Adsense

Sabtu, 21 April 2012

BUNARENDANG, CARA PRAKTIS MENIKMATI RENDANG

Ragam kuliner ITS kembali bertambah. Setelah Sego Njamoer, Burger Krawu, Sate Bathik melejit lebih dulu, kini Bunarendang (burger nasi rendang) siap menyusul. Sesuai dengan namanya, kuliner ini menawarkan cara praktis menikmati rendang.

Adalah Rian Kurniawan, mahasiswa Teknik Mesin ITS yang mempunyai gagasan ini. Ia menceritakan bahwa ide ini dimulai dari niat biasa. Yakni, merubah hidangan peringkat pertama dalam daftar World 50 Most Delicious Foods menjadi lebih komersil dengan konsep yang lebih praktis selayaknya makan burger.

Awalnya, ide ini hanya berupa gagasan. Meski begitu, gagasan ini langsung mendapat apresiasi yang cukup besar. Ide ini berhasil menjadi finalis Sosro Joy Green Tea Youth Business Competition 2011.

Dalam kompetisi tersebut, Rian mengajak serta Ludianto Dwi Saputro dan Richard Wachju Wijaya. Dalam perkembangannya sebagai finalis, tim ini juga menggandeng Abdul Rochman Supriyanto, Marketing Oketoys, Devid Indra Winata mahasiswa Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) dan Luthfia Inggriani, mahasiswa Ekonomi Islam Universitas Airlangga (Unair).

Meski masih berumur jagung, usaha ini tidak main-main untuk dijalankan. Betapa tidak, Bunarendang telah me-launching produknya sebanyak dua kali. Launching pertama telah digelar November lalu. "Launching ini untuk memperkenalkan produk kami ke masyarakat," ujarnya.

Sementara itu, launching kedua digelar awal Maret. Launching ini pun dapat dikatakan sebagai grand launching. Pasalnya, digelar di dua tempat. Masing-masing adalah Java Jazz Festival (JJF) 2012 Jakarta Convention Center (JCC) dan di Pasar Minggu ITS (Pamits).

Sebagai kuliner baru, tantangan Bunarendang untuk dapat bersaing memang besar. Namun, tim ini tak pernah gentar menghadapi persaingan tersebut. "Bunarendang adalah yang pertama menginovasi rendang," terang Richard, salah satu anggota.

Berkaca dari acara grand launching, Bunarendang mendapat tanggapan yang positif. Tak hanya konsumen dalam negeri yang tertarik dengan produk ini. Sejumlah konsumen dari negeri tetangga seperti Singapura, Malaysia dan Perancis pun turut tertarik dengan kuliner baru ini.

Di pasar dalam kota, Bunarendang terus melebarkan sayapnya. Mulai dari kampus hingga beberapa kantor pemerintahan dan perusahaan. Sementara di ITS sendiri, mahasiswa D3 Teknik Mesin ini menyebutkan hampir 80 persen mahasiswa telah mengenal Bunarendang. "Sisanya akan segera menyusul," candanya.

Sebagai makanan cepat saji, sasaran pasar Bunarendang adalah konsumen dengan tingkat kesibukan tinggi. Utamanya mahasiswa dan pekerja. "Bunarendang memang dibuat sebagai makanan praktis sehingga cocok untuk orang-orang yang tidak mempunyai banyak waktu untuk makan," ujarnya.

Seperti kebanyakan bisnis lain, modal juga menjadi hambatan bagi Bunarendang. Apalagi untuk biaya marketing. Namun, Richard menerangkan bahwa biaya ini mulai dapat ditekan. Caranya adalah dengan promosi lewat mulut ke mulut. Jika produk berkualitas, maka pasti akan menarik konsumen. "Bunarendang tidak hanya menawarkan harga, tetapi juga rasa," ujarnya.

Richard kembali menjelaskan bahwa tidak ada paksaan untuk menjalankan bisnis ini. Semua adalah pilihan individu. Namun, bukan berarti harus mengorbankan kuliah. "Kuliah tetap nomer satu," lanjutnya.

Menjalankan bisnis secara tim memang tidak mudah. Untuk itu, upaya untuk memperkuat tim merupakan hal mutlak yang harus dilakukan. Begitu juga dengan tim ini. Sambil menjalankan bisnisnya, manajemen tim diperkuat. Standar operasional tim juga ditingkatkan.

Rabu, 18 April 2012

PEMILIK BURGER HITAM INI MEMULAI BISNIS DARI KECELAKAAN

Memilih untuk berbisnis atau berwirausaha memang memiliki alasan beragam, dari alasan ingin memperoleh penghasilan lebih hingga kepepet tidak punya pilihan selain berwirausaha. Inilah yang dialami oleh Rinanda Halfi atau Halfi.

Pria kelahiran 23 tahun yang menetap di Bandung ini, mempunyai pengalaman unik ketika memulai usahanya. Berawal dari sebuah kecelakaan mobil yang membuat dia harus mengganti uang dari himpunan mahasiswa karena di dalam mobilnya ada uang himpunan yang diambil oleh warga.

Bingung untuk menggantinya, tidak lantas membuat dirinya berpangku tangan, ia kemudian berpikir untuk berwirausaha. Pertamanya Halfi berbisnis kaos dan kemudian ia
melanjutkan bisnisnya ke usaha makanan yaitu burger dengan bendera Black Burger atau Burger Hitam. Kini ia menghasilkan omzet Rp 60 juta per bulannya.

Menurut Halfi, ketika ditemui detikFinance di sela-sela pameran Produk UKM di JCC pekan laliu. Ia menuturkan alasannya memlih burger sebagai bisnisnya atau tidak memilih makanan lain.

Halfi beralasan, burger merupakan makanan yang sudah familiar di kalangan masyarakat perkotaan tetapi kebanyakan usaha burger ini, masih dikuasai oleh pemain asing seperti Burger King dan McDonald's. Sehingga untuk bersaing, produk miliknya harus berbeda dengan para pesaingnnya.

"Kalau sama, kita nggak akan cukup untuk melawan mereka (Burger King dan McDonald's), jadi kita harus buat diferensiasi (perbedaan) produk. Akhirnya saya buat inovasi dengan Black Burger," imbuh pria yang baru lulus dari jurusan Public Relation Unpad ini.

Burger yang berbeda dari burger yang ada pasaran ini, memang unik. Warna rotinya pun berwarna hitam, ia beri nama Black Burger. Warna hitamnya sendiri berasal dari buah kluwek, buah yang cuma ada di Indonesia, buah ini sering dipakai untuk membuat rawon atau sup condro. Menurut halfi, rasa dagingnya juga membuat burger milikinya berbeda dengan burger lainnya yakni memiliki citra rasa Indonesia.

"Dagingnya kita juga punya ciri khas yaitu dagingnya pakai daun jeruk dan cabe rawit, benar-benar cita rasa indonesia," tegasnya.

Bisnis burger yang dijalaninya sejak tahun 2010, tepatnya saat dia berada di semester 7 di Fakultas Komunikasi Unpad. Saat ini telah memiliki 2 outlet dan 28 aneka ragam burger. Pilihan rasa burgernya sendiri ada 3 macam yaitu: original, manis, dan hot. Untuk harganya sendiri, mulai dari harga Rp 12.000 – Rp 30.000 per potong.

Selain itu Halfi juga mengembangkan burger untuk para vegetarian dari bahan tempe dan burger nasi juga. Dari 2 outlet yang semuanya berada di Bandung itu, Halfi
telah mempekerjakan 5 orang karyawan.

"Kalau sekarang masih 5, dulu pernah sampai 8 tetapi kita tutup yang di Bogor karena penjualannya kurang bagus tapi kita ingin buka lagi. Sekarang saya punya 2 outlet," tutur finalis wirausaha mandiri nasional dan Start Up Icon yaitu pengusaha muda yang jadi icon-icon di Bandung tahun 2011.

Dari 2 outlet Black Burger milik Halfi, omzet setiap outletnya per bulannya mencapai Rp 20-60 juta per bulan untuk semua outletnya. Ini merupakan omzet yang besar untuk seorang pemuda berusia 23 tahun.

Keberhasilan yang ia capai bukannya tanpa kendala. Halfi pernah ditipu oleh mitranya sendiri, ia bekerjasama dengan sebuah toko (vendor) pembuat roti untuk burger milikinya. Tanpa dia sadari ternyata mitranya tersebut menjual burger sejenis dari resep miliknya.

"Ini bukan masalah materi tapi ide kita dicuri, belajar dari kondisi itu maka setiap saya membuat komitmen dengan seseorang saya selalu buat MoU atau perjanjian. Dengan karyawan saya juga seperti itu," tambahnya.

Pada tahun 2012 ini, dia berencana untuk membuka 6 outlet lagi di Bandung dan 1 outlet di daerah Senopati (Jakarta). Selain itu, Halfi juga memiliki mimpi untuk menjadi kompetitor kuat McDonald's dan Burger King di Indonesia. Dia ingin menunjukkan bahwa Indonesia juga memiliki Burger yang berkualitas dengan citra rasa Indonesia.

"Mimpi saya, saya ingin menjadi kompetitor kuat McD dan Burger King di indonesia," tambahnya.

Minggu, 15 April 2012

RAUP PULUHAN JUTA DENGAN KUE BERBAHAN BUAH-BUAHAN

Buah bisa menjadi bahan baku aneka kue yang lezat. Keuntungan dari bisnis makanan ini juga tidak kalah legit. Pengusaha kue berbahan baku buah bisa mengantongi omzet hingga Rp 100 juta per bulan bermargin 30 persen. Buah-buahan tak hanya bisa Anda olah menjadi minuman segar atau jus atau keripik buah. Melainkan, bisa juga menjadi bahan baku pembuatan aneka kue.

Tengok saja usaha Maria Wardhani, pemilik Rumah Pisang di Bekasi, Jawa Barat. Ia mengolah pisang menjadi cake dan kue kering.

Cara pembuatannya pun sangat mudah, sama seperti membuat cake atau kue pada umumnya. Langkah awalnya, Anda mesti membuat adonan berbahan terigu. Lalu, masukan pisang ambon atau sunpride yang sudah dihancurkan. Setelah bercampur, adonan dituangkan ke dalam cetakan dan siap dioven. "Jumlah pisang harus lebih dominan dari terigu supaya rasa pisangnya terasa," pesannya.

Maria memilih pisang sebagai bahan utama kue karena buah ini sangat populer dan telah lama menjadi favorit keluarga karena rasanya enak serta bergizi. "Pelanggan saya datang dari Jakarta dan Bandung," ujarnya.

Dia membanderol banana cake seharga Rp 50.000 per loyang. Adapun kue kering berbahan oatmeal Rp 35.000 per stoples. "Saya menyasar pelanggan kelas menengah atas," ungkapnya.

Dalam sebulan, Maria mengatakan, dirinya bisa menghasilkan omzet hingga Rp 30 juta. "Laba bersih yang bisa dikantongi mencapai 20 persen," tutur dia.

Namun, pasar cake dan kue kering pisangnya kurang berkembang lantaran tidak semua orang tahu pisang bisa menjadi bahan baku kue. Untuk mengatasi itu, Maria saat ini sedang giat menyebarkan pengetahuan tersebut lewat media online.

Pembuat cake buah-buahan lain, Decky Suryata, pemilik Salakka Pondoh di Sleman, Yogyakarta, juga merasakan manisnya bisnis kue berbahan baku buah. Dia kini mengolah salak menjadi roti atau kue kering.

Saat ini, ia menjual cake salak pondoh seharga Rp 30.000 per boks dengan rasa keju, original, cokelat, dan pandan. Adapun untuk bakpia salak pondoh, harganya Rp 25.000 per boks. "Omzet saya Rp 100 juta per bulan dengan laba 30 persen," jelasnya.

Dia bilang, 60 persen pelanggannya adalah wisatawan dan 40 persen sisanya penduduk lokal. Untuk pemasaran, Decky yang merupakan finalis Wirausaha Muda Mandiri 2012 membuka dua toko di daerah Sleman. "Ke depan, saya ingin kembangkan produk," ujarnya.

Kamis, 12 April 2012

WARALABA KULINER INDONESIA TEMBUS MALAYSIA DAN FILIPINA

Waralaba asal Indonesia, PT Baba Rafi Indonesia, berhasil menembus pasar Filipina dan Malaysia. Hal itu ditandai dengan adanya perjanjian kerja sama dengan Master Franchise dari dua negara tersebut. Master Franchise adalah hak yang diberikan kepada penerima waralaba dari pemberi waralaba untuk membuka dan mengelola bisnis waralabanya dalam suatu wilayah tertentu.
Penerima waralaba juga bisa menjual hak waralaba secara lanjutan kepada penerima waralaba lain di wilayahnya tersebut. "Murni mereka (Master Franchise) buka dan investasi di Malaysia dan Filiphina," ujar Presiden Direktur PT Baba Rafi Indonesia, Hendy Setiono kepada Kompas.com, Minggu (4/3/2012).
Kerja sama waralaba dengan dua negara tersebut ditandai dengan penandatangan perjanjian dengan dua Master Franchise, di Jakarta, beberapa waktu lalu. Hendy menuturkan, kedua MF tersebut akan mengikuti pelatihan selama dua minggu mulai awal Maret ini. Setelah itu, Baba Rafi akan melakukan pendampingan selama tiga bulan di dua negara tersebut.
Pendampingan tersebut, terang dia, berupa persiapan merekrut karyawan, pelatihan karyawan, dan persiapan sampai pembukaan gerai. Pembukaan gerai dimulai dengan 6 gerai baik di Malaysia dan Filiphina. Tetapi untuk penjualan hak waralaba dari MF ke penerima waralaba lain tidak serta merta sama di kedua negara. Di Malaysia harus menunggu satu tahun untuk membuka gerai lanjutan."Ya, setelah setahun baru boleh di sub-franchise-kan," sebut Hendy.
Produk yang akan dipasarkan di dua negara tersebut adalah 15 jenis produk Baba Rafi, termasuk produk andalannya yakni kebab. Produk ini pun akan mengikuti standar yang ditetapkan di Indonesia. Jika nantinya mau diubah sesuai dengan selera lokal maka harus ada persetujuan dari Baba Rafi. Hendy pun bilang, inisiatif kerja sama ini datang dari masing-masing MF. Menurut dia, cukup susah memasarkan produk ke luar negeri. Tapi ternyata itu tidak mustahil untuk dilakukan seiring dengan pencapaian kerja sama ini. "Susah sekali, terutama mendapatkan kepercayaan sebagai merek asal Indonesia," pungkas dia.

Senin, 09 April 2012

INOVASI KUE NON TERIGU

Dalam berbisnis harus berinovasi. Tanpa inovasi, bisnis bak sayur tanpa garam. Bisnis dengan cara yang beda dari yang biasa itulah yang dilakukan seorang Sri Murtiningsih. Ia adalah pemilik usaha Hanah Cake and Cookies. Usaha kue telah digeluti Sri sejak ia kuliah.
Sekitar tahun 1992-1994, ia menjajakan kue untuk acara pernikahan. Pernah ia menjual kue sebanyak 1.500 potong untuk satu pesanan saja. "Tapi terputus karena selesaikan kuliah," ujar Sri kepada Kompas.com, Minggu (18/3/2012).
Usaha kuliner ini pun dilanjutkannya pada tahun 2003. Sri yang pekerjaannya ibu rumah tangga ini melanjutkan usaha karena untuk kebutuhan mendesak di keluarganya. "Waktu itu jujur karena kepepet. Suami nggak punya ongkos," cerita dia.
Kala itu, ia menjual cake biasa dengan bahan dasar tepung terigu. Ia pun menjualnya dengan cara menitip di empat toko sekitar Depok. Ia juga menitip kue di lima fakultas di Universitas Indonesia hingga ke Sucofindo dan Bidakara. Dalam satu hari, ia membuat satu loyang kue yang kemudian dibagi jadi 36 potong. "Sempat sisa, ditaruh di bawah etalase. Bukan terjual justru dimakan anaknya (yang punya toko)," tuturnya.
Lalu, Sri pun mengambil langkah untuk ikut pelatihan di bidang kuliner tahun 2006-2007. Penggunaan tepung singkong menjadi bagian dalam pelatihan tersebut. Lantas ia pun mencoba menggunakan tepung singkong ini untuk usahanya. Ia mulai pakai tepung ini sebagai bahan dasar membuat kue tahun 2008. Sejak itu, ia tidak lagi memakai tepung terigu sebagai bahan dasar kuenya, kecuali untuk kue jenis black forest.
Sri menuturkan, dari 20 orang yang ikut pelatihan, hanya dirinya yang masih terus bertahan menggunakan tepung singkong. Awalnya, ia mengaku susah menggunakan tepung yang berasal dari umbi-umbian tersebut. Dikatakannya, kualitas singkong bisa jelek jika musim hujan. "Cuaca bagus, singkong bagus," tuturnya.
Kesulitan lainnya adalah mengenai volume pembelian tepung yang harus dalam jumlah besar dari pabriknya. Setiap pembelian, Sri harus beli minimal 50 kilogram. Satu kilogram tepung singkong seharga Rp 6.000. Karena harus beli banyak, ia pun tidak memakai semua tepung. Sebagian ia jual kembali. "Kan belum banyak di pasaran," ungkapnya.
Kondisi yang demikian tak membuat semangat Sri padam untuk mengembangkan usaha yang sebenarnya membantu program diversifikasi pangan pemerintah. Ia pun menyebutkan banyak hal positif dari tepung singkong ini. Ketimbang tepung terigu, tepung singkong ternyata lebih banyak kandungan serat, protein, zat besi, hingga kalsium. Singkong pun punya kandungan garam yang rendah. "Lebih padat teksturnya daripada tepung terigu," kata Sri menjelaskan perbedaannya ketika diolah menjadi kue.
Karena keunggulan tepung singkong ini, ia pun menyasar anak-anak autis sebagai konsumennya. Karena anak autis harus makan makanan yang gluten free. Jadi tepung dari umbi-umbian menjadi salah satu yang masuk kriteria. Modal yang harus disiapkannya untuk melayani konsumen khusus ini pun terbilang besar. Lantaran kue tidak bisa sembarang membuat. Ada bahan-bahan tertentu yang tidak bisa dikonsumsi. Modalnya, kata Sri, bisa di atas Rp 500.00 untuk sekali pesanan. Untungnya, pesanan lancar-lancar saja. Produk Sri bisa pesan lewat pesan teks (SMS) dan pembayarannya melalui transfer.
Usaha kue browniesnya pun sekarang tidak hanya memakai tepung singkong. Ia juga memakai sagu ganyong yang juga jenis umbi-umbian. Jika tepung singkong didapatkan dari pabrik, sagu ganyong diperolehnya langsung dari petani di daerah Ciamis.
Keanekaragaman bahan pangan yang ditunjukkan dalam usahanya membawa Sri mendapatkan penghargaan dari Kementerian Perdagangan tahun 2009. Sri berhasil menang UKM Award untuk program diversifikasi pangan. Selanjutnya, ia pun menjadi UKM binaan Kemendag. Manfaatnya, ia diikutsertakan dalam sejumlah kegiatan seperti Food Security Summit.
Perlu diketahui, usaha Sri bukanlah tanpa hambatan. Ia bercerita, usahanya ini masih punya masalah permodalan. Pasalnya, ia berkeinginan mempunyai pabrik kue sendiri dan toko kue kecil. Pemasaran juga masih menjadi masalah usahanya. Karena itu, ia pun masih menjajakan produknya dengan cara pesanan. "Masih pesanan misalnya untuk komunitas ibu-ibu (yang anaknya penyandang autis)," tambahnya.
Sekalipun demikian, Sri berharap pendirian pabrik dan toko kue segera terwujud. Sekarang ini dia masih membuat kue brownies dan cookies di dapur rumahnya. "Usaha sih pingin buat mini factory, tapi mahal biaya peralatannya. Ya mudah-mudahan tahun depan," pungkas Sri.

Jumat, 06 April 2012

BUKA WARUNG KEBAB DI WARNET

Berselancar di dunia maya sembari menikmati kebab tentunya menjadi sebuah kenikmatan tersendiri. Peluang itulah yang segera direspon dengan cepat Mr. Khu untuk membuka gerai pertamanya di Jakarta. Tidak tanggung-tanggung, Mr. Khu langsung hadir di sebuah warnet terbesar di Jakarta Barat, yaitu Ritter Cyber Cafe di bilangan Tanjung Duren 3. Warnet yang sering dijadikan tempat acara peluncuran produk game terbaru oleh perusahaan game terkemuka di Jakarta ini memiliki kapasitas hingga 240 PC dan terdiri dari 3 lantai. Mr. Khu sendiri hadir di lokasi yang strategis yakni tepat di pintu masuk warnet yang sering dijadikan ajang kompetisi game besar ini. "Kami dengan pemilik warnet ini merupakan kerabat dari SMA jadi tidak terlalu sulit memilih tempat disini," ujar Michael, pemilik Mr. Khu.

kebab1111Michael menilai membuka bisnis kebab ini merupakan bisnis yang menjanjikan dan menguntungkan. Modal yang dikeluarkan pun tidak terlalu besar. "Membuka usaha kebab ini hanya membutuhkan modal Rp 10.000.000 sudah termasuk alat dan tempat," ujar pria berusia 23 tahun ini. Dalam memulai bisnis ini, Michael menggandeng temannya Halbert yang lebih memiliki banyak pengalaman di bidang bisnis kebab. "Halbert sudah memulai bisnis kebab sejak tahun 2009, dulu dia mendirikan kebab Khumar hingga 2010 usahanya di jual ke temannya," ujar Michael.

Pemilihan nama Mr. Khu sendiri pun dilatar belakangi oleh pengalaman kerabatnya itu, "Awalnya kan Khumar, jadi namanya kita pilih Mr. Khu," ujar pria yang merupakan mahasiswa jurusan desain grafis ini. Sebagai maskotnya, Mr. Khu digambarkan dengan seorang anak muda yang memiliki perut yang gendut, "Mr. Khus sendiri itu mahasiswa yang gemar makan hingga gendut," cerita Michael.

Mr. Khu memberikan kebab dengan cita rasa Italia. Pelanggannya pun kebanyakan dari kalangan penggila warnet dan mahasiswa yang kos disekitar Ritter Cyber Cafe. Kebab dengan Italian Tasty dari Mr. Khu memiliki keunggulan di saus yang digunakan, di mana menggunakan saus sambal khusus ditambah paduan kejunya. Dibalut Tortilla dengan isi daging sapi dan sayuran seperti lettuce, kebab Mr. Khu semakin nikmat dengan penambahan Maccaroni di dalamnya. "Maccaroni merupakan resep dari awal dan dengan macaronni kebab menjadi lebih padat," ujar Michael.

Tentu saja dengan memakan satu porsi kebab di Mr. Khu sudah mengenyangkan perut. Kemudian dengan harga hanya sekitar Rp. 10.000 hingga Rp. 15.000, kebab Mr. Khu merupakan teman yang pas dengan hobi berselancar di dunia maya .

Selasa, 03 April 2012

BERIKAN VARIASI RASA PADA DONAT "KAMPUNG"

Bisnis jajanan tergolong jenis usaha yang dinamis, dan selalu kaya akan variasi produk.  Maka, tak aneh jika bisnis ini sangat tergantung pada kreatifitas si pengusaha dalam memodifikasi produk yang dijualnya. Bisa dengan mengikuti trend yang sedang populer di pasaran, atau menciptakan produk yang baru dan inovatif. Dan inovasi produk inilah yang tak jarang menjadi kunci bertahannya sebuah produk dari ketatnya persaingan bisnis.  Salah satunya dilakukan oleh Donat Kentang PDO (potatoe donat), yang memberikan inovasi rasa donat berbahan dasar kentang dengan gula tabur aneka rasa buah (cokelat, strawbery, melon, orange) yang aman, sehat dan halal untuk dikonsumsi.

donat-kentangAwalnya, Riko Setiawan melihat adanya potensi bisnis yang besar dari berjualan donat. Berbeda dengan beragam brand donat yang telah ada di pasaran yang mengejar segmen menengah ke atas sebagai pasar potensial, Riko melihat donat bisa menjadi jajanan murah meriah yang tak kalah nikmat dari donat-donat lain yang berharga mahal. Ia pun lalu terpikir kepada donat tradisional berbahan dasar kentang, yang dijual keliling dari kampung ke kampung. Menurutnya, donat yang ditaburi oleh gula halus putih itu rasanya cukup nikmat dan memiliki cara pembuatan yang unik.

“Mungkin terkesan sederhana sekali, namun justru cara pembuatan donat yang sederhana itu yang membuat si pembeli ketagihan dengan donatnya. Lalu saya berpikir, kenapa gula tabur donatnya kita modifikasi saja dengan beragam rasa. Jadi tidak hanya gula putih saja, namun kita juga kasih rasa yang unik seperti coklat, stawbery, melon, yang kita inovasikan menggunakan bahan baku yang aman dikonsumsi,” terang Riko saat dihubungi CiputraEntrepreneurship.com, Sabtu (12/11).

Memulai usahanya tahun 2007, Riko memilih untuk menawarkan donat “kampung” miliknya dengan konsep yang lebih modern. Dengan bermodal Rp. 25 juta, Riko pun memilih konsep gerai dengan konsep tampilan produk menarik. Baginya konsep penjualan yang menarik, sangat efektif untuk mengenalkan produknya. Apalagi Riko menawarkan harga yang sangat bersahabat untuk ukuran donat, yaitu Rp. 2 ribu per donat.

Awalnya Riko hanya menjalankan satu buah gerai donat. Karena lokasi yang dipilih cukup ramai, yaitu sebuah mall, ia pun berpikir untuk memperluas penjualannya. Pada tahun 2009, Riko memilih menjalankan bisnisnya dengan konsep waralaba. Dengan konsep ini, Riko lambat tapi pasti mulai menyebarkan usahanya ke berbagai kota di Indonesia mulai dari Jakarta,  Blora, Purwokerto, Padang, Palembang, Bau-Bau, hingga Makasar.

“Selain menawarkan profit, salah satu point bisnis kami adalah bisa mengajak sebanyak-banyaknya orang untuk menjadi seorang pengusaha. Kami percaya, pengalaman dan relasi yang kami miliki selama menjalankan bisnsi donat ini nantinya akan membantu mitra kami dalam menjalankan usahannya,” cetus pria kelahiran Jakarta, 18 september 1973 itu.

Penawaran yang diajukan Riko kepada calon mitra adalah paket tiga investasi sebesar Rp. 6 juta, Rp. 11 juta, dan Rp. 95 juta. Ketiga paket tersebut bisa dipilih sesuai dengan fasilitas yang ditawarkan kepad acalon mitra. Dengan business plan yang dirancangnya, Riko menjanjikan mitranya bisa BEP dalam waktu kurang lebih enam bulan setelah mulai usaha. Syaratnyam mitra bisnisnya harus menjalankan ketentuan yang ditetapkan dan memiliki lokasi yang telah direkomendasikan oleh tim yang dibentuk Donat Kentang PDO.

Dengan program yang dijalankanya, Riko yakin produknya bisa mendapatkan hati pecinta jajanan di seluruh Indonesia. Selain dengan sarana promosi konfensional, dan dari promosi mulut ke mulut, Riko juga getol menjalankan promosi melalui jejaring maya menggunakan facebook, twiter, dan website. Tak jarang pula ia ikut serta dalam berbagai pameran franchise.
Kini, ia berharap tahun 2012, produknya bisa menjangkau seluruh kota besar di Indonesia. Baginya, target itu bukanlah sesuatu yang mustahil. Bagi pria lulusan Sekolah Tinggi Teologia ini, menjadi seorang entrepreneur adalah sebuah tantangan yang memiliki tujuan yang mulia. Bukan hanya ingin mensejahterakan kehidupan sendiri, namun dengan menjadi entrepreneur ia yakin bahwa kerja kerasnya juga akan berguna dan menghidupi orang banyak.

“Jangan takut untuk mencoba, dan jalani dengan optimis. Tantangan itu pasti ada, namun jalan keluar itu juga pasti ada. Yang membedakan adalah, apakah kita optimis bisa menjadi orang sukses? Itu yang menjadi kuncinya,” pungkas Riko.

Nama Lengkap            : Riko Sastrawan S.Th
Alamat                         : Jl Kemang Anggrek 2 Blok AN 40, Kemang Pratama 2. Bekasi
Marketing (telp)         : 021-80341414, 081807800808, 081585734491, 021-32244412