS 120.
 Saat mengawali usaha tahun 2001, Fathur hanya menggunakan keramba terapung dengan tenda-tenda dari sponsor. Para pembeli lesehan di atas keramba. Kafe perahu mulai dirintis 2006. Itu setelah dia membangun kafe permanen di tepi sungai Kapuas tepatnya di dekat dermaga Serasan.

"Masakan tidak dibuat di kapal namun di dapur resto permanen. Jadi setelah menu yang dipesan para tamu disajikan, baru kapal berlayar," ujar Fathur. Pada setiap trip ada dua pelayan, juru kemudi dan seorang ABK. Namun, menurut Fathur, jumlah petugas disesuaikan dengan jumlah tamu terutama untuk memberikan pelayanan yang baik kepada para tamu.

Saat ini kafe yang memberikan layanan berlayar menyusuri Kapuas memang baru yang dikelola Fathur. Untuk itu dia optimistus usahanya masih akan berkembang. "Saya optimis dengan wisata kuliner sambil berlayar ini," ujar Fathur. Hanya saja dia berharap dukungan infrastuktur berupa dermaga dari Pemerintah Kota. Terutama agar turis bisa turun mengunjungi Tugu Khatulistiwa.

Rabu, 30 Januari 2013

Fatoni, Menggurita dengan Jamur Kriuk

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Pernah melihat gerobak kecil mengkal di suatu sudut dengan tulisan Jamur Kriuk? Cukup dengan Rp 5000 saja Anda sudah dapat sekantung jamur kriuk Jakri, dengan aneka pilihan rasa. Sepintas tampilan cemilan yang digemari ABG ini mirip dengan ayam goreng tepung alias fried chicken. Bukan, jamur kriuk ini terbuat dari jamur merang yang digoreng garing dengan tepung, lalu diberi tambahan rasa sesuai selera.  Gerobak itu tidak hanya satu, melainkan lebih dari 200-an tersebar di seantero Indonesia. Mereka adalah bisnis waralaba yang dirintis oleh Fatoni, dari Purwokerto, Jawa Tengah. Pria yang akrab disapa Toni ini memulai semuanya dengan modal Rp 3 juta saja, dan siapa nyana dalam tempo 2,5 tahun ia sukses meraih 205 mitra. Usaha yang berbendera CV Manggala Karya Abadi ini meraih profit dari royalty fee, serta penjualan bahan baku.

Ide membuat snack jamur kriuk datang dari istri, Lita Desita, yang mencoba meramu gorengan jamur. Ternyata rasanya renyah, kriuk, dan gurih. Terbersit untuk berjualan sendiri dengan gerobak. Naik turun penjualan tak membuat alumni Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu gentar. Setelah dagangan snack ini cukup laris manis, ia mulai berpikir untuk mewaralabakannya. Dengan gigih ia mengetuk hati para investor. Berkat perjuangan yang cukup keras, dalam 2,5 tahun Toni berhasil mendapatkan 205 waralaba, di mana 28 adalah pemilik master franchise.

Wow, luar biasa bukan? Tak mudah menyerah, pada pertengahan 2011 silam ia membuka waralaba baru, Pasta Jakri, yakni pasta yang dikombinasikan dengan ragam jamur kriuk hasil kreativitasnya. Kendati belum berhasil membuka waralaba, Pasta Jakri sudah dapat mengeruk omzet Rp. 1,5 juta sehari. Toni mengaku terus memikirkan inovasi lain untuk usahanya yang berbasis bahan jamur merang ini.

Berminat menjadi waralaba Jamur Kriuk milik Toni? Untuk pemegang waralaba atau franchise bisa merogoh kocek Rp 6,8 juta untuk investasi. Sementara untuk master franchise harus menyiapkan modal setidaknya Rp 30 juta. Semuanya mendapatkan fasilias training pengolahan jamur kriuk, agar sesuai dengan standar. Training ini diadakan sampai si karyawan yang dikirim oleh mitra bisa membuat jamur kriuk sesuai harapan, yakni yang lezat, renyah, dan gurih.

Jika cukup aktif berpromosi, didukung lokasi penjualan yang strategis, 1 gerai gerobak Jamur Kriuk dapat mendulang omzet Rp 300.00-500.000 per hari. “Dengan bisnis franchise kami dapat membantu orang lain, membuka peluang usaha dan lapangan kerja bagi yang ingin usaha tapi belum memiliki ide bisnis,” ujar Toni dalam blognya yang memang dikhususkan untuk mempromosikan bisnisnya.

Agaknya harapan Toni membantu orang lain tidak berlebihan, sebab terbukti gerobak Jamur Kriuk-nya sudah tersebar di Jakarta, Depok, Yogya, Bandung, Semarang, Bogor, Serang, Banten, Tangerang, bahkan Pekanbaru.

Sabtu, 26 Januari 2013

Riyadh Ramadhan, Jutawan Muda Berkat Bisnis Gorengan

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Kendati usianya masih muda, Riyadh Ramadhan sudah berani memulai usaha. Di usia 19 tahun, ia sudah memiliki bisnis gorengan di Surabaya dengan omzet ratusan juta per bulan. Bisnis ini dirintisnya tahun 2009, saat ia masih berusia 16 tahun.

Saat itu, ia baru duduk di kelas satu sekolah menengah atas (SMA). Lantaran usianya yang masih belia, ia pernah dinobatkan sebagai Entrepreneur Termuda 2010 versi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Riyadh memulai bisnis secara autodidak. Semua berawal dari kegemarannya memasak. Suatu ketika, naluri bisnisnya bangkit setelah melihat peluang usaha gorengan. "Saya melihat di Surabaya banyak penjual gorengan, lalu saya berpikir untuk membikin sendiri," kata Riyadh.

Keinginan untuk berbisnis itu kemudian diutarakannya kepada kedua orangtuanya. Walau masih muda, orangtua Riyadh menyambut baik keinginan anaknya itu untuk berbisnis. Kebetulan, orangtua Riyadh memang memiliki jiwa bisnis.

Mereka berprofesi sebagai wiraswasta. Namun, usaha yang mereka kelola bukan bergerak di bidang makanan. "Mereka mengelola lembaga pendidikan," ujar Riyadh.

Tekad Riyadh Ramadhan untuk memiliki bisnis di usia muda sangat kuat. Karena tekad yang kuat itu, ia pun tak risih meski harus harus memulai usaha dari menjajakan gorengan di sekolahnya.

Riyadh memang mengawali kesuksesan bisnisnya sebagai penjual gorengan. Pertama menjadi penjual gorengan, dia membidik teman-teman sekelasnya sebagai konsumen.

Setiap jam istirahat sekolah, Riyadh tidak sungkan mengeluarkan dagangan yang ia bawa setiap hari dari rumah. Sebagai remaja yang baru duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), sebenarnya dia agak canggung dan malu berjualan di sekolahnya.

Apalagi, Riyadh juga sering menjadi bahan olok-olokan dari teman-teman sekolahnya. "Beberapa nada sumbang berupa ejekan sempat terdengar dari teman," kenangnya.

Bukannya berhenti, makin lama makin banyak teman yang mengejeknya sebagai penjual gorengan. Awalnya, ia sempat minder dan ingin mundur dari bisnisnya itu.

Namun, Riyadh tetap berpikir positif bahwa apa yang ia lakukan sudah tepat. Lagi pula, dia merasa tidak ada yang dirugikan dari bisnisnya itu.
Sementara bila mundur, keinginannya untuk memiliki usaha akan pupus. "Orangtua saya juga sering menguatkan mental saya untuk tidak mundur hanya karena mendapat ejekan dari teman," ujarnya.
Orangtua saya juga sering menguatkan mental saya untuk tidak mundur hanya karena mendapat ejekan dari teman

Atas dorongan orang tuanya, Riyadh berusaha membuang jauh-jauh semua perasaan sakit hati yang ia alami di sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu, justru banyak temannya yang mulai menyukai gorengannya. Bahkan,teman-teman yang tidak sekelas dengannya juga ikutan meminati gorengan buatan Riyadh.

Lantaran pesanan gorengannya makin banyak, ia selalu berusaha bangun tidur lebih awal untuk mempersiapakan dagangannya. Riyadh selalu bangun tidur jam tiga dinihari setiap hari. Di pagi buta itu, dia menyiapkan semua bahan yang diperlukan, termasuk meracik sendiri tepung gorengannya. "Saya menjalani semuanya dengan semangat," katanya.

Selama setahun menjajakan gorengan di sekolah, ia pun mulai terpikir untuk mengembangkan usahanya. Hingga suatu saat Riyadh menemukan ide untuk membuka kafe di mal.

Lagi-lagi, orangtuanya mendukung penuh rencananya tersebut. Berbekal keuntungan usaha selama setahun serta sokongan dana dari orangtuanya, Riyadh pun mulai merintis pendirian kafe di salah satu mal di Surabaya.

Riyadh memberi nama kafe itu Go Crunz, yang sampai sekarang masih menjadi label usahanya. Di kafe itu ia menyediakan menu gorengan, seperti kentang, jamur, ayam, dan otak-otak ikan. Selain gorengan, ia juga menyediakan beragam pilihan minuman. Tak ingin mengecewakan orangtua yang sudah mendukungnya dan juga tanggung jawab terhadap diri sendiri karena uang tabungannya ludes untuk modal usaha, Riyadh pun total di bisnis ini.

Dengan label Go Crunz, ia menawarkan menu gorengan, seperti kentang, jamur, dan ayam, hingga otak-otak ikan. "Total ada sembilan menu gorengan," katanya.

Gorengan itu dibanderol Rp 6.000-Rp 9.000 per kotak. Setiap kotak berisi empat sampai lima gorengan. Ternyata, banyak yang menyukai gorengan buatan Riyadh. Lalu dia membuka dua gerai lagi dengan konsep booth.

Dari ketiga gerai itu, total omzet yang didapatnya mencapai Rp 120 juta per bulan, dengan laba sekitar 40 persen dari omzet. Lantaran respon pasar positif, sejak tahun 2010, Riyadh resmi menawarkan kemitraan usaha. Saat ini, jumlah gerainya sudah 12 gerai.Perinciannya, tiga milik sendiri dan sisanya milik mitra. Mitra usahanya itu tersebar di beberapa kota, seperti Jakarta, Bekasi, Malang, hingga Balikpapan.

Dalam kemitraan ini, ia menawarkan dua paket investasi. Yakni, paket booth sebesar Rp 39 juta dan paket kafe Rp 110 juta. Berdasarkan pengalamannya, omzet paket booth ditargetkan Rp 500.000-Rp 700.000 per hari. Sementara paket kafe Rp 1,5 juta-Rp 2 juta per hari.Dalam kemitraan ini, ia memasok bumbu dan kemasan kepada seluruh mitra bisnisnya.

Guna mengembangkan usahanya, ia kemudian menawarkan kemitraan pada Oktober 2010. Guna menjaring mitra, Riyadh rajin mengikuti pameran waralaba di daerahnya.Kerja kerasnya tidak sia-sia. Di bulan pertama menawarkan kemitraan, ia sukses menjaring tujuh mitra.

Sukses di usia muda mungkin menjadi impian banyak orang, begitupun Riyadh Ramadhan. Ia tak menyangka, bisnisnya akan tumbuh cepat. Toh begitu, tak mudah membangun bisnis di usia belia.

Riyadh mengaku banyak kendala yang ia hadapi. Misal, ia sempat kesulitan membuat sistem manajerial usaha yang baik. Alhasil, ia sering gonta-ganti karyawan lantaran kinerja pegawainya tak memuaskan. "Karena usia saya yang lebih muda, banyak karyawan yang tak menghormati saya sebagai pimpinan, sehingga kinerja mereka tak maksimal," terangnya.

Tak kehabisan akal, Riyadh pun rajin melahap buku mengenai manajemen dan kepemimpinan. Ia pun kerap mengikuti ajang entrepreneurship bagi anak muda seusianya.

Meski tak menyabet predikat sebagai juara, Riyadh tak berkecil hati. "Tujuan utamanya bukan juara, tapi lebih pada pembelajaran karakter dan jiwa kepemimpinan dari para pengusaha muda," ungkapnya.

Bukan sekadar memetik ilmu, dari ajang kompetisi itu Riyadh juga bisa membuka jaringan yang lebih luas. Dari situ, ia mulai belajar akan pentingnya manajerial usaha agar usaha makin berkembang. "Dalam usaha, pemasaran memang penting tapi belajar menjadi seorang pimpinan yang baik juga tak kalah penting," katanya.

Dari kompetisi tersebut, Riyadh mengaku pikirannya kian terbuka. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus ia benahi, terutama manajemen usaha. Hal utama yang langsung Riyadh lakukan adalah mengubah gaya kepemimpinannya.

Riyadh bilang, ia sekarang lebih tegas namun bukan berarti berubah jadi pribadi yang galak dan ditakuti karyawannya. Selain itu, ia mencoba menerapkan metode kekeluargaan dalam manajemen Go Crunz.

Dengan perubahan gaya kepemimpinan itu, sekarang manajemen usahanya jauh lebih solid. "Dalam beberapa bulan terakhir, tidak ada lagi gonta-ganti karyawan," jelasnya.

Bukan itu saja, menyadari bahwa ia adalah principal dari sebuah brand yang juga melibatkan orang lain, Riyadh menganggap semua mitra usahanya merupakan saudara dekatnya. Hal ini pula yang membuat dia cenderung lebih selektif memilih mitra usaha.

Salah satu patokannya memilih mitra adalah merasa klop saat pertama kali bertemu dengan calon mitra. "Jadi ada chemistry dalam berkomunikasi," ungkap mahasiswa jurusan Desain Manajemen IBMT International University ini.

Insting itulah yang akhirnya membuat Riyadh memiliki sembilan mitra. Dia mengklaim semuanya loyal dan memenuhi ekspektasi membesarkan franchise Go Crunz.

Kendati bisnisnya makin mengembang, tak membuat Riyadh cepat puas. Ia mengatakan, masih harus terus belajar agar usaha kian membesar. Ia pun menyimpan mimpi bahwa merek Go Crunz dalam beberapa tahun ke depan bisa go international seperti Kebab Baba Rafi milik Hendy Setiono. Ia menyebut Hendy sebagai mentor andal dan telah menginspirasi dirinya.