Adsense

Sabtu, 05 Januari 2013

Asmui, Dari Jualan Pulsa Hingga Javapucino

toko roti, mesin roti, bisnis roti, mesin bakery, alat roti, usaha roti, kuliner, mesin roti bekas, usaha sampingan, bisnis online, bisnis sukses, restoran, hotel, mixer roti, oven roti, oven otomatis, oven lokal,proofer roti,proofer otomatis, steamer, ic board, sparkling, divider rounder, moulder,loyang roti,meja kerja,rak loyang,work table,cold showcase,dough sheeter,dough moulder.Bagi yang hobi 'nongkrong'' sekedar ngopi, tentu sudah mengenal kedai atau cafĂ© Javapuccino. Keberadaannya, banyak ditemui di pusat-pusat perbelanjaan di kota besar Indonesia.

Namun kebesaran Javapucino tidak datang begitu saja. Sang pemilik Muhhamad Asmui harus banting tulang sebelum mencapai sukses seperti sekarang.

Sebelum menjadi pengusaha muda sukses yang mengelola lebih dari 350 mitra melalui Javapuccino, Asmuipernah menjadi guru privat sambil berjualan pulsa serta kerupuk.

Selain dua usaha sampingan itu, Asmui coba masuk ke bisnis kuliner. Sayang usaha kuliner pertamanya itu pun hanya bertahan tiga bulan. Tapi dia tak berputus asa.

Asmui kecil terbiasa berjualan untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Maklum, ia hanyalah seorang anak petani yang hanya mampu memberinya makan dan sekolah. Sejak berusia sembilan tahun, Asmui sudah membuat batu bata yang dia jual ke tukang bangunan di Salatiga, Jawa Tengah untuk membantu kehidupan orang tuanya.

Meski termasuk anak yang beruntung karena dapat mencicip bangku pendidikan hingga kuliah berkat bantuan orang tua asuh, Asmui terus berpikir memiliki usaha sendiri.

“Niat itu muncul ketika saya tengah kuliah di STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri) di Salatiga,” kenang Asmi, panggilan karib Asmui.

Asmi juga tergolong pria dengan karakter yang berpikir jauh ke depan. Dalam hatinya berpikir, kehidupannya tidak akan maju jika hanya mengandalkan upah mengajar. Makanya, ia tertarik mempelajari ilmu ekonomi dan bisnis. “Harapan suatu saat menjadi seorang pebisnis,” ujarnya.

Meski kuliahnya masih di tengah jalan, Asmi memutuskan hijrah ke Jakarta demi mengejar ilmu ekonomi di UIN pada tahun 2005. Langkah ini sempat ditentang orang tuanya lantaran khawatir soal biaya hidup yang tinggi di Jakarta.

Meski demikian Asmi tetap nekat pindah ke Ibu Kota dan menghidupi dirinya sendiri. Sembari kuliah, ia berjualan pulsa dan memberikan les ke siswa sekolah di kawasan Bintaro, Pondok Indah, dan Ciputat.

Asmi bertekad tak hanya memperoleh gelar sarjana tapi juga sukses membangun usaha. Maka, di tahun 2006, Asmi berjualan kerupuk ke warung makan.

Agar banyak warung makan mau menjual kerupuk bikinannya, ia terlebih dulu makan di warung-warung tersebut sepulang mengajar. “Saya makan dulu, baru menawarkan kerupuk,” ujar pemuda yang baru lulus UIN tahun 2010 ini.

Strategi itu terbilang ampuh. Setiap dua hari sekali, ia memasok kerupuk ke 100 warung yang beroperasi di sepanjang jalan Ciputat hingga Blok M. Uang yang dia dapat dari hasil mengajar dan berjualan kerupuk menjadi modal mendirikan usaha lain di bidang kuliner.

Setelah dua tahun berbisnis kerupuk, Asmi membangun usaha kuliner. Pilihannya jatuh pada usaha minuman teh lantaran marginnya besar. Modal pertama yang ia keluarkan Rp 3juta untuk membuat gerobak, sewa tempat, dan membeli bahan baku. Ia dibantu adik dan kakaknya meracik teh dan melayani pembeli di kampusnya, UIN Ciputat. “Pertama kali buka, animonya tinggi karena terbantu situasi kampus yang ramai,” ujarnya.

Namun, nyatanya usaha tersebut hanya bertahan tiga bulan lantaran terganjal brand yang Asmui pakai, yakni Joss Tea. “Sudah ada yang punya, jadi usaha ini kami tutup,” ujarnya.

Belajar dari kegagalan itu, Asmi membangun kembali usaha kulinernya. Di tahun yang sama, ia meluncurkan produk minuman kopi blanded yang saat itu tengah menjadi tren. Asmi langsung mendaftarkan mempatenkannya nama produknya, Javapuccino.

Ia yakin, langkah ini adalah awal yang benar yakni mendesain dan mematenkan produk agar bisa memenangkan persaingan. “Langkah selanjutnya baru promosi,” ujar Asmi yang mempromosikan Javapuccinonya pertama kali di internet.

Urusan paten kelar, Asmi kemudian fokus pada kualitas rasa produk es kopi blandednya. Seorang diri, ia terjun meracik kopinya. Agar menemukan racikan yang
pas, Asmi sempat belajar kepada barista. Kini, lebih dari 30 rasa minuman telah tercipta dari dapur Javapuccino, termasuk kopi, teh dan yogurt aneka rasa.

Asmi mengaku telah menemukan citra rasa produknya, yakni menonjolkan kopi bercita rasa lokal dengan aneka topping. Ia juga terus berinovasi demi memenangkan persaingan serta wujud pelayanan bagi pelanggannya.

Kerja keras, mau belajar dan tak pantang menyerah telah mengantarkan anak petani ini sukses dalam berwirausaha. Melalui jaringan Javapuccino, di sepanjang tahun 2010 Asmi meraup keuntungan bersih Rp946 juta. Keuntungan ini meningkat pesat dibanding tahun 2009 yang cuma Rp105 juta per tahun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan kritik dan saran untuk artikel ini. Terima kasih telah membaca artikel saya.