Adsense

Rabu, 02 Januari 2013

Muhammad Hilmy: Rambah Pasar Cina dengan Jenang “Sinar 33”

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.
Untuk kembangkan usaha, diperlukan ketangguhan dan ketrampilan berbisnis yang tidak ala kadarnya. Apalagi jika sudah menjangkau pasar negara lain yang lebih kompetitif dan berkarakteristik lain dari pasar domestik. Inilah yang berhasil dilakukan oleh Muhammad Hilmy, seorang entrepreneur asal kota Kretek  Kudus yang menjadi Direktur Utama perusahaan produsen jenang terkemuka, PT Mubarokfood Cipta Delicia.

Perlu diketahui bahwa perusahaan penghasil jenang yang masyur dengan merek “Sinar 33” itu awalnya hanyalah industri rumahan yang dikelola dengan manajemen tradisional. Hilmy adalah generasi ketiga yang mewarisi bisnis jenang ini dari kakek dan ayahnya. Hilmy mengangkat jenang “Sinar 33”, makanan lokal Kudus, menjadi makanan yang dikenal di banyak tempat bahkan mancanegara dengan konsistensi dan komitmen yang sudah teruji.

Usaha pembuatan jenang yang menjadi cikal bakal PT Mubarokfood Cipta Delicia didirikan pada tahun 1910. Kakek dan nenek Hilmy, Mabruri dan Alawiyah, ialah pendirinya. Kegiatan produksi saat itu hanya dilaksanakan berdasarkan datang tidaknya pesanan dari konsumen.

Karena pembuatan jenang terus ditekuni dan menunjukkan hasil yang cukup bagus , akhirnya Alawaiyah memberanikan diri menjualnya. Pertama jenang buatannya dijual di pasar Bubar yang dulunya bekas terminal Menara yang ada dua pohon beringinnya.
“Beliau merupakan generasi pertama yang membuat jenang Kudus,” kata Hilmy yang sehari-hari berkantor di Jalan Sunan Muria no 33 ini.
Saat itu, penjualan jenang mengalami kemunduruan karena dalam masa penjajahan. Sehingga keluarganya sulit mencari bahan baku dan sempat terhenti dalam proses produksi. Setelah kondisi membaik, akhirnya mereka kembali aktif.
Setelah meninggalnya Mabruri tahun 1940, pembuatan jenang beralih ke generasi kedua, Ahmad Shohib yang juga ayah Hilmy. Shohib dengan penuh dedikasi juga mengembangkan usaha jenang ini.
Shohib memunculkan visi pengembangan jenang ke depan. Di tahun 1946 ia melakukan upaya perlindungan merek dagang jenang “Sinar 33”. Pada saat itu, hanya segelintir orang yang berpikir demikian.
Generasi kedua berakhir karena faktor usia. Bulan Juli 1992, Hilmy putra Shohib mulai mengambil alih pengelolaan bisnis. Hilmy mulai menata usaha agar lebih modern dan mencari sumber daya manusia yang berkualitas untuk menjad motor penggerak usaha ini.
Hilmy menyadari bahwa faktor SDM menjadi faktor kunci dalam memajukan usaha jenangnya. “ Untuk maju, kita membutuhkan SDM yang bisa diajak berlari untuk meraih target yang ditentukan namun karena SDM kurang, kita agak terkendala,” ungkap bapak 5 anak ini.
Di tahun ke5 kepemimpinannya, Hilmy masih mempertahankan sisa SDM yang ada di generasi kedua. Menurutnya pergantian SDM secara drastis akan menimbulkan goncangan.
Setelah menapaki 5 tahun kedua, ia mulai mencari SDM yang lebih baik yang berasal dari kalangan akademisi dan memiliki ketrampilan yang dibutuhkan perusahaan untuk bisa berkompetisi di era modern ini. Saat itu, perusahaan lebih terbantu berkat dilakukannya rekrutmen SDM baru.
Uniknya, meskipun mengakui membutuhkan SDM yang memiliki ketrampilan  akademis dan bisnis, Hilmy tak melupakan aspek sprititualitas dalam merekrut. Ia mementingkan isu kejujuran dalam rekrutmen.
Ternyata ini bukannya tanpa alasan. Hilmy mengakui memiliki pengalaman pahit dengan tenaga pemasaran dari salah satu perusahaan makanan bermerek. Sisi akademis dan skill maupun pengalaman sudah tak diragukan lagi tapi setelah dua tahun bekerja, Hilmy menemukan penyimpangan yang dilakukan oknum tersebut. Oknum tersebut kedapatan membuat kesepakatan di luar perusahaan di area pemasaran Jabodetabek. “Kita butuh karyawan yang tahu bahwa selain ia diawasi oleh pimpinan, ia juga diawasi oleh Sang Pencipta,” tekannya.
Kini Hilmy tak berpangku tangan menikmati kesuksesan. Ia mulai berekspansi ke pasar luar negeri seperti Cina dan Hong Kong. Ia mengamati adanya perkembangan yang menjanjikan di sana setelah mengikuti pameran di sana. PT Mubarokfood Cipta Delicia bahkan akan menyewa satu mini mall di Cina.
Untuk target 2012, ia dan segenap jajarannya siap bekerja keras dalam menaikkan pamor perusahaan tersebut sehingga menjadi pemimpin pasar alias market leader di industri makanan lokal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan kritik dan saran untuk artikel ini. Terima kasih telah membaca artikel saya.