Adsense

Sabtu, 18 Februari 2012

DARI KORBAN PHK JADI PENGUSAHA

Ketika banyak pengusaha melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) akhir-akhir ini, kegiatan Wulan Ayodya justru meningkat. UKMKU, lembaga pelatihan dan edukasi wirausaha yang dikembangkan Wulan, justru kebanjiran order sejak krisis global. Pengusaha menyadari, untuk mem-PHK karyawannya tidak cukup dengan memberi pesangon, tapi juga perlu membekali korban PHK itu dengan ketrampilan agar bisa survive dengan mengembangkan usaha mandiri.

”Saya nggak menyangka keadaannya akan seperti ini (banyak pihak membutuhkan jasanya —Red), karena UKMKU sudah  berdiri sejak sebelum krisis global. Tujuannya untuk membantu orang yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan melalui usaha rumahan. Jadi, awalnya bukan untuk melatih orang-orang yang akan di-PHK,” tutur Wulan Ayodya (35) ketika berbincang dengan Warta Kota, belum lama ini.

Dikatakan, dampak negatif krisis global saat ini tidak hanya dirasakan perusahaan kecil-menengah saja tapi juga usaha-usaha besar. Hal tersebut tampak dari perusahaan-perusahaan yang mengundangnya untuk memberikan pelatihan wirausaha.

”Bedanya perusahaan besar pesangonnya besar sehingga kita bisa lebih leluasa memberi materi pelatihannya. Sementara kalau perusahaan skala menengah dengan pesangon kecil, kita harus lebih sabar dalam menghadapi karyawan. Sebab, sejak awal mereka sudah nggak puas sehingga di dalam kelas pelatihan pun mereka kebanyakan marah-marah,” ujar Wulan.

Materi pelatihan yang diberikan meliputi jurus bagaimana mengatur keuangan setelah pensiun/PHK dan ketrampilan untuk membuka usaha mandiri. ”Saya ajarkan bagaimana memulai bisnis dengan risiko minim. Di sini saya mengarahkan peserta bagaimana caranya menjalankan bisnis dengan senang dan tidak takut-takut (rugi),” katanya.

Wulan yang sejak usia 12 tahun sudah berdagang getuk keliling kampung dengan sepeda ini mengaku, melatih korban PHK untuk menjadi wirausaha lebih seru karena banyak tantangan. Dia mempunyai pengalaman tak terlupakan saat dua hari melatih 75 orang karyawan pabrik yang akan di-PHK. Tantangannya, di satu pihak dia menghadapi karyawan yang sedang marah karena pesangonnya dianggap tidak memuaskan. Di sisi lain, dia mendapat ‘pesan sponsor’ dari pihak manajemen, bagaimana membuat karyawan mau meneken surat PHK dengan penuh senyum.

”Alhamdulillah meski awalnya berat, tapi setelah kita saling berbagi pengalaman, kegiatan pelatihan itu berakhir sukses,” katanya.

Jatuh bangun

Sebelum fokus dengan usaha pendidikan dengan mendirikan UKMKU tahun 2005 lalu, Wulan Ayodya boleh dibilang sebagai perempuan pengusaha muda yang sangat ambisius. Dia tidak puas dengan usaha yang ada sehingga terus mencoba bidang usaha baru, mulai dari makanan, dagang baju, pertamanan, SPBU, hingga pertambangan emas.

”Saya sudah sering jatuh bangun dalam bisnis. Kegagalan biasanya terjadi karena saya tidak fokus. Saya juga masuk ke bidang-bidang usaha yang tidak saya kuasai sehingga bisa dibohongi mitra bisnis. Itulah salah satu hikmah yang bisa saya petik dari berbagai kegagalan bisnis masa lalu,” ujar penulis empat buku tentang wirausaha ini.

Berkaca dari pengalaman pahit tersebut, Wulan mulai putar haluan dengan fokus pada bidang pendidikan. Dia bersyukur keinginan tersebut mendapat dukungan penuh dari suaminya, Tomy Achmad. Dengan fokus pada bidang yang dikuasainya, Wulan kini  bisa menikmati hidupnya bersama keluarga.

"Bisnis yang bikin pusing kepala sudah saya lepas atau saya jual. Sekarang tinggal usaha di bidang SPBU, kue kering, dan UKMKU. Semua sudah jalan dengan baik. Khusus UKMKU sebenarnya nggak bisa dibilang bisnis banget karena di dalamnya juga ada misi sosial, yakni membantu masyarakat membangun usaha mandiri,” kata Wulan yang berencana menulis 10 buku dan komik wirausaha pada tahun 2009.

Ada beberapa alasan Wulan mau fokus pada bidang pendidikan. Pertama, dia dulu pernah mempunyai cita-cita sebagai guru. Namun karena orangtuanya menganggap masa depan guru tidak cerah, akhirnya dia  menekuni bidang bisnis.

”Kedua, saya menjadi guru wirausaha karena pekerjaan saya dari dulu adalah pengusaha. Jadi, hanya bidang wirausaha yang saya kuasai dengan baik. Saya mulai dagang sejak umur 12 tahun. Mulai usaha dengan modal dengkul. Dan, dalam mengajar saya lebih suka praktik daripada teori. Prinsip-prinsip itulah yang saya tuangkan dalam pengembangan UKMKU,” tutur Wulan bersemangat.

Namun UKMKU tidak langsung besar seperti sekarang. Pada tahap awal, ketika lokasinya masih di kawasan Tebet, Jakarta Selatan, kegiatan pelatihan dan edukasi wirausaha ini tidak berjalan seperti yang diharapkan. Akhirnya Wulan memindahkan lokasi kursus ke rumahnya sendiri di Cirendeu. Kebetulan dia punya lahan yang luas.

”Saya bersyukur di sini peminatnya banyak sekali, terutama ibu-ibu rumah tangga. Mereka datang ke sini benar-benar untuk belajar, ingin memiliki ketrampilan agar bisa buka usaha sendiri di rumahnya masing-masing,” katanya.

Ditambahkannya, pelatihan masak yang digelar UKMKU semua resepnya bisa dijual, di samping rasanya enak. Dengan begitu, peserta kursus bisa langsung praktik usaha di rumahnya. Saat ini resep yang diajarkan sudah puluhan jumlahnya, mulai mi ayam, roti goreng, hingga brownies kukus, dan bagaimana membuat blog untuk keperluan promosi.

Biaya kursusnya juga relatif murah, hanya Rp 100.000 sampai Rp 150.000 per item kursus. Kursus digelar setiap hari Sabtu dan Minggu. Di luar itu, Wulan juga menggelar pelatihan di perusahaan-perusahaan.

”Di sini peserta kursus diajari memakai alat seadanya di rumah. Jadi, benar-benar dengan modal dengkul sudah bisa usaha. Bikin roti goreng, misalnya, modalnya cukup Rp 100.000. Mau usaha juga nggak perlu punya toko dulu. Bisa titip di warung. Beberapa orang sudah sukses dengan model seperti ini. Usahanya  berkembang baik,” ujarnya.

Menurut Wulan, melihat minat masyarakat yang makin besar, apalagi pada masa krisis global seperti saat ini, dia berencana akan membesarkan UKMKU. Ruang kursus yang saat ini baru dua ruangan akan ditambah dan diperbesar.

Terkait dengan masalah tersebut, dia mengajak perusahaan-perusahaan besar untuk menyalurkan bantuannya ke UKMKU, atau menjadi sponsor kegiatan UKMKU. ”Dengan memanfaatkan dana CSR dari perusahaan besar, saya berharap nantinya fasilitas di UKMKU akan makin baik. Selain itu, biaya kursusnya bisa digratiskan,” kata Wulan mengenai rencananya di masa mendatang.Sumber : KOMPAS.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silakan berikan kritik dan saran untuk artikel ini. Terima kasih telah membaca artikel saya.