Adsense

Selasa, 12 November 2013

Dari pemasok ikan, Mudita sukses jual roti sarapan

Sebagai mantan karyawan hotel, Ketut Mudita hafal betul kebutuhan dapur hotel. Berbekal jaringan kuat, Mudita berhasil menjadi pemasok aneka kue dan roti untuk sarapan sejumlah hotel, restoran, dan kafe di Bali. Omzetnya ratusan juta rupiah.

Jeli melihat peluang menjadi modal utama Ketut Mudita meraih sukses. Memulai usaha sebagai pemasok ikan di beberapa restoran, kini Mudita memiliki usaha bakery ternama di Bali, Pelangi Rex. Meski hanya melayani pasar hotel dan restoran (horeka), Pelangi Rexs mampu mencatat omzet ratusan juta rupiah per bulan.

Berawal dari niat ingin memiliki usaha sendiri, Mudita, yang saat itu berumur 38 tahun, memutuskan keluar dari Hotel Sanur Beach, tempatnya bekerja. Dengan bekal seadanya, ia mulai menjadi pemasok ikan untuk beberapa restoran.

Setelah menjalani bisnis ini selama setahun, Mudita melihat keuntungan usahanya kurang menggigit. “Saya amati, laba yang diperoleh bersifat musiman,” kenangnya. Maklum, tak tiap hari ia bisa mengirim ikan sesuai pesanan karena pasokan ikan mengenal musim.

Belajar dari pengalaman itu, Mudita lantas mencari usaha yang tak kenal musim. Ia  lantas beralih menjadi pemasok bahan kue dan roti yang saban hari dibutuhkan orang.

Dari permintaan bahan-bahan bakery yang stabil, pria kelahiran Bali, 18 Juli 1949, ini mengendus peluang untuk membuka usaha bakery sendiri.

Lantas, Mudita mulai belajar membuat roti dari sejumlah chef hotel yang dikenalnya. Selanjutnya, ia mendalami keterampilan untuk membuat beberapa jenis roti, seperti roti tawar, roti gandum, muffin cake, croissant cake, dan pancake. Ya, Mudita memang fokus membuat jenis roti itu karena ia ingin mengincar pasar horeka.

Punya banyak relasi di industri perhotelan, awalnya, Mudita yakin bisa mengirim roti bikinan dia ke hotel-hotel di Bali. Namun, nyatanya, tak gampang, karena hotel dan restoran sudah memiliki pemasok sendiri yang pengalamannya lebih lama ketimbang Mudita.

Selain itu, wisawatan asing yang berkunjung ke Bali juga tetap menginginkan cita rasa produk bakery seperti dari negeri asal mereka sendiri.

Kondisi ini tak membuat  Mudita menyerah. Ia tetap bergerilya untuk datang dan menawarkan produknya ke hotel-hotel di Bali. Senjata andalan Mudita adalah harga yang lebih murah.  “Saya masuk ke hotel bintang lima hingga hotel kelas melati dan vila,” tutur dia.

Usaha Mudita akhirnya berbuah manis. Pengelola hotel mulai memesan roti kepada dirinya. Saat awal merintis usaha sekitar tahun 1990 itu, Mudita yang hanya mengolah satu sak tepung terigu yang menghasilkan 200 roti sehari.

Roti untuk sarapan

Dari hari ke hari, berkat kegigihan Mudita, bakery Pelangi Rexs makin dikenal oleh pemilik hotel, restoran, dan kafe di Bali. Maklum, selain murah, toko kue ini memiliki cita rasa khas. “Croissant bikinan kami bahkan dipuji wisawatan asal Prancis. Kata mereka, rasanya tak jauh beda dengan yang dibuat di Prancis, daerah asal croissant itu,” kata Mudita senang.

Kualitas dan cita rasa produk memang menjadi perhatian Mudita. Tak lupa, ia mendaftarkan produk Pelangi Rexs untuk memperoleh sertifikat halal, supaya kue dan roti bikinannya bisa dinikmati semua kalangan, baik wisatawan asing maupun domestik. “Saya seringkali melihat wisatawan memilih-milih makanan di Bali karena takut tidak halal. Dengan sertifikasi halal, produk saya bisa dimakan siapa saja,” ujarnya.

Selain itu, Mudita juga terus menambah jejaring koki dan menjalin hubungan baik dengan mereka. “Itu salah satu cara untuk memperluas pasar,” tutur Mudita lagi.

Setelah memperoleh langgan-an tetap dari beberapa hotel, restoran dan kafe, Mudita mendirikan pabrik roti seluas 650 m² di Denpasar, Bali. Sebelum itu, Mudita mengolah roti di rumahnya sendiri.

Kini, pabrik Pelangi Rexs mengolah hingga 1.600 sak tepung sebulan. Dengan mempekerjakan 60 orang karyawan, Mudita bisa memproduksi sekitar 36.000 roti setiap hari.

Berkat niatnya berinovasi dan mempertahankan kualitas,  Mudita juga mendapat pesanan dari Aerofood Bandara I Ngurah Rai. Ia memasok muffin dan tortilla bagi para penumpang Garuda Indonesia. Tiap hari Mudita mengirim sekitar 10 karton muffin dan tortilla. “Garuda termasuk salah satu pelanggan yang bukan hanya mempertimbangkan produk berdasarkan rasa dan komposisi bahan baku saja, namun hingga kepada kebersihan pabrik dan laporan kesehatan setiap karyawan yang bekerja di pabrik saya,” terang Mudita.

Mudita pun makin mantap menjalani usaha bakery ini karena permintaan tak mengenal hari libur. Maklum, lantaran fokus melayani kue dan roti untuk  breakfast (sarapan), pabriknya tak pernah berhenti berproduksi meski hanya sehari.

Kondisi ini menimbulkan tantangan tersendiri. Supaya roda mesin pabrik tetap berputar tiap hari, Mudita bilang, butuh kemampuan manajemen yang baik dan adil, terutama dalam mengatur pembagian tugas dengan para karyawannya. “Saya berusaha karyawan tidak jenuh dengan pembagian tugas yang efektif,” tutur dia.Sumber : Kontan.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan kritik dan saran untuk artikel ini. Terima kasih telah membaca artikel saya.