Adsense

Tampilkan postingan dengan label Kiat sukses. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kiat sukses. Tampilkan semua postingan

Kamis, 21 Maret 2013

Tweet Pie, Buku Kumpulan Resep 140 Karakter

Ada kabar gembira bagi Anda yang memiliki hobi masak, sekaligus menjadi 'pecandu' jejaring sosial Twitter. Sebuah buku yang diberi judul "Tweet Pie" mengumpulkan sejumlah resep, yang tiap resep terdiri dari kata dengan jumlah maksimum 140 karakter, yang merupakan ciri khas Twitter.

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.Buku resep terpendek di dunia ini memuat sejumlah resep makanan. Mulai dari makanan pembuka, makanan utama, hidangan penutup, aneka minuman, hingga makanan ringan.

Setidaknya ada 200 resep tersedia di buku ini. Namun, pihak penerbit buku sengaja membuat desain halaman sedemikian rupa, yaitu satu halaman untuk satu resep. Karena jika tidak, semua kumpulan resep itu pun bisa ditampung dalam satu halaman kertas A4.

Awalnya, buku ini terinspirasi dari sebuah survei yang mengungkap bahwa koki-selebriti Inggris, Delia Smith, menjadi koki yang paling banyak menggunakan kata dalam buku resepnya, dengan 872 kata hanya untuk sebuah resep sapi panggang. Sedangkan untuk resep yang sama, koki-selebriti lain, Nigella Lawson membutuhkan 787 kata dan Jamie Oliver membutuhkan 773 kata.

Sebuah organisasi amal di bidang makanan, FoodCycle, kemudian tergelitik untuk bertanya dalam sebuah tweet: "Bisakah Anda menciptakan resep hanya dalam 140 karakter?" demikian tweet yang ditulis FoodCycle yang bekerja sama dengan produsen makanan ringan asal Inggris Belling.

Tweeps pun kemudian menyahut tweet itu, dan mengirimkan sejumlah resep. Kumpulan resep inilah yang kemudian dihimpun dalam sebuah buku resep. Tak hanya resep, tweeps juga ikut menyumbang ilustrasi dalam buku ini.

Keuntungan dari penjualan buku ini sepenuhnya akan didonasikan untuk kegiatan amal yang dilakukan FoodCycle, yang menyebut ada setidaknya 4 juta warga Inggris kekurangan makanan dan menderita malnutrisi. Buku ini sendiri dijual secara online di situs eBay.

Senin, 18 Maret 2013

Salwa, Sate Ikan Crispy

Bisnis sate ikan ternyata cukup menjanjikan. Sate ikan tanpa tulang ini, mulanya adalah produk rumahan, namun kini berkembang dengan sistem waralaba.

alat pengembang roti, alat roti, bisnis online, bisnis roti, bisnis sukses, cold showcase, divider rounder, dough moulder., dough sheeter, hotel, ic board, kuliner, loyang roti, meja kerja, mesin bakery, mesin roti, mesin roti bekas, mesin roti murah., mixer murah, mixer roti, moulder, oven lokal, oven murah, oven otomatis, oven roti, proofer hemat daya, proofer murah, proofer otomatis, proofer room., proofer roti, rak loyang, restoran, rotary oven, sparkling, steamer, steamer donuts, toko roti, usaha roti, usaha sampingan, usaha rumah tangga,work tableMuhammad Toip, pemilik usaha "Salwa" sate ikan, mengaku bisnis ini adalah obsesi besarnya. Karena peluang usaha ini sangat menjanjikan, Muhammad Toip rela meninggalkan pekerjaannya yang sudah dilakoninya selama delapan di dua perusahaan. "Terakhir saya jadi kepala cabang," katanya.

Dulu Muhammad Toip menjual sate ikan secara langsung. Namun karena permintaan sangat banyak dan terutama ingin menciptakan pekerjaan buat orang lain, maka ia mencoba menggunakan sistem waralaba.

Indonesia, kata Muhammad Toip, kaya dengan ikan, namun konsumsi masyarakatnya sangat kurang. "Dengan jajanan sehat ini bisa memberikan konstribusi sehingga bisa meningkatkan kualitas hidup," ujarnya.

Menu andalan "Salwa" sate ikan antara lain, kakap crispy, tuna crispy, balakutak crispy, dan udang crispy. Cara membuatnya sangat gampang. Pertama pilih ikan segar. Kemudian pilih bumbu seperti garam, lada bubuk, dan cabe merah bubuk. "Terakhir bahan dicampur dengan tepung crispy sebelum digoreng," terangnya.

Dijelaskan Muhammad Toip, selama dua tahun bisnis ini berjalan sudah 20 mitra yang bergabung. Mereka ada di Kota Bandung, Tangerang, serta Bogor.

Kamis, 14 Maret 2013

Brownies Ikan Bandeng Kreasi Mahasiswi Unhalu

Sejumlah mahasiswi yang mengenyam pendidikan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Haluoleo (Unhalu), Kendari, Sulawesi Tenggara, pandai memanfaatkan sumber daya alam daerahnya untuk pembuatan brownies. Mereka memakai ikan bandeng (Chanos chanos) sebagai bahan baku brownies.

brownies_ikan_bandengKreasi para mahasiswi Program Studi Budi Daya Perairan ini patut diacungi jempol. Melalui program kreatifitas mahasiswa kewirausahaan (PKMK), mereka ingin memperkenalkan produk olahan ikan bandeng sekaligus menumbuhkan jiwa kewirausahaan rekan sebayanya. Memilih proses pengolahan bahan pangan yang terbilang unik, Yulian Syalfiana Fatuni dan beberapa temannya menyajikan makanan olahan bandeng yang sebelum ini mungkin belum pernah ada di pasaran.

Dalam tahap pembuatan brownies ikan bandeng, putri-putri bangsa ini melakukannya dengan sistematis dan penuh perhitungan agar bisa menghasilkan brownies selezat brownies panggang konvensional yang banyak beredar. Pengujian produk dilakukan melalui 2 tahap, yakni tahap uji laboratorium dan tahap uji kepuasan konsumen.

Pada tahap uji laboratorium, produk tersebut dinyatakan lolos dan layak untuk dikonsumsi karena mengandung protein sebanyak 15,64 persen, karbohidrat 46,86 oersen dan lemak 17,1 persen. Sedangkan untuk uji kepuasan konsumen parameter yang diajukan seperti tampilan, rasa, aroma dan tekstur, semuanya dinyatakan lolos dan layak untuk dipasarkan.

Karena produk terbilang baru, brownies ikan bandeng ini dijual dengan beberapa strategi pemasaran yaitu dijual melalui kantin kampus dan koperasi mahasiswa FPIK, menitipkan brownies ke toko-toko kue di daerah setempat, melakukan penjualan door-to-door, mengikuti sejumlah bazaar serta pameran. Dibanderol seharga Rp5.000 untuk kemasan kecil dan sederhana serta Rp50 ribu untuk kemasan yang lebih besar dan menarik, brownies ini diharapkan bisa menarik minat masyarakat dan meningkatkan daya konsumsi masyarakat akan ikan bandeng yang kaya nutrisi.

Senin, 11 Maret 2013

Yoghurt Kulit Pisang Kaya Manfaat

Pisang merupakan buah yang selalu tersedia melimpah di pasar, bukan jenis buah musiman dan produksinya cukup banyak. Buah tropis ini banyak dikonsumsi dalam keadaan segar oleh sebagian masyarakat, tetapi kulitnya hanya dibuang begitu saja dan ujungnya menjadi limbah.

yogurt_pisangPadahal, penelitian tim Universitas Kedokteran Taichung Chung Shan Taiwan memperlihatkan bahwa ekstrak kulit pisang ternyata berpotensi mengurangi gejala depresi dan menjaga kesehatan retina mata. Selain kaya vitamin B6, kulit pisang banyak mengandung serotonin yang sangat vital untuk menyeimbangkan mood. Selain itu, ditemukan pula manfaat ekstrak pisang untuk menjaga retina dari kerusakan cahaya akibat regenerasi retina.

Melihat banyaknya manfaat yang terdapat dalam kulit pisang tersebut mendorong mahasiswa Jurusan Pendidikan IPA fakultas MIPA UNY yaitu Ratna Wirawati, Manna Wassalwa, Zamzam Fatma Ambarsari, Feby Kristifany dan Anita Setyorini untuk mengolah limbah kulit pisang menjadi yoghurt.
''Kami memilih kulit pisang untuk dijadikan yoghurt karena selama ini kulit pisang hanya menjadi limbah dari pedagang gorengan dan dianggap sebagai sampah yang tidak ada manfaatnya, tetapi ternyata dapat berubah menjadi komoditas usaha yang menjanjikan,'' kata Ratna Wirawati.

Manna Wassalwa menambahkan bahwa kulit pisang mengandung karbohidrat sebesar 18,50%, vitamin C, vitamin B, kalsium, protein, lemak, pektin dan air sebanyak 68,90%. ''Rata-rata setiap 100 gram daging pisang mengandung 70 gram air, 1,2 gram protein, 0,3 gram lemak, 27 gram pati dan 0,5 gram serat.

''Pisang juga kaya akan potassium yang berguna untuk pertumbuhan, dan juga merupakan bahan yang baik untuk diet karena mengandung kolesterol, lemak serta garam yang rendah. Pisang juga mengandung vitamin C, vitamin B6, dan vitamin A,'' katanya

Cara pembuatannya, dijelaskan Feby Kristifany, pertama kali adonan yoghurt dibuat dengan takaran 1 liter cream pisang dicampur dengan 0,5 kg gula pasir lalu disterilkan atau dipasteurisasi dengan cara memanaskan adonan cream kulit pisang tersebut hingga suhu 73 derajat C selama 15 menit denga menggunakan panci, kompor dan thermometer. Langkah berikutnya, proses kulturisasi yaitu memasukkan bibit yoghurt dan susu bubuk putih.

Yang dimaksud dengan bibit yoghurt disini adalah yoghurt yang sudah jadi sebanyak 0.05 liter dan 0,25 gr susu bubuk putih ditambahkan ke dalam cream kulit pisang  yang sudah dipasteurisasi tersebut.  Cream kulit pisang yang sudah dikulturkan tersebut dihangatkah dalam suhu 45 derajat C selama 24 jam atau disebut proses inkubasi yang dilakukan dengan menggunakan kardus berventilasi, ditempeli dengan bohlam yang diatur sedemikian agar lampu bohlam tersebut mampu memberikan kehangatan kepada susu tersebut.

Kemudian cream kulit pisang diletakkan dalam kardus selama 24 jam, setelah itu yoghurt kulit pisang yang sudah jadi dimasukan ke dalam kulkas. Gagasan mahasiswa pendidikan IPA itu berhasil meraih dana Dikti dalam Program Kreativitas Mahasiswa tahun 2011 bidang Kewirausahaan.

Kamis, 07 Maret 2013

Wow, Ada Kue dari Jengkol!

Fakta bahwa jengkol adalah makanan yang menghasilkan aroma yang luar biasa sudah tidak aneh lagi. Tapi fakta bahwa jengkol dijadikan bahan mentah yang bisa diolah menjadi kue mungkin terdengar aneh.

jengkolTapi tidak ada yang tidak mungkin bagi merek kue ternama di Bandung J&C Coockies. Mereka berani menggebrak pasar dengan 'Jengkies' Jengkol Coockies.

Jengkol asli? Pertanyaan itu pasti muncul di benak kita. J&C tidak main-main, mereka benar-benar membuat kue yang terbuat dari jengkol. Jengkies terbuat dari bahan baku jengkol asli yang dipadukan dengan ramuan kue kering khas citarasa J&C. Rasanya tak beda jauh dengan jengkol asli, namun aromanya tidak sekuat makanan yang terbuat dari jengkol lainnya.

"Ide awalnya dari Owner J&C, Pak Dedi. Dia senang makan jengkol. Kemana-mana suka bawa jengkol. Kadang-kadang malu, dari situ kepikiran untuk buat kue dari jengkol," jelas Corporate Secretary Lucky D Aria.

Dari rasa suka sang Owner itulah, mulai April 2011 lalu, Jengkies beredar di pasaran. Meski banyak yang sangsi dengan citarasa kue Jengkies ini, namun tak disangka kue ini cukup laku di pasaran, khususnya penggemar jengkol.

"Kita sudah membuat Jengkies sekitar 300 lusin, atau 3.600 toples. Kalau permintaan sih lebih dari itu," imbuh Lucky.

Diakui Lucky, penggemar Jengkies kebanyakan luar pulau Jawa. Sementara untuk konsumen di area pulau Jawa masih kurang. "Kebanyakan Sumatera. Bahkan orang Malaysia pada suka kue ini," terang Lucky.

Beberapa orang justru menikmati Jengkies ini dengan nasi putih seperti layaknya makan siang biasa. Anda juga tak perlu malu, Jengkies bisa dibawa kemana-mana karena hadir dalam kemasan toples hardtop dengan berat 325 gram.

Satu toplesnya dibanderol Rp 60.000. Jengkis ini cukup awet, bisa dikonsumsi hingga enam sampai delapan bulan.

Selain jengkol, J&C juga mempunyai kue unik lainnya seperti kue rujak, dan kue emping. Ke depan, Lucky mengatakan J&C akan terus berinovasi membuat kue-kue unik lainnya seperti kue durian dan kue pete.

Minggu, 03 Maret 2013

Pudding Daun Binahong; Lezat & Berkhasiat

Daun Binahong adalah tanaman obat yang berasal dari Daratan Tiongkok. Tanaman ini dikenal memiliki khasiat menyembuhkan berbagai penyakit, salah satunya adalah diabetes.

binahongDengan kandungan antioksidan, asam arkobat, total fenol, dan protein yang cukup tinggi, penggunaan tanaman yang bernama latin Anredera Cordifolia ini sudah menjadi tradisi dan bukan hal baru. Saat ini, produk olahan tanaman ini hanya tersedia dalam bentuk kapsul dengan harga yang relatif mahal.

Untuk menyiasati hal tersebut, empat mahasiswa dari Fakultas Matematika dan IPA Universitas Negeri Yogyakarta (FMIPA UNY) menciptakan inovasi baru agar para penderita diabet tetap dapat memperoleh khasiat daun Binahong.

Tim yang terdiri dari Endah Dani Puspitaningrum, Amri Handayani, Alvani Nuzul Marfu’ah, dan Ari Nurlitawati ini pun menciptakan produk olahan berbahan baku daun Binahong dalam bentuk puding yang diberi nama Deralia's Pudding.

"Pemberian nama Deralia's Pudding diambil dari singkatan nama ilmiah Daun Binahong. Sementara untuk rasa, tersedia dalam tiga varian, yakni original, melon, dan pandan," kata Amri. Demikian dilansir dari situs UNY.

Sementara, untuk membuat puding sehat bagi penderita diabet ini, tergolong cukup mudah. Bahan-bahan yang diperlukan, yakni satu kilogram (kg) daun Binahong, satu bungkus agar-agar bubuk, 1/2 kg madu, air, dan perasa makanan dengan rasa melon maupun pandan secukupnya.

"Pertama, daun Binahong dicucui bersih. Kemudian, campurkan dengan air. Remas-remas daun Binahong tersebut, lalu disaring," kata Alvani.

Langkah selanjutnya, sama seperti membuat agar-agar pada umumnya. "Daun Binahong yang sudah diperas dan disaring, campurkan dengan agar-agar bubuk dan madu dalam sebuah panci. Panaskan di atas kompor sambil diaduk-aduk hingga mendidih. Kemudian, tambahkan perasa secukupnya. Tuang adonan tersebut dalam cetakan, diamkan sebentar, dan masukkan ke dalam lemari pendingin," ujar menambahkan.

Rabu, 27 Februari 2013

Lezatnya Roti dari Tela Ungu

Sejauh ini orang mengenal tela ungu hanya sebatas untuk membuat keripik, atau makanan rebus biasa. Bahkan, banyak yang menganggap tela ungu adalah makanan kampung yang mulai tidak dilirik lagi.

tela_ungu0911Tapi, berbeda dengan Fitri Sundari pemilik toko kue Tsabita, yang awalnya hanya tertarik dengan segala sesuatu yang berwarna ungu.

“Saya ingin, bagaimana agar tela ungu ini diolah dimodifikasi sehingga kemudian diminati banyak orang,” kata Fitri, di lokasi usahanya di Jalan Semenromo 46, Ngruki, Cemani, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Berawal dari browsing internet, Fitri menemukan bahwa tela ungu memiliki banyak manfaat. Seperti, mengandung banyak antioksidan, dan warna ungu dalam tela tersebut juga ada manfaatnya.

Tawangmangu adalah salah satu daerah penghasil utama. Saat ini ia pun bisa memaksimalkan potensi tela ungu yang diproduksi petani. “Sebelumnya, kami pernah survei di Tawangmangu, pemanfaatan tela ungu itu maksimal hanya untuk keripik,” ujarnya seperti dikutip dari Solopos
Dengan berkali-kali melakukan percobaan, Tsabita pun akhirnya bisa memodifikasi tela ungu itu menjadi beragam bentuk kue dan roti. Hanya melalui proses dikukus, dihaluskan kemudian dibuat roti.

“Kami sudah mencoba sekitar 30 item cake tela ungu. Seperti, variasi cake, muffin, brownis, filling roti manis, hingga snack tradisional. Inovasi ini kami buat tanpa bahan pengawet. Sehingga, PR kami ke depan adalah bagaimana membuat hasil cake tadi terutama filling roti itu bisa lebih awet,” paparnya.

Sabtu, 23 Februari 2013

Membuat Ubi Jadi Berkelas

Mengonsumsi makanan tradisional berbahan baku seperti singkong, ubi jalar, pisang yang direbus dan digoreng tentu sudah biasa. Bagaimana jadinya jika panganan kampung itu diubah sebagai camilan berkelas?

Ya, di tangan Agustina Herlina, warga Jalan Nangka Raya 29, Lamper Kidul, Semarang, makanan tersebut diubah menjadi berkelas. Yaitu stik renyah ubi jalar, sirup dan abon yang dihasilkannya sejak tahun 2001.

ubi_jalar’’Selama ini ubi jalar hanya dimasak menjadi kolak, digoreng atau direbus, sehingga tidak memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Kemudian saya mencoba untuk berinovasi menjadikan ubi sebagai camilan stik renyah dan sirup,’’ kata Agustina.

Agustina ingin menambah keanekaragaman makanan camilan di kota Semarang. Masyarakat Semarang, kata dia, tentu sangat mengenal ubi jalar. Popularitasnya sebagai panganan sejajar dengan singkong, pisang dan sejenisnya. Namun ubi jalar memiliki ciri khas sendiri, dapat pula dijadikan menjadi stik yang renyah dan gurih.

Stik menjadi salah satu produk yang paling diminati, utamanya anak-anak. Proses pembuatannya pun cukup rumit. Menurut ibu dari dua putra ini, ubi jalar yang sudah dipilih lalu dikupas dan dibersihkan. Yang perlu diingat, ubi jalar yang dipilih adalah ubi yang memiliki kualitas bagus dengan tekstur halus sehingga saat diolah lebih bagus dan mudah. Khusus untuk mencari ubi jalar berkualitas nomer satu itu, Agustina berburu hingga Ungaran dan sekitarnya.

“Di daerah Ungaran kan lahan pertanian masih luas sehingga di sana masih banyak lahan ubi jalar,” katanya.

Setelah dikuliti dan dibersihkan, ubi itu kemudian dipotong dengan menggunakan mesin yang dibelinya seharga Rp 15 juta. Proses pemotongan ini akan memisahkan mana ubi yang memiliki potongan bagus dan mana yang tidak. Yang bagus ini kemudian disortir dan dimasukan ke proses coating atau memberi lapisan pada ubi jalar. Lapisan yang digunakan biasanya tepung beras atau jagung. Hal ini dilakukan agar saat digoreng ubi jalar tidak rusak.

“Ubi jalar itu pengelolaannya tidak gampang butuh perhatian dan keseriusan, rusak sedikit, rasanya sudah lain,” terangnya.

Dalam satu minggu dibutuhkan sekitar 500 kilogram ubi jalar berkualitas bagus untuk memenuhi permintaan pasar. Untuk 100 kilogram atau satu kwintal ubi jalar, bisa diolah menjadi 200 kemasan stik.

Setiap kemasan dengan berat masing-masing mulai 450 gram. Sedangkan minyak goreng yang dibutuhkan sekitar 5 liter tiap 100 kilogramnya. Untuk kemasan, dia menggunakan mesin pengemasan otomatis sehingga lebih kuat dan stiknya bisa lebih awet.

“Pengemasan merupakan salah satu proses yang penting dalam produksi, makanya saya pilih menggunakan mesin sealer otomatis yang bisa diatur hingga suhunya mencapai 150 derajat celsius. Selain itu plastik yang digunakan tidak sembarangan yakni menggunakan yang berbahan baku polyethylene yang tahan hingga suhunya 80 derajat celsius atau bau menyengat,’’ papar Agustina.

Berkat inovasi, ketekunan dan kerja kerasnya usahanya semakin sukses dan berkembang. Produksinya mulai merambah ke beberapa daerah. Selain sejumlah pasar tradisional, supermarket dan retail modern pun juga menampung hasil produksinya. ’’Saya berharap produk yang saya hasilkan bisa dikonsumsi masyarakat luas. Untuk meningkatkan usaha saya ini, ke depannya akan mencoba menggali ide untuk inovasi produk lagi,’’ terang dia.

Selasa, 19 Februari 2013

Biskuit Lele: Olahan Kreatif Padat Gizi

biskuit lele
Ikan lele adalah salah satu jenis ikan air tawar yang paling mudah dijumpai dan dibudidayakan di Indonesia. Ikan berpatil ini umumnya dikonsumsi dengan cara digoreng, dibakar atau diolah menjadi pecel lele yang populer di berbagai daerah. Namun, siapa sangka ikan lele juga bisa menjadi bahan baku pembuatan biskuit penambah gizi yang cita rasanya lezat?

Di pasaran sekarang ini jarang sekali ditemukan produk biskuit yang mengandung protein hewani terutama dari daging ikan. Tetapi beberapa ilmuwan dari dua perguruan tinggi di Indonesia mengembangkan jenis biskuit yang mengandung nutrisi tinggi. Penggagasnya adalah 3 orang akademisi, yaitu Prof. Clara M. Kusharto, M. Sc. dan Sri Anna Marliyanti dari Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor dan Annis Catur Adi dari Unair (Universitas Airlangga).

Diilhami oleh sebuah penelitian sejenis yang dilakukan di tahun 2004 di Ambon, ketiganya mencoba memodifikasi bahan baku biskuit. Di penelitian sebelumnya, bahan bakunya ialah ikan teri tetapi di penelitian ini  menggunakan bahan baku yang lebih banyak tersedia di sekitar tempat pengembangannya, yaitu di Sukabumi. Karena ikan lele lebih mudah dikembangbiakkan dan diperoleh di daerah Sukabumi, bahan baku ikan teri pun diganti.

Mengenai cara pengolahan ikan lele hingga menjadi biskuit lele tersebut, dijelaskan oleh Risti, staf Prof. Clara, awalnya ikan lele dibuat menjadi fillet. Dipisahkan kulit, daging, duri, kepala dan isi perutnya. Sementara kulit disisihkan karena mengandung lemak tinggi dan akan membuat warna biskuit hitam jika dimasukkan. Kulit ini bisa diolah lebih lanjut menjadi kepingan atau chip yang bisa dikonsumsi. Namun, bagian utama yang dimanfaatkan adalah daging dan kepala ikan yang kemudian diolah secara terpisah menjadi tepung daging dan tepung kepala ikan lele.

Biskuit bergizi yang berbahan tepung ikan ini diklaim mengandung protein tinggi, asam amino dan asam lemak esensial, vitamin dan mineral bermanfaat untuk tubuh terutama anak-anak yang masih dalam masa pertumbuhan. Uniknya, dibandingkan produk-produk biskuit untuk balita yang ada di pasaran, kandungan protein yang dikandung biskuit lele ini sekitar 5 kali lipat lebih tinggi.  Kandungan kalsium, meskipun belum terukur, bisa diperkirakan lebih tinggi karena bahan bakunya juga tepung kepala ikan lele.

Saat disinggung mengenai nilai gizi secara detil, Risti menjelaskan nilai kandungan gizi dalam biskuit: energi kulit (1 kali saji/ 50 g) sebanyak 240 kalori. Energi dari lemak 60 kalori. Lemak total 11 gram (22% AKG). Protein 10 gram (20% AKG). Karbohidrat 27 gram (9% AKG).  Semuanya berdasarkan persen Angka Kecukupan Gizi untuk manusia dengan  kebutuhan  energi 2000 kalori.

Manfaat bagi kesehatan tubuh yang bisa didapatkan yaitu membantu pertumbuhan anak, menjaga kesehatan lansia, membantu proses penyembuhan. Selain itu, mengingat Indonesia adalah negara yang rawan bencana, biskuit ini juga bisa dikonsumsi sebagai pangan bergizi darurat yang mudah dibawa dalam perjalanan atau didistribusikan ke daerah-daerah bencana.

Di bulan Oktober ini direncanakan mulai dilakukan percobaan mesin. Selama ini biskuit lele ini diproduksi dalam industri rumahan di Bogor. Ingin mencoba mencicipi? Anda bisa mendapatkan 1 kemasan plastik biskuit lele ini seharga Rp 25.000 yang  berisi 6 bungkus kecil untuk konsumsi per hari. Dan meskipun didesain untuk menjadi bahan pangan segala usia, biskuit ini bisa dikonsumsi oleh balita untuk merangsang pertumbuhan gigi mereka.

Perlu diketahui pula bahwa biskuit lele ini adalah inovasi dalam bidang pangan yang terpilih sebagai satu di antara 103 inovasi yang diseleksi oleh Business Innovation Center Indonesia.

Sabtu, 16 Februari 2013

12 Prinsip Guerilla Marketing bagi Bisnis Rumahan

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Perusahaan besar umumnya memiliki anggaran marketing yang besar dan staf yang jumlahnya ratusan bahkan ribuan. Tak heran, mereka ini menghabiskan ratusan juta Rupiah untuk beriklan.
Namun, masalahnya tidak semua perusahaan seperti itu. Apalagi jika kita membahas tentang bisnis rumahan. Perbedaannya akan sangat besar, seperti bumi dan langit. Lalu,apa yang bisa Anda lakukan jika Anda seorang pebisnis rumahan? Apakah Anda harus menyerah karena terbatasnya anggaran untuk beriklan?

Untuk bersaing dengan perusahaan-perusahaan besar ini, pemilik bisnis rumahan tak perlu gentar. Pahamilah prinsip-prinsip guerilla marketing berikut ini.

1. Investasi terbesar Anda ialah waktu, energi, dan imajinasi, bukan uang.
2. Penting untuk memahami copywriting, sehingga Anda bisa memahami dan berkomunikasi langsung pada audiens sasaran dalam semua salinan penjualan Anda.
3. Penting untuk mengukur upaya marketing yang dilaksanakan berdasarkan laba, bukan volume penjualan.
4. Marketing yang sukses bersandar pada pengetahuan mengenai angka dan mengetahui kebiasaan audiens sasaran, bukan hanya menerka-nerka.
5.Fokus pada kualitas tinggi dalam produk dan jasa Anda. Saat Anda memutuskan memperluas jajaran produk Anda, pastikan apa yang Anda jual itu berhubungan erat dengan produk utama. Selalu berpikir mengutamakan kualitas tinggi dan hindari kualitas rendah yang menghancurkan reputasi.
6.Jangan menyerah untuk mendapatkan pelanggan baru, tetapi di saat yang sama juga carilah cara untuk merawat pelanggan setia dan transaksi yang lebih besar dari basis pelanggan yang ada.
7.  Carilah peluang untuk bekerjasama dengan pihak lain untuk memajukan usaha, bahkan jika itu adalah pesaing Anda.
8.Temukan kombinasi strategi marketing yang menghasilkan hasil terbaik untuk Anda. Misalnya, bisa jadi itu gabungan antara penggunaan blog, artikel, dan jejaring sosial, serta kartu pos. Setiap bagian kanal marketing Anda akan membantu pekerjaan lain.
9. Fokus pada terbangunnya hubungan baru dalam berbisnis. Hubungan yang baik dapat menggiring kita ke naiknya angka penjualan di masa depan.
10.Teknologi adalah teman Anda. Jangan menyia-nyiakannya. Perkembangan terbaru dalam teknologi memberikan peluang untuk memaksimalkan marketing bisnis rumahan Anda setiap harinya.
11. Terdapat banyak alat yang tersedia yang akan mebantu meningkatkan keuntungan. Banyak yang gratis.
12.Jaga agar tetap sederhana. Jangan mempersulit dan membuat menjadi lebih kompleks. Ini akan mempermudah Anda mengendalikan bisnis.

Rabu, 13 Februari 2013

Populerkan Merek dengan Waralaba

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Siapa tak kenal sistem waralaba alias franchise sekarang ini? Waralaba bisa didefinisikan sebagai sebuah perikatan dimana salah satu pihak diberikan hak memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) atau pertemuan dari ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain tersebut dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan jasa.
Kadang pebisnis merasa putus asa saat menghadapi berbagai kendala dalam memasarkan merek yang ia miliki. Nah, jika Anda juga menghadapi problem serupa (merek tak kunjung dikenal orang). Jangan khawatir, mungkin sistem waralaba adalah jawaban yang Anda tunggu selama ini. Lalu seberapa menguntungkannya jika kita membuat sebuah waralaba dengan merek yang kita miliki?

Menurut Peni R. Pramono, konsultan keuangan dan pelatih kewirausahaan, kemitraan bisa dibangun untuk membuat lebih banyak orang menyadari kehadiran merek Anda di pasar (meningkatkan brand awaraness).  Selain itu, risiko yang kita tanggung sendirian pada awalnya bisa dibagi-bagikan kepada mitra. Kemitraan membuat merek kita bisa menjangkau lebih banyak pasar dan dengan sendirinya membuat lebih banyak orang mengenal dan menggunakannya.

Lalu untuk membangun kemitraan atau partnership, kita juga perlu banyak persiapan. Sebuah poin penting yang patut diingat sebelum mengembangkan merek menjadi sebuah sistem waralaba ialah bahwa bisnis waralaba intinya adalah menduplikasi atau mereproduksi apa yang sudah ada. Pewaralaba (franchisor) perlu cermat dalam memilih hal-hal yang bisa dibagikan kepada para terwaralaba (franchisee) karena jika kurang cermat, hal-hal yang seharusnya tetap menjadi ‘resep rahasia dapur’ menjadi terbuka ke banyak orang.

Bagi pemilik merek/ usaha yang ingin berfokus pada pemantapan kualitas produk dan merek yang ia jual, menyewa jasa seorang konsultan dan agensi merupakan solusi terpraktis untuk membangun sistem waralaba bagi merek Anda. Mereka inilah yang akan melaksanakan riset pemetaan untuk Standard Operational Procedure (SOP) yang akan dibagikan kepada para terwaralaba. Agensi juga bisa memberikan bantuan dalam menemukan mitra yang setara.

Sabtu, 26 Januari 2013

Riyadh Ramadhan, Jutawan Muda Berkat Bisnis Gorengan

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Kendati usianya masih muda, Riyadh Ramadhan sudah berani memulai usaha. Di usia 19 tahun, ia sudah memiliki bisnis gorengan di Surabaya dengan omzet ratusan juta per bulan. Bisnis ini dirintisnya tahun 2009, saat ia masih berusia 16 tahun.

Saat itu, ia baru duduk di kelas satu sekolah menengah atas (SMA). Lantaran usianya yang masih belia, ia pernah dinobatkan sebagai Entrepreneur Termuda 2010 versi Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Riyadh memulai bisnis secara autodidak. Semua berawal dari kegemarannya memasak. Suatu ketika, naluri bisnisnya bangkit setelah melihat peluang usaha gorengan. "Saya melihat di Surabaya banyak penjual gorengan, lalu saya berpikir untuk membikin sendiri," kata Riyadh.

Keinginan untuk berbisnis itu kemudian diutarakannya kepada kedua orangtuanya. Walau masih muda, orangtua Riyadh menyambut baik keinginan anaknya itu untuk berbisnis. Kebetulan, orangtua Riyadh memang memiliki jiwa bisnis.

Mereka berprofesi sebagai wiraswasta. Namun, usaha yang mereka kelola bukan bergerak di bidang makanan. "Mereka mengelola lembaga pendidikan," ujar Riyadh.

Tekad Riyadh Ramadhan untuk memiliki bisnis di usia muda sangat kuat. Karena tekad yang kuat itu, ia pun tak risih meski harus harus memulai usaha dari menjajakan gorengan di sekolahnya.

Riyadh memang mengawali kesuksesan bisnisnya sebagai penjual gorengan. Pertama menjadi penjual gorengan, dia membidik teman-teman sekelasnya sebagai konsumen.

Setiap jam istirahat sekolah, Riyadh tidak sungkan mengeluarkan dagangan yang ia bawa setiap hari dari rumah. Sebagai remaja yang baru duduk di bangku sekolah menengah atas (SMA), sebenarnya dia agak canggung dan malu berjualan di sekolahnya.

Apalagi, Riyadh juga sering menjadi bahan olok-olokan dari teman-teman sekolahnya. "Beberapa nada sumbang berupa ejekan sempat terdengar dari teman," kenangnya.

Bukannya berhenti, makin lama makin banyak teman yang mengejeknya sebagai penjual gorengan. Awalnya, ia sempat minder dan ingin mundur dari bisnisnya itu.

Namun, Riyadh tetap berpikir positif bahwa apa yang ia lakukan sudah tepat. Lagi pula, dia merasa tidak ada yang dirugikan dari bisnisnya itu.
Sementara bila mundur, keinginannya untuk memiliki usaha akan pupus. "Orangtua saya juga sering menguatkan mental saya untuk tidak mundur hanya karena mendapat ejekan dari teman," ujarnya.
Orangtua saya juga sering menguatkan mental saya untuk tidak mundur hanya karena mendapat ejekan dari teman

Atas dorongan orang tuanya, Riyadh berusaha membuang jauh-jauh semua perasaan sakit hati yang ia alami di sekolah. Namun, seiring berjalannya waktu, justru banyak temannya yang mulai menyukai gorengannya. Bahkan,teman-teman yang tidak sekelas dengannya juga ikutan meminati gorengan buatan Riyadh.

Lantaran pesanan gorengannya makin banyak, ia selalu berusaha bangun tidur lebih awal untuk mempersiapakan dagangannya. Riyadh selalu bangun tidur jam tiga dinihari setiap hari. Di pagi buta itu, dia menyiapkan semua bahan yang diperlukan, termasuk meracik sendiri tepung gorengannya. "Saya menjalani semuanya dengan semangat," katanya.

Selama setahun menjajakan gorengan di sekolah, ia pun mulai terpikir untuk mengembangkan usahanya. Hingga suatu saat Riyadh menemukan ide untuk membuka kafe di mal.

Lagi-lagi, orangtuanya mendukung penuh rencananya tersebut. Berbekal keuntungan usaha selama setahun serta sokongan dana dari orangtuanya, Riyadh pun mulai merintis pendirian kafe di salah satu mal di Surabaya.

Riyadh memberi nama kafe itu Go Crunz, yang sampai sekarang masih menjadi label usahanya. Di kafe itu ia menyediakan menu gorengan, seperti kentang, jamur, ayam, dan otak-otak ikan. Selain gorengan, ia juga menyediakan beragam pilihan minuman. Tak ingin mengecewakan orangtua yang sudah mendukungnya dan juga tanggung jawab terhadap diri sendiri karena uang tabungannya ludes untuk modal usaha, Riyadh pun total di bisnis ini.

Dengan label Go Crunz, ia menawarkan menu gorengan, seperti kentang, jamur, dan ayam, hingga otak-otak ikan. "Total ada sembilan menu gorengan," katanya.

Gorengan itu dibanderol Rp 6.000-Rp 9.000 per kotak. Setiap kotak berisi empat sampai lima gorengan. Ternyata, banyak yang menyukai gorengan buatan Riyadh. Lalu dia membuka dua gerai lagi dengan konsep booth.

Dari ketiga gerai itu, total omzet yang didapatnya mencapai Rp 120 juta per bulan, dengan laba sekitar 40 persen dari omzet. Lantaran respon pasar positif, sejak tahun 2010, Riyadh resmi menawarkan kemitraan usaha. Saat ini, jumlah gerainya sudah 12 gerai.Perinciannya, tiga milik sendiri dan sisanya milik mitra. Mitra usahanya itu tersebar di beberapa kota, seperti Jakarta, Bekasi, Malang, hingga Balikpapan.

Dalam kemitraan ini, ia menawarkan dua paket investasi. Yakni, paket booth sebesar Rp 39 juta dan paket kafe Rp 110 juta. Berdasarkan pengalamannya, omzet paket booth ditargetkan Rp 500.000-Rp 700.000 per hari. Sementara paket kafe Rp 1,5 juta-Rp 2 juta per hari.Dalam kemitraan ini, ia memasok bumbu dan kemasan kepada seluruh mitra bisnisnya.

Guna mengembangkan usahanya, ia kemudian menawarkan kemitraan pada Oktober 2010. Guna menjaring mitra, Riyadh rajin mengikuti pameran waralaba di daerahnya.Kerja kerasnya tidak sia-sia. Di bulan pertama menawarkan kemitraan, ia sukses menjaring tujuh mitra.

Sukses di usia muda mungkin menjadi impian banyak orang, begitupun Riyadh Ramadhan. Ia tak menyangka, bisnisnya akan tumbuh cepat. Toh begitu, tak mudah membangun bisnis di usia belia.

Riyadh mengaku banyak kendala yang ia hadapi. Misal, ia sempat kesulitan membuat sistem manajerial usaha yang baik. Alhasil, ia sering gonta-ganti karyawan lantaran kinerja pegawainya tak memuaskan. "Karena usia saya yang lebih muda, banyak karyawan yang tak menghormati saya sebagai pimpinan, sehingga kinerja mereka tak maksimal," terangnya.

Tak kehabisan akal, Riyadh pun rajin melahap buku mengenai manajemen dan kepemimpinan. Ia pun kerap mengikuti ajang entrepreneurship bagi anak muda seusianya.

Meski tak menyabet predikat sebagai juara, Riyadh tak berkecil hati. "Tujuan utamanya bukan juara, tapi lebih pada pembelajaran karakter dan jiwa kepemimpinan dari para pengusaha muda," ungkapnya.

Bukan sekadar memetik ilmu, dari ajang kompetisi itu Riyadh juga bisa membuka jaringan yang lebih luas. Dari situ, ia mulai belajar akan pentingnya manajerial usaha agar usaha makin berkembang. "Dalam usaha, pemasaran memang penting tapi belajar menjadi seorang pimpinan yang baik juga tak kalah penting," katanya.

Dari kompetisi tersebut, Riyadh mengaku pikirannya kian terbuka. Masih banyak pekerjaan rumah yang harus ia benahi, terutama manajemen usaha. Hal utama yang langsung Riyadh lakukan adalah mengubah gaya kepemimpinannya.

Riyadh bilang, ia sekarang lebih tegas namun bukan berarti berubah jadi pribadi yang galak dan ditakuti karyawannya. Selain itu, ia mencoba menerapkan metode kekeluargaan dalam manajemen Go Crunz.

Dengan perubahan gaya kepemimpinan itu, sekarang manajemen usahanya jauh lebih solid. "Dalam beberapa bulan terakhir, tidak ada lagi gonta-ganti karyawan," jelasnya.

Bukan itu saja, menyadari bahwa ia adalah principal dari sebuah brand yang juga melibatkan orang lain, Riyadh menganggap semua mitra usahanya merupakan saudara dekatnya. Hal ini pula yang membuat dia cenderung lebih selektif memilih mitra usaha.

Salah satu patokannya memilih mitra adalah merasa klop saat pertama kali bertemu dengan calon mitra. "Jadi ada chemistry dalam berkomunikasi," ungkap mahasiswa jurusan Desain Manajemen IBMT International University ini.

Insting itulah yang akhirnya membuat Riyadh memiliki sembilan mitra. Dia mengklaim semuanya loyal dan memenuhi ekspektasi membesarkan franchise Go Crunz.

Kendati bisnisnya makin mengembang, tak membuat Riyadh cepat puas. Ia mengatakan, masih harus terus belajar agar usaha kian membesar. Ia pun menyimpan mimpi bahwa merek Go Crunz dalam beberapa tahun ke depan bisa go international seperti Kebab Baba Rafi milik Hendy Setiono. Ia menyebut Hendy sebagai mentor andal dan telah menginspirasi dirinya.

Senin, 14 Januari 2013

Bisnis Opak Achyar-Paliha Omzetnya Rp 760 Ribu Sehari

alat pengembang roti, alat roti, bisnis online, bisnis roti, bisnis sukses, cold showcase, divider rounder, dough moulder., dough sheeter, hotel, ic board, kuliner, loyang roti, meja kerja, mesin bakery, mesin roti, mesin roti bekas, mesin roti murah., mixer murah, mixer roti, moulder, oven lokal, oven murah, oven otomatis, oven roti, proofer hemat daya, proofer murah, proofer otomatis, proofer room., proofer roti, rak loyang, restoran, rotary oven, sparkling, steamer, steamer donuts, toko roti, usaha roti, usaha sampingan, usaha rumah tangga,work table
Tanpa memedulikan terik matahari, Paliha Humairo membalikkan opak yang dijemur di depan rumahnya. Ada ratusan opak, yang dijemur dengan diwadahi beberapa tempat yang terbuat dari anyaman bambu. Setelah kering, opak-opak itu digoreng menggunakan pasir untuk kemudian dijual.

Paliha sudah membuat opak bersama suaminya, Achyar Suhada sejak 10 tahun lalu. Sebelumnya, orangtua dari delapan anak itu berdagang telur ayam. Namun, keduanya kurang berhasil memasarkan barang dagangan mereka.

Setelah itu mereka banting setir berjualan opak, ternyata hasilnya begitu menggiurkan. Apalagi keduanya tidak perlu memasarkan produk, karena konsumen langsung datang ke rumahnya di RT 05/03, Kampung Sukamanah, Desa Bojongkunci, Kecamatan Pamengpeuk, Kabupaten Bandung.

Achyar mengatakan, setiap hari rata-rata memproduksi 28 kg opak yang sudah jadi. Dari jumlah tersebut, setiap harinya laku antara 20-25 kg. Harga per kilogram opak sebesar Rp 38 ribu. Dengan demikian pasangan Achyar-Paliha bisa mengantungi omzet sekitar Rp 760 ribu sehari.

"Alhamdulillah, yang datang ke rumah untuk membeli opak banyak. Dalam satu hari, rata-rata bisa habis bahan baku beras ketan sampai 25 kilogram.Yang beli bisa dari Ciwidey, Cililin, atau daerah sekitarnya," kata pria berusia 52 tahun ini ketika ditemui di rumahnya.

Opak tersebut terbuat dari beras ketan, gula pasir, garam, dan parut kelapa. Pembuatannya harus melalui proses penumbukan, perendaman, untuk kemudian dikeringkan. Setelah kering, opak-opak itu digoreng menggunakan pasir. Opak yang sudah jadi bisa bertahan enam bulan.

"Kalau digoreng pakai minyak, hanya bisa bertahan maksimal selama sepekan. Kalau pakai pasir bisa sampai enam bulan. Selain itu, penggorengan tanpa minyak itu tidak mengandung kolesterol. Saya juga terima pesanan," ujar pria yang juga berprofesi sebagai guru agama di  taman pendidikan Alquran di Kampung Sukamanah ini.

Pada musim kemarau seperti sekarang, Achyar bisa memproduksi berapapun opak sesuai pesanan. Penjualan meningkat biasanya terjadi pada bulan Puasa, yang bisa mencapai lima kali lipat dibandingkan hari biasa. Harganya pun lebih mahal Rp 9.000 dibandingkan hari biasa.

"Puasa kemarin, harga per kilo saya jual Rp 44 ribu. Permintaan meningkat, dan bisa dilihat dari angka penjualan yang mencapai lima kali lipat per hari. Kalau musim kering ini bagus, karena opak bisa kering alami. Tapi kalau musim hujan, biasanya kami panaskan pakai api," ujarnya.

Menurutnya, kendala yang ditemui pembuat opak adalah harga bahan baku yang terus naik. Seperti harga gula pasir, yang saat ini sudah mencapai Rp 14 ribu per kg. Sementara pada saat musim hujan, biasanya Achyar tidak bisa menambah jumlah produksi sesuai pesanan.

Selasa, 08 Januari 2013

Mengintip Kesuksesan Getuk Goreng H Tohirin

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Getuk makanan olahan dari ketela itu memang memiliki cita rasa yang khas. Sebagai kudapan yang biasa disajikan bersama teh atau kopi itu juga sering menjadi oleh-oleh di kala habis bepergian ke luar kota terutama di daerah Jawa Tengah.

Tapi siapa sangka jika getuk yang merupakan makanan sederhana itu bisa menjadi bisnis warisan Keluarga H Tohirin bahkan sampai 10 dasawarsa terakhir ini? Yap itulah kenyataan yang terjadi pada bisnis getuk goreng asli H Tohirin yang berada di Sokaraja, Purwokerto, Jawa Tengah.

Toko yang menjual getuk itu sudah dimulai pada 1918 silam. Praktis usia bisnis getuk itu sudah mencapai 94 tahun atau hampir mencapai 100 tahun. Bagaimana sih awal mulanya?

Begini ceritanya. Dulu pencipta getuk goreng ini adalah Mbah Sarpingad yang sudah almarhum. Ia bersama istrinya Sayem, adalah pedagang warung nasi biasa berdinding anyaman bambu. Nah selain menjual nasi dan lauk pauk, ia juga menjual penganan khas Jawa yaitu getuk basah.

Sayangnya getuk singkong itu tawar jadi tidak terlalu laku. Suatu ketika Mbah Sarpingad ini berpikir keras, bagaimana caranya agar getuk itu masih bisa diolah daripada dibuang begitu saja. Ia pun memiliki ide untuk menggoreng saja getuk tersebut dengan menambahkan gula kelapa.

Hasilnya? Luar biasa enak. Rasanya pas dengan lidah konsumen yang biasa datang ke warung nasi Mbah Sarpingad tersebut. Darisitulah mulai promosi secara getuk tular dan membuat makanan olahan getuk goreng itu lantas terkenal ke pelanggan lainnnya. Mbah Sarpingad pun menamakannya dengan nama Getuk Kamal. Alasannya karena getuk goreng itu dijual di bawah pohon kamal atau asem.

Nah, usaha getuk goreng ini pun  terus berlanjut ke menantu laki-lakinya Tohirin setelah simbah meninggal dunia. Di tangan Tohirin inilah getuk goreng dipoles dengan lebih cantik di tahun 1967. Ia pun memutuskan untuk berbisnis getuk saja dan mulai meninggalkan bisnis warung nasi.

Pilihan itu pun tepat. Buktinya getuk gorengnya pun semakin terkenal. Bahkan mulai menjadi oleh-oleh setiap pelancong saat berkunjung ke Purwokerto. Perlahan warung getuk goreng yang sederhana itu berubah menjadi bangunan permanen layaknya tempat menjual jajanan oleh-oleh khas Purwokerto. Tohirin pun akhirnya naik haji.

Usaha Tohirin dalam memajukan getuk goreng patut diacungi jempol. Tak hanya mempatenkan cita rasa getuk goreng khas miliknya itu, ia bahkan menambahkan kata "Asli" di depan nama getung goreng tersebut. Sebab ia sadar bahwa saingan pun mulai banyak bermunculan di wilayah Sokaraja. Dengan menambahkan kata tersebut maka getuk gorengnya bisa bersaing secara sehat.

Pada 1990-an, Tohirin menyerahkan tongkat estafet pengelolaan usaha getuk goreng kepada ketiga anaknya: Hj. Ning Waryati, Slamet Lukito dan Hj. Warsuti. Di tangan ketiga anaknya inilah, bisnis getuk goreng tumbuh makin pesat. Pada masa ketiga anaknya inilah getuk goreng ini dipatenkan dengan nama Getuk Goreng Asli H. Tohirin. “Sejak 1997 kami sudah memiliki paten,” ujar Ning Waryati, anak sulung Tohirin yang kini berusia 55 tahun.

Di masa kepemimpinan Tohirin, jumlah toko hanya tiga. Adapun di bawah pengelolaan anak-anaknya hingga pertengahan 2010, jumlah gerai getuk goreng Asli H. Tohirin mencapai 10. Sembilan di Sokaraja dan yang satu lagi di Buntu, Banyumas. Tidak tertutup kemungkinan gerainya akan terus berkembang. “Kami membuka outlet berdasarkan kebutuhan pasar,” ujar Slamet Lukito, anak kedua H. Tohirin.

Menurut Isnaini Nurkhumayah, putri kedua Ning Waryati sekaligus pemilik toko Asli I, untuk sukses dalam usaha ini ia dan keluarganya sangat menjaga kualitas produk. Untuk meningkatkan kepercayaan dan keyakinan pelanggan, proses produksi getuk goreng yang dilakukan secara tradisional bisa mereka saksikan.

Proses produksi itu dilakukan di ruangan khusus di bagian belakang toko. Di tempat inilah, setiap hari puluhan karyawan — semua laki-laki — sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Ada yang mengukus singkong, ada yang menumbuk di lumpang dengan alu-alu yang panjang, dan ada juga yang menggoreng. Begitu getuk jadi, langsung dibawa ke toko depan untuk dijual langsung ke konsumen. “Pekerjaan di sini butuh tenaga yang kuat, jadi pada umumnya dikerjakan lelaki,” ujar Isnaini.

Satu hal yang menarik, meski permintaan pasar cukup tinggi, pemilik Toko Tohirin tetap mempertahankan proses produksi yang tradisional. Contohnya, untuk mengukus mereka masih menggunakan dandang dan tungku berbahan bakar kayu. Lalu, untuk membuat adonan getuk mereka masih menggunakan cara ditumbuk.

Kemasan pun juga terkesan tradisional menggunakan besek yang ukurannya disesuaikan dengan berat getuk gorengnya. Di dalam ruangan memang ada alat penggiling bertenaga diesel, tetapi hanya digunakan untuk memecah ketela — tidak sampai melembutkan. “Mesin penggiling ini pun hanya digunakan bila permintaan banyak, sehari sampai lima kuintal lebih,” kata Isnaini.

Proses produksi getuk goreng yang dijalankan keluarga ini sebenarnya sederhana. Ketela yang sudah dikupas dikukus sampai matang, lalu ditumbuk. Setelah halus baru dicampur dengan gula kelapa asli. Maklum, di pasaran banyak beredar gula kelapa tak lagi asli karena dicampur dengan bahan lain untuk menambah berat. S

Sebelum dicampur dengan adonan getuk, gula harus direbus untuk menjadikannya seperti pasta. Nah, untuk merebus gula ada takarannya juga. Untuk 20 kg gula hanya digunakan satu gelas air. “Gulanya kami datangkan dari produsennya langsung dan kami sudah terikat perjanjian,” ujar Isnaini lagi.

Rabu, 02 Januari 2013

Muhammad Hilmy: Rambah Pasar Cina dengan Jenang “Sinar 33”

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Untuk kembangkan usaha, diperlukan ketangguhan dan ketrampilan berbisnis yang tidak ala kadarnya. Apalagi jika sudah menjangkau pasar negara lain yang lebih kompetitif dan berkarakteristik lain dari pasar domestik. Inilah yang berhasil dilakukan oleh Muhammad Hilmy, seorang entrepreneur asal kota Kretek  Kudus yang menjadi Direktur Utama perusahaan produsen jenang terkemuka, PT Mubarokfood Cipta Delicia.

Perlu diketahui bahwa perusahaan penghasil jenang yang masyur dengan merek “Sinar 33” itu awalnya hanyalah industri rumahan yang dikelola dengan manajemen tradisional. Hilmy adalah generasi ketiga yang mewarisi bisnis jenang ini dari kakek dan ayahnya. Hilmy mengangkat jenang “Sinar 33”, makanan lokal Kudus, menjadi makanan yang dikenal di banyak tempat bahkan mancanegara dengan konsistensi dan komitmen yang sudah teruji.

Usaha pembuatan jenang yang menjadi cikal bakal PT Mubarokfood Cipta Delicia didirikan pada tahun 1910. Kakek dan nenek Hilmy, Mabruri dan Alawiyah, ialah pendirinya. Kegiatan produksi saat itu hanya dilaksanakan berdasarkan datang tidaknya pesanan dari konsumen.

Karena pembuatan jenang terus ditekuni dan menunjukkan hasil yang cukup bagus , akhirnya Alawaiyah memberanikan diri menjualnya. Pertama jenang buatannya dijual di pasar Bubar yang dulunya bekas terminal Menara yang ada dua pohon beringinnya.
“Beliau merupakan generasi pertama yang membuat jenang Kudus,” kata Hilmy yang sehari-hari berkantor di Jalan Sunan Muria no 33 ini.
Saat itu, penjualan jenang mengalami kemunduruan karena dalam masa penjajahan. Sehingga keluarganya sulit mencari bahan baku dan sempat terhenti dalam proses produksi. Setelah kondisi membaik, akhirnya mereka kembali aktif.
Setelah meninggalnya Mabruri tahun 1940, pembuatan jenang beralih ke generasi kedua, Ahmad Shohib yang juga ayah Hilmy. Shohib dengan penuh dedikasi juga mengembangkan usaha jenang ini.
Shohib memunculkan visi pengembangan jenang ke depan. Di tahun 1946 ia melakukan upaya perlindungan merek dagang jenang “Sinar 33”. Pada saat itu, hanya segelintir orang yang berpikir demikian.
Generasi kedua berakhir karena faktor usia. Bulan Juli 1992, Hilmy putra Shohib mulai mengambil alih pengelolaan bisnis. Hilmy mulai menata usaha agar lebih modern dan mencari sumber daya manusia yang berkualitas untuk menjad motor penggerak usaha ini.
Hilmy menyadari bahwa faktor SDM menjadi faktor kunci dalam memajukan usaha jenangnya. “ Untuk maju, kita membutuhkan SDM yang bisa diajak berlari untuk meraih target yang ditentukan namun karena SDM kurang, kita agak terkendala,” ungkap bapak 5 anak ini.
Di tahun ke5 kepemimpinannya, Hilmy masih mempertahankan sisa SDM yang ada di generasi kedua. Menurutnya pergantian SDM secara drastis akan menimbulkan goncangan.
Setelah menapaki 5 tahun kedua, ia mulai mencari SDM yang lebih baik yang berasal dari kalangan akademisi dan memiliki ketrampilan yang dibutuhkan perusahaan untuk bisa berkompetisi di era modern ini. Saat itu, perusahaan lebih terbantu berkat dilakukannya rekrutmen SDM baru.
Uniknya, meskipun mengakui membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan  akademis dan bisnis, Hilmy tak melupakan aspek sprititualitas dalam merekrut. Ia mementingkan isu kejujuran dalam rekrutmen.
Ternyata ini bukannya tanpa alasan. Hilmy mengakui memiliki pengalaman pahit dengan tenaga pemasaran dari salah satu perusahaan makanan bermerek. Sisi akademis dan skill maupun pengalaman sudah tak diragukan lagi tapi setelah dua tahun bekerja, Hilmy menemukan penyimpangan yang dilakukan oknum tersebut. Oknum tersebut kedapatan membuat kesepakatan di luar perusahaan di area pemasaran Jabodetabek. “Kita butuh karyawan yang tahu bahwa selain ia diawasi oleh pimpinan, ia juga diawasi oleh Sang Pencipta,” tekannya.
Kini Hilmy tak berpangku tangan menikmati kesuksesan. Ia mulai berekspansi ke pasar luar negeri seperti Cina dan Hong Kong. Ia mengamati adanya perkembangan yang menjanjikan di sana setelah mengikuti pameran di sana. PT Mubarokfood Cipta Delicia bahkan akan menyewa satu mini mall di Cina.
Untuk target 2012, ia dan segenap jajarannya siap bekerja keras dalam menaikkan pamor perusahaan tersebut sehingga menjadi pemimpin pasar alias market leader di industri makanan lokal.

Kamis, 28 Juni 2012

RAUP RP 1,5 MILLIAR DARI MY BENTO

Merintis usaha sejak tahun 2006, Dede Sulaiman kini sukses mengelola bisnis dekorasi bento. Di bawah bendera usaha My Bento, bisnisnya berkembang dengan omzet mencapai Rp 1,5 miliar per bulan, dengan laba 30%.

Omzet sebesar itu didapat dari 15 gerai bento miliknya yang tersebar di Karawang, Depok, Garut, Subang dan Indramayu. Itu belum termasuk 55 gerai My Bento milik para mitra usahanya yang tersebar di berbagai daerah.

Maklumlah, usaha yang berbasis di Pondok Gede, Jakarta Timur ini sudah menawarkan kemitraan sejak tahun 2007 silam. Dalam kerja sama kemitraan ini ia menawarkan paket booth, indoor, dan restoran.

Menurut Dede, bento disukai karena rasanya yang cocok dengan lidah masyarakat Indonesia. Dengan dihias, penggemar bento pun semakin banyak.

Namun, untuk menarik minat konsumen, hiasan bento harus benar-benar unik dan menyedot perhatian konsumen. Selama ini, Dede banyak menyajikan hiasan bento berdasarkan tema-tema tertentu, seperti ulang tahun, acara kantor, sunatan, launching produk dan pesta-pesta lainnya.

"Menghias bento sesuai dengan tema tertentu tidaklah gampang," katanya.

Dede bilang, seni menghias bento membutuhkan keterampilan dan pengalaman. Agar karyawannya dapat menghias bento sesuai permintaan konsumen, ia pun kerap memberikan pelatihan secara intensif dan terus-menerus.

Hingga saat ini, total karyawan yang bekerja di gerai My Bento sudah 450 orang. Setiap gerai memiliki enam sampai 10 karyawan. "Para karyawan ini harus diperkuat keahliannya menghias bento," ujarnya.

Kendati persaingan makin ketat, Dede mengaku potensi pasar bento masih besar. Ia bisa sukses mengelola bisnis ini karena rajin membuka jaringan hingga ke daerah-daerah di luar Jabodetabek. Sampai saat ini, jaringan bisnisnya sudah mencapai Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Dede memilih fokus memperkuat jaringan di daerah karena persaingannya yang belum begitu ketat. Selain itu, "Bento juga sangat diminati di daerah-daerah," katanya.

Dede menawarkan sejumlah menu dengan dekorasi yang berbeda-beda, seperti tepanyaki, chicken katsu, tempura, dan yakiniku. Agar produknya diminati banyak orang, Dede memakai bumbu dan bahan baku yang halal serta bercita rasa lokal, seperti menggunakan rempah-rempah tradisional.

Senin, 25 Juni 2012

DULU GEMAR MAKAN ROTI, KINI JADI JURAGAN ROTI

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Berawal dari kesukaan menyantap roti, Maya Donna sukses menjadi salah satu produsen roti ternama di Palembang. Omzetnya dalam sebulan mencapai Rp 200 juta. Dengan 25 karyawan, ia memproduksi ribuan roti saban hari.

Berangkat dari hobi, Maya Donna sukses mengembangkan usaha pembuatan roti di Palembang, Sumatra Selatan. Di bawah bendera usaha CV Adya Pratama, ia memproduksi roti dengan merek My Bakery. Dalam sehari, ia memproduksi sebanyak 1.000 roti manis aneka rasa, 500 roti kombinasi, 250 bungkus roti tawar, serta puluhan snack dan kue lain untuk keperluan meeting dan acara lainnya. "Kami juga sering melayani pesanan kue blackforest setiap hari," ujar ibu dua putri ini.

Untuk membuat roti sebanyak itu, Maya dibantu 25 karyawan dan menghabiskan sekitar 175 kilogram tepung terigu per hari. Guna menopang penjualan, dia membuka delapan gerai di Kota Pempek itu.

Dua dari delapan gerai itu adalah milik Maya. Sisanya kepunyaan teman dan kerabat yang menjadi mitra usahanya. "Kebetulan sejak awal 2012 lalu saya membuka kemitraan terbatas," katanya seperti dikutip dari Kontan.co.id.
Maya mengaku, dari seluruh roti yang ia bikin, sekitar 90%-nya habis terjual setiap harinya. Dengan harga jual sekitar Rp 5.000 per pieces, dia meraup omzet Rp 7 juta - Rp 8 juta sehari, atau rata-rata Rp 200 juta sebulan. Sayang, ia tak menyebut berapa laba yang diperolehnya dari usaha ini.

Selain menjual lewat gerainya, Maya juga menitipkan produk rotinya ke beberapa toko kelontong di sekitar Palembang. "Kami bersyukur cara itu sejauh ini cukup efektif mendongkrak penjualan," ungkap istri Ardiansyah ini.

Atas prestasinya itu, Maya pun masuk sebagai finalis Wirausaha Muda Mandiri 2012 yang diselenggarakan oleh Bank Mandiri.

Sebelum merintis usaha ini, Maya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan penghasil tepung terigu. Di perusahaan itu, ia bekerja selama dua tahun, sebelum akhirnya memilih untuk mundur dan memulai bisnis roti dari nol. "Kebetulan saat itu saya punya anak bayi berusia lima bulan, sehingga tak memungkinkan untuk ditinggal bekerja," tutur Maya.

Bisnis roti ini Maya rintis sejak Mei 2008 lalu. Usaha tersebut dia pilih karena sejak kecil doyan makan roti. Tidak hanya penyuka roti, ia juga hobi membuat aneka kue dan roti.

Sebagai penyuka roti, dia melihat di kotanya belum ada produsen roti yang membidik konsumen kelas menengah. Kebanyakan, hanya menyasar kalangan bawah dan atas.

Untuk kalangan atas, produk roti di Palembang dijual dengan harga paling murah Rp 8.000 per pieces. Sementara untuk kelas bawah dibanderol seharga Rp 1.500 per pieces.

Karena belum ada yang fokus menggarap segmen menengah, Maya kemudian memutuskan untuk mengisi kekosongan pasar itu. Di segmen pasar ini, ia menjual rotinya di kisaran harga Rp 5.000 per pieces. "Roti untuk kalangan menengah adalah roti yang murah, enak, dengan kemasan yang menarik," jelasnya.

Setelah empat tahun berjalan, roti buatan Maya kini semakin diminati warga Palembang dan sekitarnya. Merek rotinya pun mulai dikenal masyarakat.

Selasa, 19 Juni 2012

MENYALURKAN HOBI DENGAN BERBISNIS ANEKA KUE

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Berawal dari hobi, Suhartina mengawali bisnis roti manis dan aneka cake.
Suhartina Mursido lahir di kota Lampung, 45 tahun lalu. Sejak duduk di bangku sekolah menengah bu Tina begitu panggilan akrabnya sangat gemar dalam membuat kue-kue. Namun, kegemarannya itu belum sampai terpikir untuk dijadikan sebuah peluang usaha yang menjanjikan. Setelah menikah, ibu dua putra ini tetap meneruskan hobinya hingga para tetanggapun mencicipi kue buatannya. Beberapa tetangga akhirnya mempercayakan kualitas kue yang lezat di tangan bu Tina. Mulai dari sana, tepatnya tahun 2000 saat lebaran ataupun hari-hari besar lainnya, bu Tina mulai disibukkan dengan membuat kue-kue pesanan para tetangganya. Didik Mursido adalah suami yang sangat mendukung hoby istrinya dalam menyalurkan hoby dengan berbisnis aneka kue. Dengan alasan tersebut maka, Pak Didik memutuskan untuk pensiun dini dan membantu segenap jiwa raga untuk berbisnis kue dengan istrinya.
Tahun 2006 pak Didik dan bu Tina, benar-benar mulai menekuni bisnis yang sekaligus hobinya itu. Bisnis yang awalnya hobi kini dijadikannya bisnis profesi. Dengan modal awal sekitar 35 juta yang dialokasikan untuk merenovasi rumah yang sebagai tempat tinggal juga ditambah fungsinya sekaligus menjadi rumah produksi aneka kue, selanjutnya membeli peralatan yang mendukung dalam pembuatan kue, membeli sebuah sepeda motor untuk kemudahan dalam memasarkan produknya dan sisanya untuk membeli bahan baku.
aneka kue kering 250x187 Menyalurkan Hoby Dengan Berbisnis Aneka KueUntuk menunjang keterampilannya dalam membuat kue, bu Tina sering mengikuti pelatihan-pelatihan atau kursus pembuatan aneka macam kue. Selain membuat kue-kue kering, bu Tina juga pandai membuat tart, kue manis, bolu, sifon, donat dan juga menerima pesanan snack. Untuk pendapatan sehari-harinya bu Tina dan pak Didik menjual roti manis dan roti sobek aneka rasa mulai dari rasa coklat, strawberry, nanas, moca dll. dengan bentuk roti yang beraneka ragam dan unik. Harganyapun sangat terjangkau hanya Rp 1.500,. saja. Kini pak Didik telah menitipkan rotinya pada 90 toko di daerah Sleman.
Proses pembelajaran yang panjang dalam memulai bisnis roti dan kue ini, serta pengalaman yang banyak dalam membuat kue dan cake. Membuat usaha roti, kue dan cake Kitta ini bertahap semakin berkembang hingga mampu membuat outlet kecil dan sederhana di teras rumahnya. Meskipun begitu, pak Didik dan istri sangat bersyukur karena semakin bertambah saja pelanggannya ataupun reseller yang suka dengan produknya. Namun ada kekhawatiran tersendiri yang menghampiri pasangan suami istri ini, yakni bila sampai pelanggannya semakin meningkat dan belum mampu melayani dengan baik. Karena selama ini, bisnis kue Kitta ditangani oleh 3 orang saja. Dan kendala yang dihadapi adalah kekurangan tenaga kerja yang memadai, tempat produksi yang sempit sehingga menyulitkan ketika sudah kebanjiran pesanan, peralatan yang seadanya dan modal yang terbatas. Sehingga merasa kesulitan dalam memenuhi pesanan yang sangat banyak. Jadi pak Didik masih membatasi wilayah pemasarannya dan pesanannya saat-saat Idul Fitri akan tiba.

Sabtu, 16 Juni 2012

BROWNIES COOKIES, CAMILAN UNIK YANG LARIS MANIS

MESIN ROTI, MESIN BAKERY, ALAT ROTI, USAHA ROTI, BISNIS ROTI, ALAT ROTI, BAKERY EQUIPMENT
Perkembangan industri kuliner yang semakin moncer, mendorong para pelaku usaha untuk terus bergerilya menciptakan produk-produk baru yang inovatif. Salah satunya seperti inovasi brownies cookies yang diluncurkan Ira Puspita Dewi, warga Jl. Kliningan No.17 Bandung, Jawa Barat yang berhasil menjangkau pasar nasional maupun pasar internasional.
Meskipun aneka macam jenis brownies telah menjamur di kalangan masyarakat umum, namun Ira tidak kehabisan akal untuk menciptakan peluang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Melihat selama ini hanya ada brownies kukus maupun brownies panggang yang banyak beredar di kalangan masyarakat, Ira mencoba membuat terobosan baru brownies cookies yang memiliki cita rasa unik dan didukung dengan tampilan kemasan yang cukup menarik.
cookies1 200x150 Brownies Cookies, Camilan Unik Yang Laris Manis
Mengawali bisnisnya pada tahun 2008 silam, Ira memperkenalkan Smile Cookies sebagai brand produknya dan menawarkan dua produk unggulan yang sangat menawan. Yakni brownies cookies original dengan cita rasa coklat yang cukup pekat, serta cinnamon cookies yang menawarkan kesegaran kayu manis dengan tambahan manisan kulit jeruk, buah cerry, maupun kismis.
Selain menawarkan dua produk unggulan dengan cita rasa yang cukup unik, istri Iwan Setiawan ini mengemas produknya dengan toples atau tabung composite can untuk meningkatkan nilai jual produk yang ditawarkan. Strategi bisnis ini ternyata cukup efektif, bila dulunya Smile Cookies yang dikemas dengan plastik kurang diminati para konsumen, sekarang ini produk Ira terlihat semakin eksklusif dengan kemasan kaleng dan digemari kalangan anak muda, orang tua, hingga para pemilik toko kue yang tersebar di seluruh penjuru nusantara.
Dengan harga jual Rp 25.000,00/pcs, sekarang ini Smile Cookies mulai dipasarkan ke sejumlah kota besar di Indonesia dan menjangkau beberapa negara tetangga di Asia. Sebut saja seperti Jakarta, Bekasi, Bogor, Purwakarta, Depok, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Medan, Palembang, Bengkulu, Kalimantan, Sulawesi, Batam, Papua, hingga mulai menjajaki pasar Malaysia dan Singapura. Untuk memenuhi permintaan pasar yang semakin besar, sedikitnya Ira bisa memproduksi Smile Cookies sekitar 150-200 tabung composite can per hari atau sekitar 2.500 composite can brownies cookies dan cinnamon cookies setiap bulannya.
Dari bisnis tersebut, Smile Cookies bisa mendapatkan omset usaha sekitar Rp 450 juta sampai Rp 500 juta setiap tahunnya, dan menerima laba bersih sekitar 40% dari seluruh omset yang mereka dapatkan.

Senin, 28 Mei 2012

Mas Mono, Pengusaha Kuliner Peraih Asia Pasifik Entrepreneur Award

Perjuangan tidak kenal lelah Agus Pramono berbuah manis. Anak tukang gulali di Madiun, Jawa Timur, itu berhasil mengembangkan usaha di tengah kejamnya hidup di ibu kota. Kini, pria yang akrab disapa Mas Mono ini dikenal sebagai pengusaha kuliner ayam bakar.

masmono0312Saat ini sudah 29 outlet resto milik Mono yang jalan dengan omzet ratusan juta per bulan. ”Saya juga baru ekspansi ke bakso, namanya moncrot,” ujarnya seperti dilansir padangekspres.com.

Tidak hanya itu, Mono juga punya biro travel umrah dan haji, dua taman kanak-kanak Islam terpadu, serta bisnis jasa katering. Total karyawan Mono 1.020 orang.

Mono lantas mengeluarkan buku karyanya berjudul "Rezeki Diantar." Buku itu belum diluncurkan secara resmi. Tapi sudah beredar di kalangan teman-teman bisnisnya. ”Alhamdulillah, yang pesan sudah lebih dari 10 ribu,” katanya.

Sukses Mono tidak datang dengan sendirinya. Namun, lewat perjuangan keras. Merantau ke Jakarta setelah lulus SMA dari Madiun, Mono numpang di rumah kontrakan kakaknya di kawasan Bendungan Hilir. Dia sempat magang di sebuah restoran cepat saji asal AS. Namun, badai krisis moneter pada 1997-1998 membuat perusahaan tempat dia bekerja melakukan PHK besar-besaran. Mono termasuk korbannya.

Tapi, Mono tidak menyerah. Setelah melamar ke berbagai tempat, anak kelima di antara enam bersaudara itu diterima sebagai office boy di sebuah kantor. ”Pekerjaannya ngepel, bikin kopi, sampai antar surat. Pokoknya, semua saya lakoni,” katanya.

Di waktu senggang, Mono minta diajari teman kantornya memakai komputer. ”Saya belajar dari nol,” kata pria yang sering dipanggil Bondet oleh teman kecilnya di Madiun itu. Medio 2001, Mono mengambil keputusan besar. Dia berhenti dari pekerjaannya dan ganti haluan dengan berdagang gorengan. ”Saya pinjam gerobak dorong, ternyata ada seninya lho mendorong gerobak itu,” katanya. Misalnya, jika jalan menanjak, posisi harus ditarik dan tidak boleh dipaksa didorong. ”Awalnya belum tahu. Jadi, gorengan tumpah semua,” katanya.

Saat itu, Mono memberanikan diri mempersunting gadis idamannya, Nunung. Mereka tinggal di kamar petakan 3 x 4 meter. ”Kalau gorengan belum habis, saya taruh di bawah tampah (tempat dari bambu) supaya dikira laris oleh tetangga kos,” katanya, lalu tersenyum.

Suatu ketika, ayah Mono sakit keras. Karena kantongnya tipis, dia tidak bisa pulang menjenguk ke Madiun hingga akhirnya sang ayah wafat. ”Momen ini membuat hati saya sangat sedih. Saya berdoa di makam ayah, saya bertekad harus sukses,” kata Mono.

Siapa sangka, Nunung yang hobi masak ternyata jago membuat ayam bakar. Hal itu menginspirasi Mono. Dia pun mengganti usaha gorengan menjadi ayam bakar. ”Modalnya 500 ribu dan lima ekor ayam,” ungkapnya.

Mono lantas mengganti gerobaknya ke sebuah warung tenda dekat Universitas Sahid, Jakarta. Jualannya laris manis. Saat itu, 80 ayam ludes dalam hitungan jam. Tapi, pada 2004, lokasi dagangnya digusur karena hendak dibuat SPBU. Mono lalu pindah ke Tebet Raya 57. Pada 2006, Mono membuka cabang lain. Namun, isu flu burung membuat bisnisnya terganggu. Omzet restoran Mono anjlok drastis selama beberapa bulan.

Peraih Asia Pasifik Entrepreneur Award 2010 ini terus istiqomah jualan ayam dengan menjaga kebersihan. ”Karyawan tidak boleh gondrong. Harus potong kuku dan cukur jambang. Pokoknya harus bersih,” ujar Mono.

Cabang demi cabang dapat dibangun. Dua tahun lalu, salah seorang konsumen di cabang Depok komplain gara-gara uang kembalian kurang Rp 200. Ayam Mono pun jadi gunjingan di situs-situs media sosial seperti kaskus dan facebook. ”Saya sempat shock dan nggak mau lihat laptop. Down,” katanya. Setelah agak tenang, Mono lantas minta maaf dan menjelaskan bahwa karyawannya sudah diberi sanksi.

Namun, tidak lama setelah itu, anak buah Mono berulah lagi. Kali ini tidak main-main: menusuk sopir taksi! Kasus uang kembalian dan karyawan yang menusuk sopir taksi membuat Mono sadar bahwa bisnisnya butuh karyawan yang benar-benar jujur. ”Mulailah saya pakai prinsip bisnis spiritual company seperti yang diajarkan Ustad Yusuf Mansur,” katanya.

Setiap calon karyawan harus menandatangani surat komitmen yang isinya 80 poin. Tiga poin di antaranya berlaku mutlak. Jika melanggar, karyawan yang bersangkutan harus langsung keluar. Yakni, salat lima waktu, tidak merokok, dan absen salat duha di outlet yang buka jam 8 pagi. ”Kalau tidak Shalat Duha berarti dianggap tidak masuk kerja,” kata ayah dari Novieta itu. Karyawan juga wajib mengikuti pengajian mingguan.

Mono berpendapat bahwa rezeki tidak hanya harus didapat dengan halal, tapi juga harus berkah. ”Banyak orang kerja keras, pergi pagi lebih dulu dari ayam, pulang tengah malam. Tapi, maaf, tetap miskin,” katanya. Padahal, rezeki itu sudah dijatah Tuhan untuk diambil.

Mono kini juga aktif sebagai mentor, trainer, dan motivator entrepreneur. Tidak hanya di Indonesia, dia juga ceramah di Singapura, Malaysia, Australia, Makkah, Kuwait, dan Dubai. ”Saya ini hanya lulusan SMA, tapi dipercaya untuk ngomong dengan bos-bos dan orang-orang pintar. Di situlah saya belajar,” tuturnya.

Kini hidup Mono sudah mapan. Apa target selanjutnya? ”Target saya buka cabang di kota-kota besar dunia. Sekarang baru di Singapura dan Malaysia,” kata pemilik Hummer, Alphard, dan Toyota Fortuner ini.

Dia kini lebih punya waktu untuk kegiatan amal karena bisnisnya dijalankan secara franchise dengan bendera PT Panen Raya Indonesia bersama Hendi Setiono, raja kebab dari Surabaya. ”Buku saya semua royalti untuk sedekah,” kata pemilik akun Twitter @masmono_08 ini.